Suara Tapal Batas Jabar Di HGN 2025: Keberhasilan Kami Diukur dari Keberhasilan Siswa di Masa Depan

Sukabumiupdate.com
Selasa 25 Nov 2025, 07:09 WIB
Suara Tapal Batas Jabar Di HGN 2025: Keberhasilan Kami Diukur dari Keberhasilan Siswa di Masa Depan

Suara HGN 2025: Kisah 12 tahun sebagai honorer memberikan Fajar pemahaman mendalam tentang korelasi antara stabilitas ekonomi dan kualitas mengajar. (Foto:Dokpri)

SUKABUMIUPDATE.com - Di balik suasana pedesaan sejuk dan asri di Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, terukir kisah dedikasi seorang guru. Fajar Gumilar, Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) di SDN Sukajadi, mengenal betul kerasnya perjuangan mengajar di tengah keterbatasan. Ia baru diangkat sebagai PPPK pada tahun 2024, sebuah pengakuan status yang tulus kepada Sukabumiupdate.com setelah dua belas tahun lamanya berstatus guru honorer. Perjalanan panjang ini tidak hanya memberinya rasa syukur, tetapi juga menajamkan pandangannya terhadap isu fundamental pendidikan nasional tentang kesenjangan dan kesejahteraan pendidik.

Di Hari Guru Nasional (HGN) 2025 ini, Fajar Gumilar tidak meminta pujian. Ia menyuarakan harapan yang menjadi cermin aspirasi ribuan guru di Jawa Barat khususnya, dan temtunya untuk semua rekan seprofesinya di Indonesia mulai dari daerah Tasikmalaya hingga wilayah tetangga Garut, Cinajur hingga Sukabumi dan luar pulau Jawa, yang menghadapi tantangan fasilitas dan kepastian kesejahteraan. Ia berharap momentum HGN menjadi titik balik bagi pemerintah daerah untuk lebih serius menggarap akar masalah yang menghambat kemajuan pendidikan di lapangan.

Perspektif Guru Olahraga Generasi Emas Harus Sehat

Sebagai guru Penjasorkes, pandangan Fajar tentang pendidikan sangat holistik, bahwa kecerdasan tanpa kebugaran adalah sia-sia. Ia adalah garda terdepan dalam membentuk gaya hidup aktif siswa, menanamkan nilai disiplin, kerja sama, dan sportivitas melalui aktivitas fisik. Namun, tugas mulia ini sering terhambat oleh realitas di lapangan yang jauh dari ideal. Di banyak Sekolah Dasar (SD) di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah pinggiran Tasikmalaya, Priangan Timur dan Sunda Pakuan, hingga Sukabumi, lapangan olahraga yang memadai dengan segala fasilitasnya seringkali hanya mimpi.

Baca Juga: Muhammad Jaenudin Kenalkan Sistem Demokrasi dan Peran DPRD Jabar ke Pelajar Kota Sukabumi

Siswa di SDN Sukajadi, dan sekolah-sekolah sejenis, terpaksa berolahraga di halaman berpasir, atau bahkan harus berbagi ruang dengan area lain yang tidak ideal, meningkatkan risiko cedera dan membatasi jenis materi yang dapat diajarkan. Keterbatasan ini membuat Fajar dan rekan guru Penjasorkes lainnya harus berkreasi ekstra untuk memastikan kurikulum tercapai. Inilah yang mendorong Fajar menyuarakan aspirasi bahwa Generasi Emas yang dicita-citakan negara haruslah generasi yang sehat secara fisik dan mental, dan prasyarat untuk itu adalah dukungan sarana yang layak bagi guru olahraganya.

Fokus Pendidikan Tak Cuma Gaji, Tapi Dukungan Inovasi dan Fasilitas MerataFokus Pendidikan Tak Cuma Gaji, Tapi Dukungan Inovasi dan Fasilitas Merata (Dokpri)

Namun, kesenjangan antara sekolah di perkotaan dan pedesaan di Jawa Barat, khususnya terkait Penjasorkes, sangat terasa dalam hal akses terhadap alat dan metode ajar terbaru. Fajar berharap pemerintah dapat menjamin pemerataan kualitas melalui pelatihan dan dukungan sarana, sehingga guru di Sukaresik dapat memiliki kompetensi yang sama dengan guru di pusat kota Bandung.

"Harapan di Hari Guru pada tahun 2025 ini, kami sebagai guru berharap adanya peningkatan kesempatan untuk mengembangkan diri, pelatihan yang merata, serta dukungan fasilitas yang memadai agar pembelajaran bisa berjalan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan zaman," tutur Fajar Gumilar kepada Sukabumiupdate.com (25/11). Permintaan akan alokasi dana yang fokus pada standar minimal peralatan olahraga dan perbaikan lapangan sekolah dasar di seluruh wilayah Jawa Barat menjadi penekanan utamanya. Tanpa infrastruktur yang baik dari matras yang aman hingga bola yang layak sulit bagi guru Penjasorkes melaksanakan kurikulum secara maksimal, apalagi menemukan bakat-bakat olahraga potensial di daerah.

Baca Juga: Muhammad Jaenudin Kenalkan Sistem Demokrasi dan Peran DPRD Jabar ke Pelajar Kota Sukabumi

Ruang Bernapas bagi Inovasi Pendidik

Kisah 12 tahun sebagai honorer memberikan Fajar pemahaman mendalam tentang korelasi antara stabilitas ekonomi dan kualitas mengajar. Pengangkatannya menjadi PPPK membawa angin segar dan kepastian, namun ia tidak melupakan ribuan rekan honorer lain di Jawa Barat yang masih berjuang dengan upah di bawah standar hidup layak. Fajar melihat kesejahteraan guru sebagai investasi, bukan sekadar balas jasa.

"Selain peningkatan kualitas, saya sebagai guru juga berharap ada perhatian lebih terhadap kesejahteraan pendidik," kata Fajar Gumilar. Ia menegaskan, guru yang hidup dalam kecemasan finansial akan sulit berinovasi atau fokus penuh pada perkembangan siswa. "Menurutku guru yang sejahtera dan didukung dengan baik akan memiliki ruang yang lebih luas untuk berinovasi dan mengajar dengan penuh semangat," imbuhnya. Kesejahteraan yang terjamin memberikan ketenangan psikologis yang esensial agar energi guru sepenuhnya tercurah pada proses kreatif pembelajaran di kelas dan di lapangan.

Kisah 12 tahun sebagai honorer memberikan Fajar pemahaman mendalam tentang korelasi antara stabilitas ekonomi dan kualitas mengajar. Pengangkatannya menjadi PPPK membawa angin segar dan kepastian, namun ia tidak melupakan ribuan rekan honorer lain di Jawa Barat yang masih berjuang dengan upah di bawah standar hidup layak. Fajar melihat kesejahteraan guru sebagai investasi, bukan sekadar balas jasa.

Baca Juga: PERSSI Kota Sukabumi Juara 4, Kapten Bani Refleksikan Performa Tim di Liga 4 Seri 2

Perubahan status dari honorer menjadi PPPK, seperti yang dialami Fajar, secara faktual telah menghilangkan beban mencari penghasilan tambahan di luar jam sekolah dan kecemasan akan keberlanjutan karir. Ini membebaskan waktu dan pikiran guru untuk fokus pada penyusunan modul ajar yang lebih kreatif, mendalami metodologi Penjasorkes yang inovatif, dan memberikan perhatian lebih personal kepada siswa. Keadaan ini kontras dengan ribuan guru honorer lain, khususnya di daerah terpencil Tasikmalaya dan Sukabumi, yang hingga kini masih harus membagi perhatian mereka antara mengajar dan memenuhi kebutuhan dasar keluarga, sebuah kondisi yang jelas menghambat laju peningkatan mutu pendidikan.

Keberhasilan Siswa Adalah Ukuran Sejati

Terlepas dari tuntutan fasilitas dan kesejahteraan, Fajar Gumilar menutup aspirasinya dengan visi mulia. Tujuan akhirnya adalah melihat output pendidikan yang holistik para peserta didik yang kini ia dampingi di SDN Sukajadi. Pria yang telah memiliki dua putra ini berharap kerja keras guru di lapangan akan berbuah generasi yang matang.

"Harapan terbesarnya adalah melihat peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik, kreatif, memiliki rasa ingin tahu tinggi, dan siap menghadapi masa depan," tutup Guru Penjasorkes yang kini menyandang status PPPK tersebut.

Baca Juga: Bantah Hoax Kekeringan, Warga Sebut Kehadiran Pabrik Aqua Justru Permudah Akses Air Bersih

Laki-laki yang hobi nonton bola dan pendukung loyal Persib ini menekankan bahwa melalui pendidikan jasmani dan olahraga, nilai-nilai kejujuran, kepemimpinan, dan kerja tim ditanamkan secara langsung. Melalui setiap pertandingan atau latihan fisik, siswa belajar tentang kedisiplinan diri dan sportivitas modal dasar yang jauh lebih penting daripada sekadar nilai akademik di atas kertas. Untuk itu, dukungan terhadap guru Penjasorkes dan fasilitas di Jawa Barat adalah investasi krusial dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermental tangguh dan beretika saat memasuki dunia kerja atau perkuliahan.

Bagi Fajar Gumilar, keberhasilan di masa depan bukanlah tentang kemudahan yang diberikan pemerintah kepada guru, melainkan tentang dampak multiplikasi yang diciptakan oleh guru yang didukung penuh. Ketika guru dapat mengajar dengan tenang, berinovasi dengan leluasa, dan memiliki fasilitas yang memadai, energi positif ini akan disalurkan sepenuhnya kepada siswa. Ia menutup pesannya dengan sebuah refleksi mendalam yang menjadi pengingat bagi seluruh pemangku kepentingan di Hari Guru Nasional: "Pada akhirnya, keberhasilan kami bukan diukur dari hadiah atau penghargaan, tetapi dari keberhasilan siswa kami di masa depan."

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini