SUKABUMIUPDATE.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi menyebut faktor utama penyebab sering terjadinya banjir limpasan di sejumlah titik di Kota Sukabumi karena banyak saluran air (drainase) yang bermasalah.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik, menurutnya titik banjir limpasan di Kota Sukabumi sering kali terjadi di wilayah tengah kota hingga wilayah hilir Kota Sukabumi.
“Kebanyakan memang banjir limpasan di Kota Sukabumi ini sering terjadi di pertengahan kota sampai wilayah hilir Kota Sukabumi,” ujar Novian kepada sukabumiupdate.com, Selasa (17/6/2025).
Menurutnya, hal itu disebabkan akibat banyaknya saluran air yang bermasalah atau tidak berfungsi dengan baik sehingga air tidak dapat tersalurkan dan terjadi banjir limpasan.
Baca Juga: Wali Kota Sukabumi Paparkan Raperda RPJMD 2025–2029 dan Pertanggungjawaban APBD 2024
“Jadi memang banyak terjadinya banjir limpasan di Kota Sukabumi ini karena banyaknya saluran saluran air yang tidak normal, bermasalah atau tidak berfungsi, baik drainase, irigasi atau saluran air lainnya, dan menurut saya itu perlu adanya normalisasi,” kata dia.
Lebih lanjut, Novian mencontohkan banjir limpasan yang seri g terjadi di wilayah Jalan Sudajaya atau Lio Santa, Kecamatan Baros dan Legokbitung, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.
“Yang sering terjadi itu di jalan Lio Santa (Baros) dan Legokbitung (Cibeureum). Kalau yang di lio santa itu memang kondisi jalannya agak cekung ke bawah dan saluran drainasenya itu lebih atas dari saluran irigasi yang ada di lokasi dan saluran irigasi itu tidak normal,“ jelas dia.
“Untuk di legokbitung sendiri itu karena ada pertemuan aliran air sungai Ciuda dan Sungai Cibitung sehingga kalau hujan turun melimpas ke pemukiman warga Legokbitung,“ tambah dia.
Baca Juga: Anggota Komisi VI DPR Soroti Polemik Tambang di Raja Ampat dan Sukabumi
Melihat hal itu, pihaknya berharap agar pemerintah serta intansi terkait dapat melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap setiap saluran air yang bermasalah.
“Nah ini perlu perhatian khusus dari pemerintah jangan sampai hal ini menjadi hal yang biasa dengan munculnya bahasa langganan banjir itu kan tidak baik sebetulnya karena sifatnya negatif, berarti itu harus dipikirkan oleh tega ahli bagaimana solusinya dalam hal kontruksi supaya tidak terjadi seperti itu,” pungkasnya.(adv)