SUKABUMIUPDATE.com – Sejumlah proyek pembangunan strategis yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, hingga pertengahan tahun 2025 masih mangkrak dan belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.
Mulai dari gedung pusat perkantoran Pemerintah Kabupaten (Pemkab), duplikasi Jembatan Pamuruyan, hingga mega proyek Bukit Algoritma yang sempat digadang-gadang sebagai Silicon Valley Indonesia.
Ketiganya sempat menyedot perhatian publik karena nilai investasi yang besar dan harapan tinggi masyarakat terhadap dampak ekonominya. Namun faktanya terbengkalai di lapangan. Bahkan, ketidakpastian kelanjutan proyek memicu kritik warga dan sejumlah pihak mempertanyakan keseriusan pemerintah maupun pelaksana proyek.
Berikut ulasan lengkap tiga proyek infrastruktur yang masih terbengkalai di Sukabumi:
1. Gedung Perkantoran Pemkab Sukabumi
Pembangunan gedung pusat perkantoran pemda di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Proyek pembangunan pusat perkantoran Pemerintah Kabupaten Sukabumi di kawasan Cangehgar, Kecamatan Palabuhanratu, dimulai sejak tahun 2020. Namun hingga 2025, gedung megah tersebut belum rampung meski anggaran pembangunannya telah dikucurkan berkali-kali.
Akibatnya sempat viral di media sosial, warganet menyebut bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 18 hektare itu seperti rumah hantu karena sepi dan tak ada aktivitas pembangunan.
Bupati Sukabumi Asep Japar mengatakan, kelanjutan pembangunan gedung tersebut saat ini masih dalam tahap kajian oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
"Ini masalah gedung perkantoran memang lagi dikaji dulu oleh PUPR. Kalau memungkinkan untuk dibangun, ya Insya Allah kita harus bangun. Tapi nggak mungkin tahun ini," ujar pria yang akrab disapa Asjap itu, Selasa (10/6/2025).
Asjap memastikan bahwa pembangunan gedung perkantoran itu sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan menjadi salah satu dari 11 program prioritas, untuk lima tahun ke depan. Namun, pelaksanaannya baru bisa dimulai paling cepat pada tahun 2027 atau 2028, tergantung hasil kajian teknis yang sedang dilakukan.
"Insya Allah nanti dilanjutkan. Tapi kita harus tunggu hasil kajian PUPR seperti apa nantinya. Diperkiraan harus dibutuhkan sekitar 100 sampai 120 miliar, baru selesai semua itu bangunan," ungkapnya.
2. Duplikasi Jembatan Pamuruyan
Nilai Proyek terlalu diduga terlalu rendah, sehingga pembangunan Jembatan Pamuruyan mangkrak | Foto : sukabumiupdate.com
Proyek penggantian dan duplikasi Jembatan Pamuruyan di jalur utama Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang dimulai sejak 2022 hingga kini belum juga rampung. Pembangunan infrastruktur strategis milik Kementerian PUPR ini justru menjadi sumber kemacetan di jalur nasional Bogor–Sukabumi, akibat terhentinya aktivitas konstruksi.
Para pengguna jalan, termasuk sopir angkot, telah berulang kali mengeluhkan kondisi proyek yang mangkrak dan minim progres. Tidak hanya itu, salah seorang warga bahkan melaporkan proyek tersebut ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat, dengan tembusan ke Direktorat Kriminal Khusus (Krimsus) Polda Jabar pada 24 Juni 2024. Langkah ini dilakukan karena kekecewaan atas ketidakjelasan nasib proyek tersebut, meski sudah berjalan lebih dari dua tahun.
“Ini ada apa? Proyek yang seharusnya selesai dalam waktu 191 hari, kini molor menjadi lebih dari dua tahun. Saya menduga ada yang tidak beres dalam pengerjaan proyek tersebut,” ungkap pelapor, Hilman Sunjaya, seperti dikutip dari lingkarjabar.com.
Baca Juga: Mangkrak, Diduga Nilai Proyek Jembatan Pamuruyan Sukabumi Terlalu Rendah
Berdasarkan informasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), proyek ini telah melalui proses tender sejak awal Maret 2022. Total pagu anggaran tercatat sebesar Rp 24,76 miliar, dengan masa lelang dari 1 Maret hingga 11 April 2022. Proyek ini dibiayai dari APBN 2022 dan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Jawa Barat.
Namun, hingga pertengahan 2025, belum terlihat tanda-tanda penyelesaian. Dari pihak Kementerian PU pun belum memberikan penjelasan resmi terbaru terkait kendala yang menyebabkan proyek ini mangkrak.
3. Proyek Bukit Algoritma
Cikidang Resort, salah satu titik pembangunan Bukit Algoritma di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi. Foto ini diambil pada Sabtu, 2024. Tempat ini juga menjadi lokasi groundreaking pada 9 Juni 2021. | Foto: SU/Ilyas
Proyek ambisius Bukit Algoritma yang diluncurkan pada 9 Juni 2021 di kawasan Cikidang dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, masih belum menunjukkan tanda-tanda pembangunan fisik hingga pertengahan 2025. Kawasan yang digadang-gadang sebagai “Silicon Valley” Indonesia ini dirancang sebagai pusat teknologi tinggi dengan nilai investasi mencapai triliunan rupiah.
Bukit Algoritma merupakan proyek kerja sama antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Keduanya membentuk perusahaan Kerja Sama Operasional (KSO) bernama PT Kiniku Bintang Raya, dengan Budiman Sudjatmiko sebagai ketua pelaksana. Sementara itu, PT Amarta Karya (AMKA), salah satu BUMN konstruksi, ditunjuk sebagai kontraktor utama untuk tahap awal pembangunan.
Proyek ini rencananya dibangun di atas lahan seluas 888 hektare yang mencakup tiga desa di Kecamatan Cikidang (Cicareuh, Pangkalan, dan Tamansari) dan satu desa di Kecamatan Cibadak (Neglasari). Tahapan pembangunan dibagi menjadi tiga: tahap pertama tiga tahun, tahap kedua tiga tahun, dan tahap ketiga empat tahun.
Namun, berdasarkan penelusuran dan keterangan warga setempat, hingga 2025 tidak ada aktivitas pembangunan yang terlihat di lokasi. Lahan masih kosong dan belum ada pergerakan berarti. Bahkan, PT Amarta Karya kini tengah dalam proses restrukturisasi setelah masuk daftar BUMN bermasalah.
Baca Juga: Blak-blakan Warga soal 3 Tahun Proyek Bukit Algoritma di Sukabumi: Gak Ada Aktivitas Apa-apa
Meski demikian, pihak perusahaan masih menyatakan bahwa proyek belum dibatalkan dan sedang berada dalam tahap persiapan. Pernyataan tersebut menimbulkan keraguan dari masyarakat yang berharap proyek dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Pada April 2022, External Affairs PT AMKA, Hilmi Dzakwan Shodiq, menyampaikan bahwa proyek Bukit Algoritma tertunda karena dana dari investor belum masuk. Hal ini membuat pihak kontraktor tidak bisa melanjutkan proses pembangunan di lapangan.
Baca Juga: Nasib Bukit Algoritma Sukabumi? Usai Kontraktor Masuk Daftar BUMN Terancam Dibubarkan
Setahun kemudian, pada 9 Juni 2023, Budiman Sudjatmiko menyatakan proyek tetap berjalan dan timnya sedang fokus pada renovasi beberapa gedung yang sudah ada. Ia juga mengungkapkan adanya rencana pertemuan dengan calon investor dari Eropa Barat. Namun hingga kini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai realisasi rencana tersebut.
Ketiga proyek tersebut menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah dan pusat agar lebih serius dalam perencanaan, penganggaran, dan pengawasan pembangunan. Masyarakat berharap proyek-proyek tersebut tidak hanya menjadi simbol ambisi, tetapi benar-benar membawa manfaat nyata bagi warga Sukabumi.