Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Usul Penghentian Sementara dan Evaluasi Total MBG

Sukabumiupdate.com
Rabu 01 Okt 2025, 08:47 WIB
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Usul Penghentian Sementara dan Evaluasi Total MBG

Menanggapi tragedi ini, Tokoh Publik Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), mendesak adanya evaluasi total program MBG (Sumber: sukabumiupdate)

SUKABUMIUPDATE.com - Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan nasional, terutama di Jawa Barat yang mencatat penyumbang korban tertinggi dengan lebih dari 2.000 kasus sejak Januari hingga September 2025. Insiden terbaru mencakup 1.333 siswa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) akibat kontaminasi pada menu olahan ayam.

Menanggapi tragedi ini, Tokoh Publik Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), mendesak adanya evaluasi total program MBG, mengusulkan penghentian sementara operasional dan mencari solusi yang lebih berakar pada ekonomi lokal.

Dedi Mulyadi menegaskan urgensi perbaikan total, mulai dari penghentian sementara MBG untuk evaluasi teknis dan administratif, hingga implementasi solusi jangka panjang. Ia mengusulkan pembentukan dapur khusus di sekolah-sekolah besar yang melibatkan peran orang tua dan masyarakat lokal.

Konsep dapur sekolah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas makanan dan keamanan pangan karena proses masak yang terkontrol, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengadaan bahan baku segar dari petani dan pedagang lokal. Usulan ini masih menunggu landasan kebijakan resmi dari pemerintah pusat berupa Peraturan Presiden (Perpres).

Baca Juga: 40+ Kata Sunda yang Bisa Bikin Malu! Kamu Masih Pakai yang Kasar?

Temuan Labkesda Salmonella dan Bacillus Cereus Jadi Biang Keladi

Penyebab utama keracunan massal di Jawa Barat, khususnya di KBB yang mencatat 1.333 korban di Kecamatan Cipongkor, kini telah terungkap melalui pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar.

Berdasarkan hasil lab dari 11 kabupaten/kota (dengan total 163 sampel positif) yang diperiksa sejak Januari hingga September 2025, dua bakteri utama yang mendominasi adalah Salmonella dan Bacillus cereus. Kontaminasi ini berasal dari sampel makanan berbasis karbohidrat seperti nasi atau lauk olahan ayam.

Ilustrasi menu MBG. Pemerintah tutup SPPG yang diduga penyebab keracunan MBGIlustrasi menu MBG. Pemerintah tutup SPPG yang diduga penyebab keracunan MBG

Labkesda Jabar menyimpulkan bahwa kontaminasi bakteri diperparah oleh faktor eksternal seperti waktu penyimpanan makanan yang terlalu lama (melebihi 6 jam di suhu ruang), kurangnya pengendalian suhu, dan sanitasi yang tidak memadai selama proses penyiapan hingga distribusi katering.

Selain dua bakteri dominan tersebut (yang mendominasi kasus di KBB dan Garut dengan 657 korban), Labkesda juga menemukan jejak nitrit dan bakteri pembusuk lainnya seperti E. coli dan Staphylococcus dalam sampel.

Baca Juga: Gen Z Sukabumi Bicara Makna G30S/PKI

Langkah Proaktif Pemprov Jabar Pembentukan Satgas dan Protokol Baru

Secara proaktif, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) telah merespons dengan membentuk Satgas MBG Provinsi untuk monitoring lapangan. Satgas ini bertugas mengawasi seluruh rantai pasok mulai dari penyiapan bahan baku segar, proses masak, hingga pengiriman yang harus tepat waktu.

Pemprov juga memperketat protokol keamanan pangan:

  1. Pencicipan Wajib: Ditetapkan tim pemeriksa kelayakan pangan dilarang dilakukan oleh guru atau siswa, melainkan harus dilakukan oleh tim ahli.
  2. Lembaga Pengaduan: Pemprov menyediakan lembaga pengaduan di tingkat kabupaten/kota untuk menampung laporan kualitas dan kuantitas porsi makanan dari para penerima manfaat.

Bagi penerima manfaat yang mengalami gejala keracunan (diare, muntah hebat, kram perut) disarankan segera melakukan rehidrasi dengan oralit dan berkonsultasi medis untuk menghindari komplikasi dehidrasi berat.

Baca Juga: Utamakan Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Jaga Tarif Listrik Tetap Terjangkau Sepanjang 2025

Sekilas Mengenai Dua Bakteri Utama:

Salmonella: Bakteri ini mencemari melalui kontaminasi silang pada bahan baku (daging, telur) atau peralatan masak. Gejala (Salmonellosis) muncul 12-72 jam setelah makan, ditandai diare (bisa berdarah) dan demam. Pencegahan utamanya adalah memasak makanan hingga matang sempurna (suhu minimal 75°C) dan mengendalikan cross-contamination.

Bacillus cereus: Bakteri spora-forming ini umum mencemari nasi atau makanan berbasis karbohidrat. Spora bakteri ini tahan panas, tetapi akan berkembang biak cepat saat makanan disimpan di suhu ruang (nasi basi), melepaskan toksin tipe emetik (muntah) atau tipe diare. Pencegahan utamanya adalah menyimpan makanan panas di atas 60°C atau dingin di bawah 5°C, hindari pemanasan ulang berulang, dan buang sisa makanan yang disimpan lebih dari 2 jam di suhu ruang.

(Dari berbagai sumber)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini