Melihat Jejak Belanda di Ujunggenteng Sukabumi, Dermaga Rempah hingga Bunker Rahasia

Sukabumiupdate.com
Minggu 17 Agu 2025, 06:00 WIB
Melihat Jejak Belanda di Ujunggenteng Sukabumi, Dermaga Rempah hingga Bunker Rahasia

Bunker, Pos Jaga, dan Dermaga. Bangunan jejak Belanda di Ujunggenteng Sukabumi | Foto : Ragil Gilang

SUKABUMIUPDATE.com - Tidak banyak yang tahu, di balik hamparan pasir putih dan hutan lindung nan lebat di pesisir selatan Sukabumi, tersimpan jejak peninggalan kolonial Belanda yang nyaris luput dari perhatian.

Menurut warga setempat, Nana Septiansyah, ada tiga bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri, yaitu bekas dermaga Bagal Batre sepanjang 200 meter dari bibir pantai, kemudian dua pos jaga yang dikenal warga sebagai Gedong Papak, serta tiga buah bunker tersembunyi di dalam hutan Tenda Biru, Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap.

Nana menjelaskan, bangunan-bangunan tua ini bukan sekadar sisa arsitektur masa lalu, melainkan saksi bisu kehadiran kolonial Belanda di Sukabumi selatan.

“Cerita dari orangtua dulu, Dermaga Bagal Batre dulu jadi pelabuhan transit tentara Belanda, mengangkut hasil rempah-rempah, juga awal kisah warga Jawa Timur dan Jawa Tengah dibawa Belanda untuk bermukim di Ujung Genteng, sebelum diberangkatkan ke Suriname atau Kalimantan,” tutur Nana kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (16/8/2025).

Baca Juga: Kasus Pencabulan Balita di Kebonpedes: DP3A Sukabumi Dampingi Korban, Pelaku Diamankan

Dua pos jaga Belanda yang disebut Gedong Papak berada di tepi jalan hutan. Salah satunya berukuran cukup besar dengan beberapa kamar dan ruang tengah, menandakan fungsinya lebih dari sekadar pos pengawasan.

Sementara itu, sekitar 10–15 menit berjalan kaki dari jalan utama hutan, tiga bunker peninggalan Belanda berdiri tersembunyi. Salah satunya disebut sebagai bunker utama karena memiliki pintu dan jendela, bahkan masih bisa dimasuki hingga kini. Uniknya, ada sebuah bunker yang posisinya miring akibat galian tanah di bawahnya, menjadi bukti adanya perburuan harta karun di masa lalu.

Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung harus menempuh perjalanan kurang lebih 90 kilometer dari Kota Sukabumi atau sekitar tiga jam. Dari Jakarta, jarak mencapai 200 kilometer dengan waktu tempuh sekitar lima jam. Akses masuk berada di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujunggenteng, lalu sekitar tiga kilometer melintasi hutan cagar alam seluas 38 hektare.

Meski perjalanan cukup panjang, setibanya di lokasi semua rasa lelah akan terbayar. Pantai Tenda Biru menyambut dengan pasir putih yang membentang, berpadu dengan kesejukan hutan lindung di sekelilingnya. Suasananya masih alami dengan pohon besar, biawak, hingga kicau burung menjadi bagian dari panorama yang sulit ditemui di tempat lain.

Baca Juga: Bendera One Piece di Bawah Merah Putih Berkibar di Cicantayan Sukabumi

“Dulu warga menyebutnya Jojongor Ujunggenteng atau Kokoncong. Nama Tenda Biru muncul karena dulu ada pencari harta karun yang mendirikan tenda beratap biru di sini,” jelas Nana.

Tak jauh dari pantai, menjulang sebuah mercusuar setinggi 40 meter yang dibangun pada 2007. Dari puncaknya, hamparan Samudera Hindia tampak tak berujung, sementara di sisi lain hutan hijau melindungi jejak sejarah yang masih terjaga.

Kini, area ini berada di bawah pengawasan TNI Angkatan Udara Atang Senjaya. Namun, bagi warga sekitar, bangunan kolonial itu lebih dari sekadar benda mati. Ia adalah pengingat sejarah masuknya etnis Jawa ke Sukabumi selatan, sekaligus potensi wisata sejarah yang bisa dikembangkan lebih serius.

“Sayang sekali, tempat bersejarah ini belum banyak dikenal orang. Padahal kalau dikelola dengan baik, bisa jadi wisata sejarah sekaligus wisata alam yang lengkap,” ujar Nana.

Di balik rindangnya hutan Tenda Biru dan deburan ombak Ujunggenteng, peninggalan Belanda itu masih berdiri. Sepi, terlupakan, namun tetap menyimpan cerita tentang masa lalu yang turut membentuk wajah Sukabumi hari ini.

Berita Terkait
Berita Terkini