Longsor Sukabumi: Kesaksian Anita Menggali Reruntuhan, Temukan Sang Adik dalam Timbunan Tanah

Sukabumiupdate.com
Rabu 09 Jul 2025, 13:35 WIB
Longsor Sukabumi: Kesaksian Anita Menggali Reruntuhan, Temukan Sang Adik dalam Timbunan Tanah

Anita Ramdan (29 tahun) dimintai keterangan di sekitar tempat tinggalnya sekaligus lokasi longsor yakni di Kampung Babakan RT 17/06 Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, Rabu (9/7/2025). | Foto: SU/Ibnu Sanubari

SUKABUMIUPDATE.com - Suasana duka menyelimuti Kampung Babakan RT 17/06 Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, setelah longsor merenggut nyawa remaja bernama Ibrahim (13 tahun--sebelumnya disebut 15 tahun), Rabu dini hari (9/7/2025).

Di antara suara hujan dan tanah yang menggemuruh, Anita Ramdan (29 tahun), kakak korban, masih mengingat detik-detik yang mengubah segalanya. “Jam satu (dini hari) belum terjadi apa-apa, soalnya masih bangun saya juga,” ucap dia kepada sukabumiupdate.com di lokasi.

Namun berselang beberapa puluh menit, sekira pukul 01.30 hingga 02.00 WIB, suasana berganti. Anita yang semula tertidur pulas, terbangun oleh panggilan saudaranya dari rumah sebelah. “Bangun-bangun banjir. Kirain banjir biasa, enggak ada longsornya atau longsornya cuma di ruangan TV,” katanya, mencoba menenangkan diri di tengah kenangan pahit itu.

Di dekat kamar Ibrahim dan keponakannya, Said (8 tahun), terdapat tebing setinggi sekitar 15 meter yang selama ini berdiri diam, namun tiba-tiba menjadi ancaman maut. Begitu menyadari situasi darurat, Anita berlari ke kamar adiknya dan menggedor pintu untuk membangunkan.

Salah satu rumah di Bojonggenteng, Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, yang tertimpa tanah longsor pada Rabu (9/7/2025) dini hari. | Foto: P2BK BojonggentengRumah Anita dan Ibrahim di Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi. | Foto: P2BK Bojonggenteng

Baca Juga: Malam Maut Sukabumi! Identitas Korban Tewas dan Luka Akibat Longsor di Bojonggenteng

“Ibra bangun, Ibra bangun. Susah dikunci pintunya sama dia (almarhum). Saya manjat pakai kursi lewat atas, ternyata udah selutut saya tanah doang. Udah rata pakai tanah semua,” ujar dia dengan suara bergetar.

Keluarga yang panik hanya bisa mengandalkan tangan dan alat seadanya untuk menggali reruntuhan. Di tengah gelap, mereka menggali dengan harapan dan ketakutan. “Seadanya pakai tangan. Diambil yang pertama itu saudara saya yang kecil (Said), dia kakinya kelihatan, muncul sedikit, ditarik,” kata Anita.

Said berhasil diselamatkan dari timbunan tanah. Namun harapan yang sama tak berlaku bagi Ibrahim. Upaya menyelamatkannya datang terlambat. Ia ditemukan dengan tubuh yang sudah tak bernyawa. “Saat ditemukan adik saya tengkurap, kayaknya dia mau mencoba bangun, tapi keburu kena reruntuhan,” ucapnya.

Tragedi ini menyisakan satu keajaiban. Said selamat karena tubuhnya sempat tertutup bagian paha Ibrahim, yang tanpa disadari memberi ruang napas hingga bantuan datang.

“Yang satu selamat karena ketiban paha korban. Jadi yang satunya lagi (Said) bisa selamat karena ada napas, kehalang paha korban lagi tengkurap gitu. Jadi posisinya yang satu memang tiduran, kebetulan kakinya kelihatan, jadi gampang nariknya,” lanjut Anita

Korban selamat segera dilarikan ke rumah sakit. Dalam rumah tersebut, malam itu, delapan jiwa berkumpul. Kini, satu telah berpulang. Ibrahim, yang hidup dengan enam saudaranya, dimakamkan di Kampung Nyalindung pada Rabu pagi, sekira pukul 09.00 WIB.

Diketahui, hujan deras yang mengguyur mengakibatkan dua titik longsor yang terjadi nyaris bersamaan. Lokasi lainnya adalah di Kampung Bojonggenteng RT 02/01.

Berita Terkait
Berita Terkini