Krisis Infrastruktur di Leuwi Sintok Sukabumi: Jembatan Bambu Rawan, 147 Warga Sempat Terisolasi

Sukabumiupdate.com
Senin 23 Jun 2025, 09:57 WIB
Krisis Infrastruktur di Leuwi Sintok Sukabumi: Jembatan Bambu Rawan, 147 Warga Sempat Terisolasi

Jembatan darurat dari bambu yang dibangun di atas Sungai Cikaler, Kampung Leuwi Sintok, RT 34/11 Desa Bantaragung, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Derasnya arus Sungai Cikaler saat banjir pada Maret 2025 lalu telah memutus jembatan penghubung di Kampung Leuwi Sintok, RT 34/11, Desa Bantaragung, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi.

Jembatan yang dibangun pada 2012-2013 menggunakan Dana Desa (DD) itu sebelumnya menjadi akses utama warga menuju Desa Tegallega, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, dan terhubung langsung ke jalan provinsi sejauh 3 kilometer.

Ketua RW setempat, Saeful Anwar (34 tahun), mengungkapkan putusnya jembatan membuat 52 kepala keluarga dengan 147 jiwa di kampungnya terisolasi total selama sepekan.

“Selama satu minggu aktivitas warga lumpuh total. Tidak bisa ke pasar, sekolah, atau ke layanan kesehatan. Ada yang nekat turun ke sungai demi membeli sembako ke Desa Tegallega, kendati sempat terseret arus," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (23/6/2025).

Akses alternatif sejauh 10 kilometer melalui jalur Cimuncang-Ciseeng di Desa Bojongjengkol terbilang berat, karena kondisi jalan curam dan berbatu serta lumpur. Hal ini membuat warga berinisiatif membangun jembatan darurat dari bambu sepanjang 20 meter agar aktivitas masyarakat sedikit demi sedikit bisa kembali berjalan.

Baca Juga: Deretan Proyek Mangkrak di Sukabumi, dari Gedung Pemkab hingga Jembatan Pamuruyan

“Sekarang sudah ada jembatan bambu, bisa dilewati sepeda motor, tapi sangat rawan kalau bawa muatan hasil bumi. Kalau hanya membonceng orang masih bisa,” kata Saeful.

Jembatan Cikaler yang putus memiliki panjang 17 meter dan lebar 2,20 meter, dibangun sebagai solusi atas kebutuhan mobilitas warga. Namun, fondasi dan badan jembatan tidak mampu menahan derasnya arus saat banjir besar terjadi.

Saeful mengaku pihaknya telah melaporkan kondisi ini kepada Pemerintah Desa Bantaragung, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut maupun kunjungan dari pemerintah ke lokasi.

Warga berharap pemerintah segera turun tangan dan membangun kembali jembatan permanen, mengingat pentingnya infrastruktur tersebut bagi keberlangsungan aktivitas ekonomi, pendidikan, dan sosial masyarakat. "Kalau dari bambu kan tidak akan kuat lama," katanya.

Redaksi sukabumiupdate.com sudah beberapa kali menghubungi Kepala Desa Bantaragung, dan Ketua BPD melalui WhatsApp, namun belum ada balasan.

Berita Terkait
Berita Terkini