SUKABUMIUPDATE.com - Hingga April 2025, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) mencatat lebih dari 3.000 kasus baru HIV/AIDS. Peningkatan yang cukup tinggi, sebelumnya dilaporkan 10.000 kasus baru sepanjang tahun 2024.
Dilaporkan juga bahwa Penularan tertinggi berasal dari hubungan seksual sesama laki-laki (LSL), yang menyumbang 30 persen dari total kasus. Hal ini diungkap Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PM) Dinkes Jabar, Yudi Koharudin, yang menegaskan tren peningkatan kasus ini menjadi perhatian serius.
Baca Juga: Nusa Putra Jalin Kolaborasi Strategis dengan Brigham Young University Amerika
“Kami terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan memastikan akses pengobatan bagi yang terinfeksi,” ujarnya Kamis 19 Juni 2025 dalam kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di Subang Jabar.
Untuk mencegah penularan lebih lanjut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat gencar menggelar penyuluhan. Dinkes mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan tes HIV, terutama bagi kelompok berisiko tinggi, serta menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah penularan melalui hubungan seksual. Peningkatan literasi kesehatan diharapkan dapat menekan laju kasus baru di masa mendatang.
Baca Juga: Warga Genteng Puri Sukabumi Siap Datangi Polisi, Buntut Satpam Tersangka karena Amankan OTK
Data BPS mencatat bahwa Kota Bandung menjadi daerah di Jabar dengan angka pengidap HIV/AIDS tertinggi, lebih dari 1000 orang. Sementara di Kabupaten Sukabumi ada 294 orang, sementara di Kota Sukabumi ada 215 orang (data 2023).
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui rilis resminya mengatakan Indonesia menempati peringkat ke-14 di dunia dalam jumlah orang dengan Human Immunodeficiency Virus (ODHIV) dan peringkat ke-9 untuk infeksi baru HIV.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel dan Amerika Memanas: Benarkah Gerbang Menuju Perang Dunia 3?
Diperkirakan terdapat 564 ribu ODHIV pada tahun 2025, namun baru 63 persen yang mengetahui statusnya. 67 persen dari jumlah tersebut telah menjalani terapi antiretroviral (ARV), 55 persen mencapai viral load tersupresi, artinya virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Ina Agustina, mengatakan 76 persen kasus HIV di Indonesia terkonsentrasi di 11 provinsi prioritas, yakni: DKI Jakarta; Jawa Timur; Jawa Barat; Jawa Tengah; Sumatera Utara; Bali; Papua; Papua Tengah; Sulawesi Selatan; Banten; Kepulauan Riau.
Baca Juga: Persib Rekrut Bek Serba Bisa Hamra Hehanussa untuk Musim 2025/2026
"Penyebaran kasus HIV secara nasional banyak terjadi di populasi kunci seperti laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik,” dalam konferensi pers.
Dalam tiga tahun terakhir, positivity rate HIV cenderung stagnan, namun kasus IMS justru meningkat, termasuk di kelompok usia muda. Data Kemenkes mencatat 23.347 kasus sifilis pada tahun lalu, mayoritas merupakan sifilis dini (19.904 kasus), dan 77 di antaranya adalah sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi. Gonore juga tercatat tinggi dengan 10.506 kasus, terutama di DKI Jakarta.