Pasar Cicurug Sukabumi Bertahan di Tengah Gempuran Digitalisasi dan Persaingan Usaha

Sukabumiupdate.com
Selasa 17 Jun 2025, 21:20 WIB
Pasar Cicurug Sukabumi Bertahan di Tengah Gempuran Digitalisasi dan Persaingan Usaha

Pedagang di Pasar Semi Modern Cicurug Sukabumi. (Sumber : Dok. SU)

SUKABUMIUPDATE.com – Di tengah maraknya perkembangan usaha masyarakat dan kemudahan akses belanja digital, eksistensi Pasar Semi Modern Cicurug, yang dikelola Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Sukabumi, terus dipertahankan sebagai pusat ekonomi masyarakat lokal.

Kepala UPTD Pasar Semi Modern Cicurug, Eman Sulaeman, menilai bahwa kondisi saat ini memang penuh tantangan, namun pasar tetap memiliki peran vital sebagai pusat transaksi langsung.

"Kita tetap bersyukur masih ada pembelanjaan ke pasar. Memang saat ini perkembangan usaha masyarakat ada di mana-mana. Banyak pertokoan, lapak, bahkan warung kecil di pelosok kampung yang menjual dengan harga bersaing," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (17/6/2025).

Menurut Eman, kondisi perekonomian yang dinamis membuat masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam berusaha. Konsep pasar pun kini tak lagi terpusat pada satu titik lokasi.

"Kalau dulu pasar itu pusat keramaian dan tempat utama belanja, sekarang aktivitas jual beli bisa terjadi di mana saja," katanya.

Baca Juga: Bupati dan Disdagin Sukabumi Turun ke Cisaat, Gerakan Bersih-Bersih Menuju Pasar Modern

Ia juga mencermati terjadinya pergeseran jam operasional pasar. Jika sebelumnya puncak keramaian berlangsung antara pukul 06.00 hingga 14.00 WIB, kini suasana mulai sepi setelah pukul 09.00 WIB.

“Ada banyak faktor, termasuk karena masyarakat kini juga terbiasa belanja secara online,” jelas Eman.

Kepala UPTD Pasar Semi Modern Cicurug Eman Sulaeman.Kepala UPTD Pasar Semi Modern Cicurug Eman Sulaeman.

Tak dapat dipungkiri, keluhan pun muncul dari para pedagang terkait menurunnya tingkat kunjungan ke pasar.

“Banyak keluhan. Di wilayah Cicurug ini, pasar-pasar baru bermunculan di depan pabrik-pabrik, ada pasar mingguan, juga kegiatan pengajian yang berkembang jadi momen jual beli seperti di Kaum setiap hari Kamis. Bahkan UMKM pun berdiri di depan masjid, tidak lagi ke pasar,” paparnya.

Kendati demikian, Eman menilai bahwa perkembangan zaman harus disikapi dengan bijak. Salah satu upaya adaptasi yang mulai diterapkan adalah mendorong penggunaan sistem pembayaran digital melalui QRIS.

“Sudah ada beberapa pedagang, seperti penjual pakaian dan sayuran, yang menggunakan QRIS. Tinggal kemauan dari pedagangnya saja untuk mengikuti arus ini,” jelasnya.

Meski begitu, ia memahami bahwa tidak semua pedagang dapat langsung beralih ke transaksi digital.

"Pasar semi modern tetap memiliki nuansa tradisional. Proses adaptasi digital butuh waktu dan sosialisasi terus-menerus,” katanya.

Eman juga mengakui bahwa daya beli masyarakat menurun sejak awal 2024, akibat berbagai faktor seperti ketatnya persaingan usaha dan meningkatnya layanan belanja daring. Meski demikian, ia tetap optimistis terhadap masa depan pasar.

“Harapan saya, mudah-mudahan pasar tetap hidup. Transaksi langsung di pasar itu masih penting. Kita ikuti saja perkembangan zaman, termasuk digitalisasi,” jelasnya.

Ia pun mengajak seluruh masyarakat dan stakeholder untuk bersama-sama menjaga eksistensi pasar sebagai ruang publik yang aman, bersih, dan nyaman.

“Dengan suasana pasar yang baik, mudah-mudahan pengunjung pun akan kembali antusias belanja secara manual ataupun digital,” tandasnya. (adv)

Berita Terkait
Berita Terkini