Gedung Seni Aher Terbengkalai, Seniman dan Budayawan Sukabumi Suarakan Kekecewaan

Sukabumiupdate.com
Senin 02 Jun 2025, 18:32 WIB
Gedung kesenian yang diberi nama Gedong Seni Aher berlokasi di Jalur Lingkar Kota Sukabumi | Foto : Turangga Anom

Gedung kesenian yang diberi nama Gedong Seni Aher berlokasi di Jalur Lingkar Kota Sukabumi | Foto : Turangga Anom

SUKABUMIUPDATE.comGedung Kesenian yang diberi nama Gedong Seni Aher milik pemerintah Kota Sukabumi kini tampak terbengkalai, bahkan sudah mengalami kerusakan pada sejumlah bagian. Gedung yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 10 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan selesai pada 2018 itu justru jarang dimanfaatkan untuk kegiatan seni.

Berdasarkan pantauan di lokasi, Gedong Seni Aher yang terletak di Jalan Jalur Lingkar Selatan Sukabumi itu kini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, berbagai sudut gedung mengalami kerusakan, atap gedung dalam kondisi rusak, plafon yang lepas dan nyaris jatuh.

Bahkan reporter sukabumiupdate.com yang meliput di lokasi diperingatkan untuk tidak memasuki area dalam gedung, karena dikhawatirkan tertimpa puing-puing plafon yang menggantung, terlebih kondisi gedung juga terkunci.

Meski demikian, gedung tersebut masih tetap dibersihkan setiap satu minggu sekali, pembersihan dilakukan bersamaan dengan kedatangan pengelola (Disdikbud Kota Sukabumi) ketika melakukan pemeliharaan gedung.

Baca Juga: Hasil Polling Sukabumiupdate: 93 Persen Responden Tak Setuju Dana Partai Politik Naik 10 Kali Lipat

Tak pernah digunakan untuk pertunjukan seni

Seniman Sukabumi, Dhena Maysar Aslam, mengungkap bahwa sejak awal Gedong Seni Aher memang tidak pernah menjadi ruang yang ideal untuk kegiatan kesenian.

“Berbagai kerusakan itu merupakan indikasi bahwa gedung tersebut tidak dimanfaatkan oleh para seniman karena tidak memenuhi standarisasi sebuah gedung kesenian yang fungsional, kecuali mungkin acara perpisahan sekolah atau acara-acara siswa yang diselenggarakan di sana,” kata pria yang akrab disapa Den Aslam itu kepada sukabumiupdate.com, Senin (2/6/2025).

Den Aslam menyebut bahwa secara desain, gedung tersebut tidak representatif, khususnya untuk kebutuhan pertunjukan.

“Yang saya tahu tidak pernah ada acara kesenian di sana karena pertimbangan desain ruangan yang tidak representatif, khususnya untuk pertunjukan, seperti ruang yang menggema karena tidak ada sistem akustik, dan fasilitas yang tidak mumpuni sebagai gedung kesenian. Kalau saya pribadi belum pernah melakukan aktivitas kesenian di sana,” jelasnya.

Menurutnya, gedung tersebut dibangun tanpa mempertimbangkan saran dari para seniman lokal. Dhena mengaku bahwa dirinya yang saat itu menjabat sebagai Ketua Komite Sastra di Dewan Kesenian Kota Sukabumi sudah menyampaikan keberatan sejak tahap perencanaan.

“Sebetulnya polemiknya kan tahap perencanannya tahun 2017 ya, kemudian dilaksanakan tahun 2018. Kami beberapa kali audiensi dengan dinas maupun kontraktor yang mendesain gedung itu, secara lokasi kami dilibatkan untuk bicara, kemudian disepakati lokasinya,” ujarnya.

Baca Juga: Tak Penuhi Standar, Fahmi Jelaskan Alasan Gedung Aher Sukabumi Belum Maksimal Digunakan

Namun ketika desain gedung ditunjukkan, kata Den Aslam, muncul keberatan besar dari para seniman terutama terkait desin gedung.

“Saya rasa ini sebuah kejanggalan, ketika kami duduk bersama kemudian mereka menyodorkan desain, akhirnya mereka menunjukkan desain ke kita bentuknya goong nangkub. Kami pun menolak itu, karena secara filosofis itu bertentangan sekali ya. Namanya goong nangkub kalau dipukul enggak akan bersuara, dan cenderung lebih seperti UFO lah,” ungkapnya, sembari menyebut Disdikbud Kota Sukabumi saat itu sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Selain itu, sambung Den Aslam, masalah teknis juga menjadi sorotan utama para seniman. “Kami menekankan bahwa kami butuh gedung yang representatif. Selain Gedung Juang yang kami anggap tidak layak sebagai gedung seni karena tidak ada akustik secara interior, kami meminta agar gedung kesenian Aher ini didesain dengan sistem akustik yang baik,” tuturnya.

Den Aslam menegaskan, pihaknya bahkan sempat melibatkan seorang ahli tata suara asal Sukabumi yang bersertifikasi Dolby untuk memberikan masukan. Namun semua itu diabaikan. “Pendapat desain, ruang apa yang harus didevelop, sistem tata suara dan panggung seperti apa, semua tidak didengar. Kami sebenarnya tidak butuh panggung arena, kami lebih membutuhkan prosenium, bukan yang melingkar,” jelasnya.

Baca Juga: Safari Politik dan Bertemu Anak Muda Sukabumi, PKS: Syaikhu Siap Mengulang Kesuksesan Aher

Gagal wujudkan harapan seniman Sukabumi

Den Aslam menceritakan bahwa sejak 1989 para seniman Sukabumi sudah berharap memiliki gedung kesenian yang layak. Tapi hasil pertemuan dan segala macamnya itu tidak didengar oleh Disdikbud dan pihak terkait. Maka singkat cerita jadilah gedung yang bentuknya seperti itu, dan terbukti tidak termanfaatkan sejak 2018 selain mungkin dinas sendiri yang mengundang siswa-siswa untuk perpisahan.

Ia bahkan menyebut pernah mencoba menggunakan gedung itu untuk latihan pertunjukan musik klasik, namun hasilnya sangat buruk.

“Kita latihan untuk konsep Sukabumi Violin di sana, ternyata memang benar, suara yang dihasilkan kacau parah. Ini sebetulnya dasar ya, hukum fisika dasar, arsitektural dasar. Bangunan melingkar tanpa ditunjang sistem akustik yang baik maka ruangnya akan menggema, dan itu jelek untuk sebuah gedung pertunjukan,” katanya.

Harapan untuk revitalisasi dan swakelola

Menurut Den Aslam, anggaran sebesar Rp10 miliar seharusnya cukup untuk membangun gedung yang layak dan fungsional. Ia menyayangkan pembangunan yang terkesan hanya mengejar bentuk ikonik tanpa mempertimbangkan kebermanfaatan.

“Kami enggak butuh bangunan yang monumental, yang ikonik. Tapi seniman butuh bangunan yang bisa dipakai, karena pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan PAD Kota juga. Dan ikon-nya pun menurut saya pribadi jelek banget melihat gedung itu,” kritiknya.

Baca Juga: KDM Siapkan Jadwal Baru Sekolah di Jabar: Libur Sabtu-Minggu, Masuk Jam 6 Pagi

Kini, ketika gedung sudah rusak dan terbengkalai, Den Aslam meminta Pemerintah Kota Sukabumi dan Disdikbud untuk segera melakukan revitalisasi, termasuk memperbaiki manajemen pengelolaannya. “Karena gedung ini sudah terbangun, ya sekarang bisa dilihat plafonnya runtuh, fasilitas terbengkalai. Saya pribadi berharap pemerintah kota dan Disdikbud tolong direnovasi dan diperbaiki tata kelolanya supaya nantinya bisa terpakai,” ujarnya.

“Kalau ada konstruksi, udah aja kita fokus ke interior, sistem akustik, dan pengelolaan manajemen gedung. Pemerintah harus ngasih solusi. Solusinya adalah coba renovasi gedung ini, bangun sistem akustik, bikin manajemen pengelolaan gedung, atau mungkin dijadikan swakelola. Yang penting itu berdampak baik bagi para seniman,” pungkasnya.

Budayawan: Prihatin dan masih menunggu tanggapan Pemkot

Sementara itu, budayawan Sukabumi, Fendi Sukuraga, juga menyampaikan keprihatinannya atas kondisi Gedung Kesenian Aher. “Kalau saya mah ikut prihatin. Kira-kira Wali Kota dan wakilnya yang sekarang bisa kah cepat tanggap dan peduli terhadap ikhtiar pemajuan kebudayaan yang diamanatkan undang-undang? Ketika mau memajukan kebudayaan tentu akan memperhatikan infrastrukturnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Sukses SNBT-UTBK Pelajar Sukabumi, Diterima Dua Fakultas Kedokteran

Fendi mengaku sudah lama ingin berdialog dengan Pemerintah Kota Sukabumi untuk menyampaikan gagasan pendidikan karakter melalui Wayang Sukuraga—karya budayanya yang telah diakui secara internasional. “Sampai saat ini belum dapat kesempatan. Surat audiensi sudah diberikan hampir dua bulan lamanya, katanya masih sibuk,” ujarnya.

Dalam sebuah kesempatan, ia sempat bertemu langsung dengan Wakil Wali Kota Sukabumi. “Saat acara Dekranasda saya ketemu langsung dengan Wakil Wali Kota. Saya sampaikan langsung ke beliau, saya sudah buat surat. 'Nanti saya datang ke Sukuraga,' kata Bobby Maulana sebagai Wakil Wali Kota. Mudah-mudahan secepatnya direspons,” katanya penuh harap.

Berita Terkait
Berita Terkini