SUKABUMIUPDATE.com - M. Hidayat, atau yang akrab disapa Ayat Whizzkid, salah seorang pendiri sekaligus gitaris band rock legendaris Whizzkid, membuat pernyataan blak-blakan yang menyoroti tantangan berat bagi musisi senior di industri musik digital. Dalam unggahan di akun Facebook pribadinya (10/9), Ayat secara lugas menjelaskan mengapa banyak band-band besar dari era lampau kini enggan memproduksi lagu baru.
Pernyataan Ayat ini bukan sekadar keluhan, melainkan analisis tajam dari seorang veteran yang telah berkecimpung hampir empat dekade di industri musik. Whizzkid, yang berdiri pada 17 Agustus 1987, dikenal sebagai salah satu jawara festival rock 90-an Log Zhelebour dan meledak dengan hits monumental mereka, “Percayalah”, pada tahun 1991 dengan vokal Hengky Supit.
Paradoks Era Digital Royalti vs. Biaya Produksi
Menurut Ayat, transisi dari era fisik (kaset dan CD) ke digital telah meruntuhkan model bisnis lama. Di masa lalu, penjualan album ratusan ribu kopi seperti yang dicapai Whizzkid pada album di tahun 90-an di mana lagu “Percayalah” menjadi penopang finansial utama untuk produksi album berikutnya.
Saat ini, menurut Ayat skema tersebut sudah tidak relevan. Royalti platform streaming dianggap tidak sebanding dengan tingginya biaya produksi, mulai dari sewa studio, honor session musician, hingga pembuatan video klip. Ayat menyebut, "Sebuah lagu harus diputar puluhan bahkan ratusan juta kali untuk dapat menutupi biaya produksinya," sebuah target yang sangat sulit dicapai, terutama bagi genre rock yang kini bukan lagi arus utama.
Baca Juga: Gelombang Balik Musik Indonesia Menggempur Malaysia dari Pop Digital hingga Dangdut Viral!
Konser sebagai Oase di Gurun Digital
Ayat menegaskan, solusi yang bisa diambil band-band senior adalah dengan fokus pada konser. Panggung menjadi medium yang jauh lebih menjanjikan, baik secara ekonomi maupun emosional.
Di konser, musisi dan penggemar bertemu dalam sebuah simbiosis mutualisme. Para penggemar bisa bernostalgia dengan menyanyikan lagu-lagu hits yang menjadi bagian dari hidup mereka, sementara musisi mendapatkan apresiasi langsung dan energi yang tidak bisa digantikan oleh angka streaming.
"Fans adalah penonton penikmat musik yang jujur," tulis Ayat. Kalimat ini menyiratkan bahwa penggemar setia mereka datang untuk dibawa kembali ke kenangan indah masa lalu, bukan untuk mendengarkan materi baru.
Baca Juga: Transformasi Musikal, Bagaimana Bimbingan Joe Satriani Mengubah Gaya Gitar Kirk Hammett di Metallica
Resonansi di Kalangan Penggemar
Pernyataan Ayat mendapat resonansi kuat dari para penggemar, salah satunya Yoni, seorang netizen yang berkomentar: "Musik tahun 90-an lebih berkualitas dari segi musik, sound, dan engineer. Musik sekarang cenderung bosan didengar dan mudah dilupakan, beda sama jaman dulu." Komentar ini mencerminkan sentimen kolektif bahwa kualitas dan daya ingat musik era 90-an memiliki nilai lebih dibanding tren musik modern.
Whizzkid sendiri melalui pasang surut, tetap membuktikan eksistensinya. Mereka telah merilis beberapa single baru pada tahun 2000-an dan tampil di konser “Rock Legend” di TMII pada 2024. Hal ini membuktikan bahwa semangat rock 'n' roll mereka masih menyala, meskipun dengan strategi yang telah beradaptasi dengan zaman.
Pesan Ayat Whizzkid menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap warisan lagu-lagu abadi, terdapat realitas bisnis dan sebuah pilihan strategis untuk tetap terhubung erat dengan penggemar setia mereka, bahkan di era digital seperti saat sekarang.