Aquarius Musikindo Sang Legenda yang Melawan Zaman, Kaset Ketikan hingga Gugatan Hak Cipta Digital

Sukabumiupdate.com
Minggu 26 Okt 2025, 07:45 WIB
Aquarius Musikindo Sang Legenda yang Melawan Zaman, Kaset Ketikan hingga Gugatan Hak Cipta Digital

Di era 90-an, mendengarkan musik adalah sebuah ritual fisik yang dimulai dengan langkah kaki menuju toko kaset. Toko-toko seperti Aquarius Mahakam di Jakarta bukan sekadar ritel, melainkan kuil musik (Ilustrasi: Sora)

SUKABUMIUPDATE.com - Di era 90-an, mendengarkan musik adalah sebuah ritual fisik yang dimulai dengan langkah kaki menuju toko kaset. Toko-toko seperti Aquarius Mahakam di Jakarta bukan sekadar ritel, melainkan kuil musik di mana remaja berlama-lama membolak-balik booklet kaset, mempelajari lirik, dan mencium aroma khas kertas sampul album baru yang baru dirilis sebelum akhirnya memutuskan untuk menukarnya dengan uang saku yang telah ditabung berminggu-minggu.

Pengalaman mendengarkan dilanjutkan dengan memasukkan kaset pita ke dalam tape rumahan atau walkman yang prestisius, di mana satu hit single harus diperjuangkan dengan menekan tombol rewind secara manual, sebuah perjuangan otentik yang tak akan pernah tergantikan oleh kemudahan satu kali klik pada era streaming kini.Di tengah badai streaming yang menghanyutkan industri musik, nama Aquarius Musikindo tetap berdiri tegak. Bukan hanya sebagai tugu peringatan kejayaan kaset pita, label rekaman legendaris ini membuktikan diri sebagai entitas hidup yang adaptif, bahkan menjadi ujung tombak perjuangan hak cipta di era digital.

Didirikan oleh mendiang Johannes Soerjoko, Aquarius berhasil melewati masa keemasan industri fisik dan bertransisi menjadi pemain kunci di pasar digital, sambil tetap memelihara budaya koleksi musik fisik yang kini kembali diminati. Dedikasi ini diakui dengan Penghargaan Lifetime Achievement AMI Awards 2024 kepada Soerjoko, sebuah penegasan akan warisan tak terhingga label ini.

Baca Juga: Spekulasi CLBK Kisah Cinta Opah dan Tok Dalang di Upin-Ipin

Masa Keemasan Aquarius Mahakam, Kiblat Musik Generasi 90-an

Sebelum playlist dan Wi-Fi mendominasi, dekade 90-an dan awal 2000-an adalah era di mana toko musik fisik, terutama Aquarius Mahakam di Jakarta, menjadi ikon budaya. Toko ini bukan sekadar tempat transaksi, tetapi ruang suci di mana sampul-sampul CD dan kaset dipelajari, dan album baru dinantikan.

Di bawah naungan Aquarius, lahirlah karya-karya abadi yang membentuk selera musik Indonesia, mulai dari fusion pop elegan Potret, ratu-ratu pop seperti Titi DJ, hingga band rock alternatif yang kala itu berani direkrut, seperti Pas Band. Keberanian label ini merangkul genre-genre berbeda membuktikan mereka bukan sekadar pedagang rekaman, melainkan kurator selera musik nasional.

Sebagai toko musik legendaris di Jalan Mahakam, Blok M, yang beroperasi sejak 1987, Aquarius Mahakam telah menjadi saksi bisu perkembangan industri musik Indonesia dan surga bagi para pencinta musik era 80-an hingga 2000-an untuk berburu rilisan fisik seperti kaset dan CD. Namun, toko yang merupakan bagian dari Aquarius Musikindo ini akhirnya mengakhiri perjalanannya pada 31 Desember 2013 setelah mengalami kerugian finansial parah, terutama akibat merosotnya minat pada produk fisik dan maraknya penjualan musik digital.

Baca Juga: ROSÉ x Bruno Mars & Kekuatan TikTok: Peta Musik Global Akhir 2025 Terbongkar!

Penutupannya disebut pengamat musik Bens Leo sebagai "kiamat bagi musik Indonesia" itu pun ditutup dengan kenangan manis, di mana toko menggelar diskon besar-besaran yang membanjiri lokasi dengan pengunjung yang ingin memburu kenang-kenangan. Bagi banyak orang, Aquarius Mahakam bukan sekadar tempat membeli musik, melainkan juga ruang berkumpul dan bernostalgia bagi komunitas pecinta musik.

Kebangkitan Kolektor Fisik Menolak Punah

Ketika mayoritas toko musik ritel gulung tikar karena dominasi digital, Aquarius tidak meninggalkan format fisiknya sepenuhnya. Format ini kini beralih status dari sarana konsumsi menjadi barang koleksi yang bernilai tinggi (collector's item).

Katalog Aquarius yang kaya termasuk masterpiece klasik kini dicari para kolektor, baik dalam format kaset yang nostalgik maupun piringan hitam (vinyl) yang dianggap menawarkan kualitas audio lebih otentik. Aquarius terus merilis album baru dalam format fisik terbatas (seperti Live at Aquarius Studio oleh Potret), memastikan ada regenerasi kolektor baru dan menjaga warisan musik tetap berwujud.

Perang Generasi Membentuk Regulasi Royalti Digital

Inilah peran Aquarius Musikindo yang paling krusial dan modern: berjuang untuk ekosistem yang adil bagi musisi di era digital. Jika di masa lalu musuh utama adalah pembajakan kaset, di masa kini musuhnya adalah pelanggaran hak cipta di platform digital, terutama layanan User Generated Content (UGC) seperti media sosial.

Kemenangan Penting di Meja Hijau

Aquarius Musikindo, melalui anak perusahaan publishing PT Aquarius Pustaka Musik, mengambil langkah hukum yang berani dan historis:

  1. Gugatan Terhadap Platform: Pada tahun 2023, Mahkamah Agung (MA) mengabulkan gugatan Aquarius terhadap salah satu platform layanan digital, yang diwajibkan membayar royalti miliaran rupiah atas pelanggaran hak cipta.
  2. Uji Materi UU Hak Cipta (Bersama Melly Goeslaw): Aquarius bersama pencipta lagu kenamaan Melly Goeslaw, mengajukan uji materi terhadap Pasal 10 dan Pasal 114 Undang-Undang Hak Cipta ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan ini bertujuan agar penyedia layanan digital dan platform UGC juga dapat dimintai pertanggungjawaban hukum jika membiarkan terjadinya pelanggaran hak cipta di platform mereka.

Baca Juga: KOPLING 2025: Panggung Musik Koplo dan Geliat UMKM untuk Dongkrak Ekonomi Kerakyatan

Pada Februari 2024, MK mengabulkan sebagian gugatan tersebut. Putusan ini menjadi tonggak sejarah karena memperluas lingkup tanggung jawab hukum dari pengelola tempat perdagangan fisik (seperti toko kaset) ke "platform layanan digital berbasis user generated content".

Langkah ini menegaskan bahwa Aquarius tidak hanya mendistribusikan musik, tetapi juga aktif membentuk regulasi industri, memastikan bahwa royalti yang adil mengalir kepada musisi dan produser di tengah laju teknologi. Aquarius Musikindo adalah representasi ketahanan industri musik Indonesia: dikenang karena masa lalunya yang legendaris, namun tetap relevan dan berjuang keras untuk masa depan hak cipta di era serba streaming.

Dengan segala transformasi dan adaptasinya, Aquarius Musikindo telah membuktikan bahwa label rekaman major bukanlah fosil sejarah, melainkan pilar penyeimbang dalam ekosistem musik modern. Di satu sisi, mereka menjaga harta karun warisan musik Indonesia yang kini kembali dihidupkan oleh Generasi Z.

Di sisi lain, mereka secara proaktif menjadi pahlawan hak cipta yang berjuang di garda depan regulasi digital. Kisah Aquarius adalah pengingat bahwa di balik platform streaming yang mulus, ada perjuangan panjang untuk memastikan bahwa kreativitas tidak hanya dinikmati secara luas, tetapi juga dihargai secara adil, menjamin warisan musik Indonesia terus berlanjut di era manapun.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini