Fenomena Banjir di Sukabumi Jaman Kolonial Serta Penanganannya

Selasa 15 Januari 2019, 10:09 WIB

Oleh: Irman "Sufi Firmansyah"

Pada minggu lalu Kota Sukabumi dan sebagian Kabupaten dilanda banjir akibat curah hujan yang tinggi, meluapnya air sungai dan bendungan serta drainase yang bermasalah. Beberapa titik digenangi air seperti daerah  Benteng, Sriwidari, bahkan sebuah sekolah terendam banjir.  Kemudian gang Titiran, Kampung Kopeng Kaler, Kampung Kebonjati, Nangeleng, Sukakarya, kemudian belakang makam Taman Bahagia puluhan rumah terendam banjir. Hal ini terjadi juga di wilayah kabupaten sepeti Cibadak dan Cicurug. 

Banjir ini menjadi perhatian banyak pihak termasuk Komunitas Sosial Adventure Kipahare, sebuah Komunitas yang bergerak dibidang peduli sosial dan peduli lingkungan yang bernaung dibawah badan hukum Yayasan Dapuran Kipahare. Komunitas ini sudah sering mengadakan kegiatan sosial maupun lingkungan seperti bersih-bersih lingkungan maupun bantuan sosial. Terakhir mereka menyalurkan bantuan kepada korban Palu dan Donggala serta korban tsunami di Banten. 

Cecep Sulaeman ketua Komunitas menyebutkan bahwa wilayah Sukabumi memang rawan bencana karena berada di cesar cimandiri yang rawan pergerakan tanah. Selain itu curah hujan yang cukup tinggi serta masalah dalam perawatan drainase, menyebabkan banjir mudah terjadi. Kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan seperti menghindari penebangan pohon dan juga tidak membuang sampah sembarangan.

Sementara ketua Yayasan Dapuran Kipahare sekaligus Kepala Riset dan Kesejarahan Soekaboemi Heritages menyebutkan bahwa sejak jaman baheula banjir dan bencana memang sangat familiar dengan Sukabumi baik Kota maupun Kabupaten.  Masyarakat Sunda di Sukabumi sudah mengenal banjir dengan istilah caah. Caah adalah suatu kondisi atau peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan, biasanya disebabkan oleh hujan atau meluapnya sungai.

Bantuan logistik dari Sosial Adventure Kipahare untuk korban bencana Tsunami Banten dan Lampung. (Foto: Istimewa).

Caah sendiri terbagi menjadi Caah Cileuncang yaitu banjir yang hanya sementara atau hanya genangan saja. Genangan ini biasanya terjadi saat turun hujan dengan ketinggian biasanya semata kaki dan kembali surut ketika hujan reda. Orang tua zaman dulu mengidentikan banjir cileuncang dengan penyebaran penyakit sehingga anak-anak dilarang bermain air cileuncang terlalu lama. Kemudian ada pula Caah Dengdeng dalam bahasa Indonesia dikenal dengan 'banjir bandang'. Banjir ini terjadi diwilayah hilir (bawah) secara tiba-tiba tanpa terjadi hujan, biasanya hujannya terjadi di wilayah hulu (atas). Banjir tersebut terus berlangsung di Sukabumi hingga masuknya para kolonialis dan menjadi perhatian tersendiri. 

Mereka memahami fenomena banjir ini sehingga sempat menunda pembangunan rel kereta api di Sukabumi. Terbukti saat proses pembangunan jalur Bogor-Sukabumi, terjadi keterlambatan karena persoalan banjir dan longsor sehingga hampir saja proyek rel kereta api itu gagal. Saat kereta beroperasipun seringkali terjadi longsor akibat hujan, salah satunya di daerah Ongkrak Cibadak pada tanggal 11 Desember 1899.

Pada masa kolonial di wilayah Kota Sukabumi hampir setiap tahun banjir terjadi saat musim hujan terjadi. Misalnya  bulan mei 1930 daerah Tjipellangweg terendam banjir setinggi setengah meter akibat hujan deras disore hari. Dikabarkan para ibu-ibu menaikan roknya untuk melewati jalan tersebut sekitar 100 m yaitu dari mulai rumah Pak Camonie sampai tuan Kipper akibat terendam setinggi setengah meter. Mobil-mobil dengan susah payah lewat, rumah-rumah disudut Krommeweg- Tjipellang dibanjiri air, termasuk perkampungan Cipelang dan rumah-rumah di koridor Cikiray. sementara dua rumah di Bentengweg terpaksa dikosongkan karena lokasinya yang rendah sehingga air merendam rumah tersebut. Konon hal ini terjadi akibat sungai yang mengalir dari atas Villa "Berg en Dal" tersumbat, sehingga membanjiri wilayah Cipelang (Gede)  dan jalan raya hingga jalan Benteng yang lebih rendah.

Pada November 1934 juga terjadi banjir yang menggenang wilayah bunut dengan aliran deras. Banjir tersebut menghanyutkan ikan-ikan yang banyak ditanam di beberapa kolam disekitar jalan bunut, anak-anak kecil sibuk menangkapinya. DI Ciaul juga genangannya cukup tinggi menyebabkan perabotan rumah terapung. Polisi terpaksa mengevakuasi beberapa penghuni rumah karena rumahnya terancam roboh. Di Krommeweg (jalan kebon cau) air mencapai ketinggian orang dewasa, polisi melakukan pengawasan. Jalan raya juga ikut tergenang dan menyisakan endapan lumpur tebal keesokan harinya. padahal sudah dilakukan perbaikan gorong-gorong di sudut Wilhelmina dan jalan Ciwangi.

Selain di kota banjir juga kerap melanda wilayah afdeling/regentschap (kabupaten) Sukabumi. Pada tanggal 31 Oktober 1894 banjir menyebabkan endapan tanah akibat hujan lebat di jalan antara Baros ke Nyalindung. Sementara beberapa jembatan rusak dan sebagian hanyut. Kemudian pada tahun 1901 menurut laporan asisten residen Soekaboemi tepatnya tanggal 15 dan 16 Juni, beberapa tempat di distrik Tjitjoeroeg dilanda hujan lebat yang menyebabkan banyak bangunan dan sawah rusak. Sementara banjir menghancurkan empat jembatan di distrik Tjitjoeroeg. 

Tanggal 28 Februari 1906, jembatan Cibatu pada jalur menuju Pelabuhanratu rusak total yang menyebabkan masalah lalu lintas karena ketinggian air yang mengganggu kendaraan. Bulan Januari 1907 banjir terjadi karena hujan terus-menerus terutama di sungai-sungai yang melalui Pelabuhanratu, Cicareuh, Citarik dan Cimandiri. Dari arah Cibadak menuju Pelabuhanratu juga dua jembatan rusak serta sebuah tempat di Bantargadung sepanjang 150 meter porak poranda. Pada bulan mei 1913 sungai Cidadap meluap di desa Babakan wareng, Pelabuhanratumenyebabkan 3 orang tewas dan 8 orang hilang. 

Jalan Cijarian menuju Pelabuhanratu juga rusak berat di tiga tempat sehingga lalu lintas diblokir. Bulan april 1921 banjir juga menyebabkan banyak endapan tanah tidak jauh dari stasiun kereta api Cireunghas. Sebuah kampung terkubur tanah yang menyebabkan 24 orang tewas, sementara 60 orang hilang. Sungai Cimandiri banjir yang menghancurkan jembatan besi menuju perkebunan dan Goenoeng Malang, jalanpun ditutup untuk sementara.

Selain mengakibatkan banjir, hujan juga menyebabkan bencana lain seperti tanah longsor misalnya bulan November 1930 terjadi bencana yang cukup parah. Bencana yang umum berkaitan dengan hujan adalah longsor seperti yang terjadi di perkebunan Kalapanunggal. Hujan selama enam jam menyebabkan longsor yang menewaskan  12 orang dan 25 orang hilang. Dua kompleks pemondokan di perkebunan Jayanegara juga dilanda longsor. Enam belas pondok terkubur dan dan sebagian hanyut oleh luapan sungai Cibodas. Dua puluh lima orang meninggal terdiri dari delapan pria, delapan wanita dan sembilan anak. 

Sesosok mayat juga ditemukan di desa Kalideres Pelabuhanratu. Peristiwa itu terjadi akibat hujan yang terus menerus sehingga menyebabkan tanah longsor. Bantuan sangat lambat karena terkendala dengan jalan dan jembatan yang rusak parah. Endapan tanah dimana-mana dan sebagian membendung sungai. Dijaman Jepang bahkan sempat muncul hujan es akibat hujan lebat yang disertai angin kencang telah. bentuknya persegi empat dan rata-rata sebesar kerikil. Banyak genteng yang patah, satu rumah dikampung nyomplong rubuh ditiup angin.

Masyarakat Sukabumi sudah secara tradisional sudah mempunyai upaya penangkal banjir selain memelihara saluran air, yaitu memelihara pohon penampung hujan seperti Ki Waksana  dan Beringin. Hal ini juga dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan menanam pohon-pohon tersebut di wilayah pemukiman. Sebelum perubahan status kota menjadi Gemeente dan afdeling menjadi Regentschap, upaya penanganan banjir harus melalui persetujuan pusat yaitu Gubernur Jendral di batavia. 

Anggaran untuk pemeliharaan fasilitas sangat tergantung dari kebijakan Gubernur Jenderal sehingga kontrol sangat lemah. Dengan instruksi pemerintah pusat, pembangunan gorong-gorong (duiker) dan jembatan dilakukan, misalnya gorong-gorong di sekitar Ciaul dibangun tahun 1888. Sebagian gorong-gorong di kota juga sudah dibangun pasca pemisahan afdeling Sukabumi dengan Cianjur tahun 1871 meskipun belum maksimal.  Pasca pencabutan larangan membawa istri, orang-orang eropa semakin banyak yang tinggal di Sukabumi. Muncullah desakan otonomi atas wilayah-wilayah yang diisi oleh orang Eropa (european enclaves). Akhirnya keluarlah kebijakan desentralisasi yang menaikan status kota Sukabumi menjadi gemeente tahun 1914, dan disusul pada  tahun 1921 perubahan status afdeling menjadi regentschap (Kabupaten). Perubahan ini memberi wewenang pemerintah lokal untuk melakukan upaya pembangunan. 

Terkait penanganan banjir muncul program Soekaboemi Vooruit sekitar tahun 1917 yang diantaranya melakukan program pembuatan dan pemeliharaan gorong-gorong dalam rangka pembenahan infrastruktur kota. Perbaikan besar gorong-gorong drainase kota diajukan sebesar f 25.000. Didalam paket tersebut dimungkinkan termasuk  pembuatan gorong-gorong sungai Cikole, dari Cikiray ke Kebon Kalapa melintasi rel kereta api dekat N.V. Braat. Kemudian gorong-gorong sungai Tjiwangi, di sekitar Toko Ban Ek Jeng/Capitol yang saat itu masih berupa lahan milik Patih bandung yang ditanami dan digunakan sebagai bengkel dan sebuah rumah. Pada tahun 1920 juga dilakukan pembenahan gorong-gorong disekitar masjid agung Sukabumi. 

Kemudian Bulan Juni  1938 masyarakat meminta Burgeemester Van Unnen untuk membuat gorong-gorong di Cipelang karna selalu bermasalah jika hujan deras. Selain itu saluran pemerintah juga mengontrol potensi banjir dengan memperluas dan membangun irigasi dibeberapa tempat. Selain dimaksudkan untuk pengairan lahan pertanian, juga sebagai pengaturan air dikala hujan deras. Misalnya di Surade tahun 1935 dibangun irigasi menggunakan tiga ratus orang dengan upah 24 sen sehari. Kemudian demikian perluasan jaringan pipa Tjigangsa. Talang air juga dibuat untuk menyalurkan air dari sebelah utara Sukabumi ke sebelah selatan yang dipisahkan oleh jalan, saat ini sebagian talang air masih ada dan berfungsi. Beberapa bendungan pengatur air juga dibuat lengkap dengan alat pengaturnya. 

Sebagai pelengkap ditetapkan petugas-petugas yang bertanggungjawab dalam mengawasi air. Di level atas ditunjuk  hoofd ingenieur, yaitu seorang insinyur berpengalaman yang menjadi kepala irigatie-afdeling (kepala kantor irigasi). Ia dibantu oleh para teknisi menengah (iopzichters) yang disebut mantri waterbeheer atau mantri irigasi atau mantri ulu-ulu. Sedangkan untuk pemeliharaan bangunan irigasi dilapangan dikerjakan oleh mandor-mandor irigasi (beambte waterbeheer) dan sekelompok pekerja (ploegkoelies). Upaya tersebut cukup meminimalisir potensi banjir, selain itu penegakan hukum terutama terkait sampah dan gorong-gorong dilakukan secara ketat dan tegas. 

Jika melihat apa yang dilakukan pemerintah kolonial dalam menangani banjir di Sukabumi, mungkin sebagian bisa kita terapkan kembali misalnya dengan merevitalisasi gorong-gorong yang sempat diduga sebagai terowongan bawah tanah. Upaya-upaya tersebut bisa dikombinasikan dengan mekanisme penanganan banjir yang  baru dan lebih baik.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkini
Sehat03 Mei 2024, 17:30 WIB

7 Makanan Sehat yang Aman untuk Diet Gula Darah, Salah Satunya Rendah Karbohidrat

Inilah Makanan Sehat yang Aman untuk Diet Gula Darah Agar Tetap Stabil, Salah Satunya Rendah Karbohidrat
Ilustrasi. Mentimun adalah salah satu satu contoh sayuran non amilase, tergolong makanan Sehat yang Aman untuk Diet Gula Darah (Sumber : Sumber : Freepik/@jcomp)
Sukabumi03 Mei 2024, 17:20 WIB

35 Anggota DPRD Kota Sukabumi Hasil Pemilu 2024 Ditetapkan, Inilah Daftar Nama-namanya

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Sukabumi resmi menetapkan 35 nama anggota DPRD terpilih. Penetapan itu dilakukan berdasarkan PKPU 6 tahun 2024 dan keputusan KPU no 5 tahun 2024.
Rapat Pleno penetapan 35 nama Anggota DPRD Kota Sukabumi, Kamis (2/5/2024) | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi03 Mei 2024, 17:20 WIB

35 Anggota DPRD Kota Sukabumi Hasil Pemilu 2024 Ditetapkan, Inilah Daftar Nama-namanya

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Sukabumi resmi menetapkan 35 nama anggota DPRD terpilih. Penetapan itu dilakukan berdasarkan PKPU 6 tahun 2024 dan keputusan KPU no 5 tahun 2024.
Rapat Pleno penetapan 35 nama Anggota DPRD Kota Sukabumi, Kamis (2/5/2024) | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi03 Mei 2024, 17:08 WIB

Polisi Selidiki Temuan Senjata Api Terkubur di Cisaat Sukabumi, Stand dengan Amunisi Aktif

Pihak Kepolisian akan melakukan penyelidikan atas penemuan dua senjata laras panjang yang terkubur di dalam tanah lengkap dengan kotak senjata hingga peluru yang masih aktif yang di Cisaat Kabupaten Sukabumi.
Dua senjata api laras panjang yang ditemukan terkubur di Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Senin, 29 April 2024. | Foto: Asep Awaludin
Sukabumi03 Mei 2024, 17:04 WIB

Angkot Terbakar di Nagrak Sukabumi, Diduga akibat Selang Bensin Bocor

Berikut kronologi dan dugaan pemicu terjadinya kebakaran angkot di Nagrak Sukabumi.
Tangkapan layar video angkot yang terbakar di Nagrak Sukabumi. (Sumber : Istimewa)
Musik03 Mei 2024, 17:00 WIB

Lirik dan Terjemahan Lagu Bleeding Love Leona Lewis yang Viral

Berikut Lirik dan Terjemahan Lagu Bleeding Love Leona Lewis yang Viral di Media Sosial.
Lagu Bleeding Love Leona Lewis (Sumber : YouTube/LeonaLewis)
Sehat03 Mei 2024, 16:30 WIB

9 Tips Mengkonsumsi Makanan Purin untuk Penderita Asam Urat

Yuk Coba Sederet Tips Mengkonsumsi Makanan Purin untuk Penderita Asam Urat Berikut!
Ilustrasi - Daging Ayam. Tips Mengkonsumsi Makanan Purin untuk Penderita Asam Urat. (Sumber : Freepik.com/@mdjaff)
Sehat03 Mei 2024, 16:00 WIB

Begini Cara Mengobati dan Mencegah Serangan Asam Urat yang Sering Kambuh

Asam urat yang sering kambuh terasa sangat menyakitkan dan sangat menganggu aktivitas.
Ilustrasi - Asam urat yang sering kambuh terasa sangat menyakitkan dan sangat menganggu aktivitas. (Sumber : Freepik.com/@ rawpixel.com)
Life03 Mei 2024, 15:30 WIB

Begini 5 Ciri Orang Miskin Banyak Gaya Padahal Keuangan Terbatas

Updaters, Inilah Sederet Ciri Orang Miskin Banyak Gaya Padahal Keuangan Terbatas. Coba Perhatikan Baik-baik!
Ilustrasi. Konsumtif. Ciri Orang Miskin Banyak Gaya Padahal Keuangan Terbatas. (Sumber : Pexels/AlexandraMaria)
Sukabumi03 Mei 2024, 15:21 WIB

Sadisnya Pelajar SMP Sukabumi Ini, 47 Adegan Bunuh dan Sodomi Bocah SD

Kasus tewasnya bocah sd di Cipetir Kadudampit Sukabumi yang tubuhnya ditemukan dengan leher terjerat celana
Rekontruksi penyidikan perkaran pembunuhan disertai tindak asusila bocah sd oleh pelajar SMP di Sukabumi (Sumber: su/awal)