Ryuichi Sakamoto Estate Pimpin Aksi Boikot Budaya, "No Music For Genocide" Kumpulkan 1.000+ Pendukung Global

Sukabumiupdate.com
Minggu 26 Okt 2025, 14:33 WIB
Ryuichi Sakamoto Estate Pimpin Aksi Boikot Budaya, "No Music For Genocide" Kumpulkan 1.000+ Pendukung Global

Ryuichi Sakamoto adalah komposer, musisi, aktivis, dan aktor legendaris Jepang yang diakui secara global atas kemampuannya melintasi batas genre. (Foto:Instagram/@skmtgram)

SUKABUMIUPDATE.com - Dukungan keluarga mendiang komposer legendaris Ryuichi Sakamoto terhadap kampanye "No Music For Genocide" (NMFG) telah memicu gelombang dukungan baru secara global. Sejak pengumuman resmi dari Estate Sakamoto pada 20 Oktober 2025, inisiatif yang menuntut geo-blocking katalog musik dari platform streaming di Israel ini telah menunjukkan pertumbuhan eksponensial.

Dalam pernyataan resminya, Estate Sakamoto mengonfirmasi bahwa mereka telah "menghapus atau mengeluarkan permintaan resmi kepada label untuk menghapus musiknya dari semua layanan DSP di Israel." Langkah ini adalah bentuk protes nyata terhadap dugaan genosida Israel di Gaza, pembersihan etnis di Tepi Barat, dan represi terhadap aktivis pro-Palestina, sekaligus selaras dengan warisan Sakamoto sebagai aktivis anti-nuklir dan lingkungan.

Diluncurkan pada September 2025 sebagai bagian dari gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS), kampanye NMFG bertujuan untuk mencegah "art-washing" (pencucian citra melalui seni) yang berpotensi menutupi ikatan industri musik dengan kejahatan kemanusiaan.

Baca Juga: CEK FAKTA: Menkeu Purbaya Bilang Harga Pertalite Hanya Rp4.000 Itu Hoaks!

Fakta Terbaru (Update 21-26 Oktober 2025):

  • Total Pendukung Melonjak: Situs resmi nomusicforgenocide.org melaporkan total pendukung kini lebih dari 1.000 seniman, musisi, dan label rekaman, meningkat tajam dari sekitar 400 saat peluncuran. Pertumbuhan ini disamakan dengan boikot sukses terhadap apartheid Afrika Selatan.
  • Katalisator Sakamoto: Pengumuman Estate Ryuichi Sakamoto pada 20 Oktober menjadi titik balik yang menarik liputan luas, termasuk di media Asia seperti iFLYER (Jepang).
  • Penambahan Penting Lain: Band post-punk Inggris, shame, resmi bergabung pada 25 Oktober, memblokir musik mereka di Israel. Diskusi di X (sebelumnya Twitter) juga menyoroti verifikasi seniman indie dan hip-hop ternama seperti redveil, Rejjie Snow, Ana Tijoux, Amyl and The Sniffers, Grizzly Bear, dan Pinegrove dalam daftar resmi.
  • Label Besar Turut Mundur: Label penting seperti Run For Cover Records (10 Oktober) dan Hyperdub (3 Oktober) telah menarik seluruh katalog mereka dari layanan streaming di Israel.
  • Kontras Industri: Kampanye ini secara tajam menyoroti ketidakseimbangan respons industri musik. Berbeda dengan invasi Rusia ke Ukraina, di mana katalog dihapus dalam hitungan bulan, belum ada langkah serupa yang diambil terhadap Israel, meskipun konflik di Gaza telah berlangsung selama 23 bulan.

Baca Juga: Aquarius Musikindo Sang Legenda yang Melawan Zaman, Kaset Ketikan hingga Gugatan Hak Cipta Digital

Dampak kampanye ini meluas, memicu perdebatan serius tentang tanggung jawab sosial industri musik dan menjadi bagian dari gerakan yang lebih besar, termasuk penolakan 4.000+ pembuat film untuk berkolaborasi dengan institusi Israel pada September 2025.

Para seniman dan label yang ingin bergabung dapat mengajukan permintaan geo-blocking melalui distributor, sebuah langkah konkrit yang diharapkan dapat mendorong boikot budaya yang lebih luas.

Update Terbaru Kampanye Update Terbaru Kampanye "No Music For Genocide" (Per 26 Oktober 2025): Lebih dari 1.000 Seniman Bergabung, Estate Ryuichi Sakamoto Jadi Katalisator (Sumber Foto: X)

Baca Juga: Spekulasi CLBK Kisah Cinta Opah dan Tok Dalang di Upin-Ipin

Kisah dukungan Estate Ryuichi Sakamoto dan bergabungnya lebih dari 1.000 seniman dalam "No Music For Genocide" pada akhir Oktober 2025 ini merefleksikan sebuah titik kritis di mana suara artistik secara kolektif menolak netralitas dalam menghadapi krisis kemanusiaan, bahkan jika harus mengorbankan akses pasar.

Ryuichi Sakamoto adalah komposer, musisi, aktivis, dan aktor legendaris Jepang yang diakui secara global atas kemampuannya melintasi batas genre, dari perintis synth-pop Yellow Magic Orchestra (YMO) hingga mencetak skor film pemenang Oscar (The Last Emperor) dan BAFTA (Merry Christmas, Mr. Lawrence).

Sepanjang kariernya yang inovatif, Sakamoto memadukan musik elektronik, klasik, dan world music, selalu mencari bahasa musikal yang "tanpa batas," dan ia menggunakan platform-nya yang mendunia sebagai aktivis vokal, khususnya dalam kampanye anti-nuklir pasca-Fukushima dan isu lingkungan, menegaskan bahwa seni dan kemanusiaan harus berjalan beriringan sebagai warga dunia ('outernationalist').

Melalui aksi geo-blocking yang secara spesifik menargetkan Israel sebuah langkah yang kontras dengan kecepatan respons industri terhadap isu geopolitik lain kampanye ini menggarisbawahi kegagalan standar etika universal industri musik global dan menegaskan kembali kekuatan BDS sebagai sarana mendesak perubahan, semangat aktivisme Sakamoto melalui tindakan boikot budaya yang terorganisir.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini