Senin Terasa Lama, Jumat Cepat Berlalu? Ini Penjelasan Psikologi Persepsi Waktu

Sukabumiupdate.com
Kamis 13 Nov 2025, 11:00 WIB
Senin Terasa Lama, Jumat Cepat Berlalu? Ini Penjelasan Psikologi Persepsi Waktu

Ilustrasi Perespsi Waktu, Senin Terasa Lama, Jumat Cepat Berlalu? Ini Penjelasan Psikologi Persepsi Waktu (Sumber : Freepik/@8photo)

SUKABUMIUPDATE.com - Pernahkah kamu merasa hari Senin terasa tiada habis-habisnya, padahal hanya beberapa jam sudah berlalu? Sebaliknya, Jumat tiba terasa begitu cepat satu detik merasa senang, kemudian hari sudah malam dan akhir pekan pun tiba. Kenapa ya, waktu seperti melambat di awal minggu dan meloncat menjelang akhir? Ternyata, psikologi persepsi waktu punya penjelasan menarik di balik fenomena ini.

Dikutip dari Psychology Today, persepsi waktu adalah subjektif, artinya apa yang kita rasakan tentang berlalunya waktu sering berbeda dengan waktu yang sebenarnya berlalu. Faktor seperti perhatian, emosi, dan konteks sangat mempengaruhi perasaan kita tentang waktu.

Hari Senin: Rutin, Kurang Baru, Mood Tertekan

Senin sering diasosiasikan dengan kembali ke rutinitas setelah akhir pekan. Karena rutinitas yang terasa serupa hari ke hari kurang stimulus baru maka otak kita memproses informasi lebih sedikit, yang membuat waktu tampak lebih panjang. Selain itu, mood yang belum nyetel setelah akhir pekan juga bisa membuat waktu terasa lambat. Psychology Today mencatat bahwa ketika aktivitas tidak menyedot perhatian kita atau kita merasa bosan, maka persepsi waktu melambat.

Baca Juga: Dari Kolesterol Hingga Risiko Jantung, Ini Bahaya Konsumsi Minyak Berlebih untuk Kesehatan

Selasa: Hari Terlama dalam Persepsi Kolektif

Banyak survei informal di berbagai negara menunjukkan bahwa Selasa sering terasa paling lama. Menurut psikolog waktu, ini karena energi awal minggu sudah menurun, tapi akhir pekan masih terasa jauh. Kita sudah mulai masuk rutinitas penuh, namun belum punya rewards yang bisa dinikmati. Itulah mengapa Selasa sering disebut “the real Monday”.

Rabu: Titik Tengah yang Melelahkan

Disebut juga hump day, Rabu adalah masa transisi. Otak kita sudah mulai terbiasa dengan ritme kerja, tapi fisik mulai lelah. Persepsi waktu di hari ini biasanya stabil tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat namun rasa jenuh mulai muncul. Dilansir dari Psychology Today, kejenuhan membuat kita overestimate waktu, alias merasa waktu berjalan lebih lama dari sebenarnya.

Kamis: Harapan Mulai Tumbuh

Menjelang akhir pekan, mood mulai naik. Aktivitas terasa lebih ringan karena otak mulai memproduksi dopamin, hormon antisipasi terhadap hal menyenangkan. Ini yang membuat waktu terasa lebih cepat. Jadi, walau aktivitas tetap padat, kita lebih menikmatinya karena ada hadiah di depan mata hari libur.

Hari Jumat: Fokus, Antisipasi, dan Flow

Sebaliknya, Jumat mengandung unsur kebebasan (akhir pekan), antisipasi, dan sering kali aktivitas yang lebih menyenangkan atau ringan dibanding Senin. Dalam kondisi semacam itu, kita bisa masuk ke kondisi flow kita fokus, terbawa suasana yang menurut penelitian membuat waktu terasa melaju cepat. Psychology Today menyebut bahwa ketika kita sangat terlibat dalam aktivitas yang menarik, waktu terasa lebih cepat berlalu.

Baca Juga: Kaleidoskop Musik 2025: Konser Musik Global di Indonesia Pusat Gravitasi Musik Dunia

Sabtu: Kebebasan Penuh

Hari Sabtu biasanya menjadi puncak kebahagiaan. Aktivitas yang menyenangkan (leisure) membuat otak dalam kondisi flow state, di mana perhatian penuh pada aktivitas menyebabkan waktu seolah tidak terasa. Inilah sebabnya kita sering merasa Sabtu terlalu cepat habis.

Minggu: Campuran Nikmat dan Cemas

Meski tenang, Minggu sering terasa cepat berlalu karena ada yang disebut Sunday anxiety kecemasan menjelang Senin. Pikiran sudah mulai beralih ke beban kerja esok hari, sehingga kita tidak sepenuhnya menikmati waktu luang. Otak secara tak sadar mempercepat persepsi waktu agar segera mencapai fase adaptasi berikutnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Waktu

Beberapa faktor yang relevan untuk fenomena ini:

  • Bosan atau rutinitas tinggi = perasaan waktu melambat.
  • Antisipasi atau keterlibatan tinggi = perasaan waktu cepat berlalu.
  • Emosi dan keadaan mental (misal stres, kecemasan) yang bisa membuat persepsi waktu menyimpang.

Ternyata, bukan jam di dinding yang berubah melainkan cara otak memaknai waktu. Persepsi waktu kita selalu bergeser mengikuti emosi, rutinitas, dan ekspektasi. Jika kamu ingin waktu terasa lebih seimbang, cobalah mengisi tiap hari dengan hal bermakna, bukan hanya menunggu akhir pekan. Karena pada akhirnya, waktu berjalan sama cepatnya yang berbeda hanyalah bagaimana kita merasakannya.

Baca Juga: AI Ngeyel Disuruh Shutdown Malah Minta Hidup Terus!

Sumber: Psychology Today

Berita Terkait
Berita Terkini