SUKABUMIUPDATE.com - Hujan deras yang mengguyur Senin siang hingga malam, 16 Juni 2025 memicu sejumlah kejadian bencana. BPBD Kota Sukabumi, menangani longsor dan banjir limpasan di sejumlah wilayah, terdampak cuaca ekstrim.
Satuan tugas Penanggulangan Bencana BPBD pasca hujan lebat melakukan penanganan sementara membersihkan longsoran menyebabkan TPT ambruk yang berada di bantaran sungai cileles. Tebing pinggir sungai yang berada di kawasan jalan siliwangi gang Haji Marjuki Kelurahan Kebonjati Cikole, longsor. Penanganan dilakukan cepat agar material longsor tidak menghalangi laju air sungai, juga menutup area longsor dengan terpal plastik, untuk mencegah bencana susulan.
“Menghimbau kepada masyarakat agar selalu menjaga lingkungannya dari sampah dan tidak membuang sampah ke sungai,” tulis admin Satgas PB BPBD Kota Sukabumi dalam akun medsosnya. Petugas juga mengirim bantuan tanggap darurat untuk warga terdampak.
Baca Juga: Pabrik Rokok Mulai ‘Engap’, Daerah Penghasil Tembakau Ungkap Data Kaum Udut
Selain longsor di sungai Cileles, Satuan tugas Penanggulangan Bencana BPBD juga melakukan penanganan sementara membersihkan longsoran di jalan merbabu Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi. Juga penanganan banjir limpasan di Kelurahan Cikondang Kecamatan Citamiang.
Juga di jalan limus nunggal Kelurahan Kelurahan Limusnunggal Kecamatan Cibeureum dan Jl.A Rahman Hakim Kelurahan Benteng Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi. (adv)
Potensi Cuaca Ekstrim di Musim Kemarau Basah
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk periode 17 hingga 23 Juni 2025. Memasuki minggu ketiga bulan Juni, kondisi cuaca di sejumlah wilayah Indonesia menunjukkan variasi yang cukup signifikan.
Baca Juga: Untuk Pelayan Publik, Diskominfo Kota Sukabumi Dorong Kecamatan Kelolah Website
Salah satu penyebab utama variasi ini adalah pola sirkulasi harian antara daratan dan lautan. Pada siang hari, panas matahari memanaskan daratan dan memicu terbentuknya awan-awan konvektif, yang kerap memicu hujan pada sore atau malam hari.
Setelah itu, sistem hujan cenderung berpindah ke wilayah laut dan aktif kembali menjelang dini hari. Pola semacam ini berulang setiap hari, dan menjadi ciri khas kawasan tropis maritim seperti Indonesia.
BMKG juga mencatat adanya intrusi udara kering dari arah selatan yang menambah ketidakstabilan atmosfer, terutama di wilayah Jawa. Kecepatan angin permukaan yang meningkat—lebih dari 25 knot—terpantau di beberapa wilayah perairan seperti Laut Andaman, Laut Banda, Laut Jawa, dan Laut Arafura. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gelombang tinggi dan berdampak pada keselamatan pelayaran dan aktivitas kelautan.
Baca Juga: Swadaya Warga Perbaiki Jalan di Mandrajaya Sukabumi, Puluhan Tahun Rusak
Melihat dinamika atmosfer yang masih cukup aktif, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, maupun gelombang tinggi.
Meski sebagian wilayah telah mulai memasuki musim kemarau, potensi bencana hidrometeorologi masih ada. Oleh karena itu, BMKG mengingatkan pentingnya mengikuti perkembangan cuaca dari sumber resmi dan melakukan langkah antisipasi yang diperlukan. (adv)