80 Tahun Merdeka! Menembus Gelap, Perjuangan Anak Sukabumi Seberangi Sungai Demi Sekolah

Sukabumiupdate.com
Senin 25 Agu 2025, 11:19 WIB
80 Tahun Merdeka! Menembus Gelap, Perjuangan Anak Sukabumi Seberangi Sungai Demi Sekolah

Pelajar asal Kampung Cilantung, Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, berangkat ke sekolah dengan menyeberangi Sungai Cilantung. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Hari masih gelap ketika langkah-langkah kecil mulai terdengar dari perkampungan Cilantung, Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Dengan seragam sekolah yang sederhana, puluhan anak bergegas meninggalkan rumahnya. Tujuan mereka satu: sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cijambe.

Akses menuju sekolah itu bukan jalan biasa. Tanah becek, lumpur lengket, bebatuan, hingga sungai tanpa jembatan, harus mereka taklukkan setiap hari. Perjalanan sepanjang empat kilometer ditempuh dalam waktu dua hingga dua setengah jam, itu pun jika cuaca cerah.

“Kalau hujan dan sungai meluap, anak-anak terpaksa libur. Tidak mungkin bisa nyeberang, bahaya,” ujar Hendar (37 tahun), warga Kampung Cilantung yang setiap pagi mengantar anak dan kelima anak tetangganya hingga titik terang sebelum bergabung dengan siswa lain.

Menurut Hendar, anak-anak Cilantung harus berangkat sejak pukul lima pagi saat kampung masih gelap gulita. Tak ada pilihan, hanya MI Cijambe sekolah terdekat."Kalau tidak berangkat jam segitu, mereka bisa telat masuk, dan ketinggalan sama teman-temannya untuk jalan kaki bareng, ” katanya kepada sukabumiupdate.com pada Senin (25/8/2025).

Baca Juga: Warga Bawa Jenazah Lewat Sungai, Camat Jampangkulon Akui Jembatan Belum Dibangun Lagi

Jalan kabupaten ruas Cibugel-Bangbayang, yang menjadi satu-satunya akses, sudah puluhan tahun belum tersentuh aspal. Lubang, lumpur, dan licin menjadi pemandangan sehari-hari. “Kondisi ini kami rasakan puluhan tahun, bahkan sampai Indonesia sudah 80 tahun merdeka. Kami masih menunggu keajaiban,” ucap Hendar menjelaskan.

Tak hanya pendidikan, kondisi jalan ini juga menjadi kendala dalam perekonomian, kesehatan, hingga kegiatan sosial. Harapan warga sederhana: akses layak agar bisa hidup lebih sejahtera.

Dede Setiana, salah satu guru di MI Cijambe, membenarkan perjuangan anak-anak dari pelosok. Dari total 70 siswa, sekitar 25 anak menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki.

“Ada 10 siswa kelas I dari Cilantung dan Cilinjing. Kalau Cilinjing sudah ada jembatan, tapi anak-anak Cilantung masih harus turun ke sungai untuk nyeberang. Kalau cuaca cerah kadang mereka numpang motor engkreg (modifikasi),” kata Dede.

Di balik tawa anak-anak, tersimpan kisah getir tentang akses pendidikan di pelosok negeri. Setiap langkah mereka di jalan becek adalah doa agar suatu hari, jalan menuju sekolah benar-benar bisa dilalui dengan aman dan layak.

Berita Terkait
Berita Terkini