SUKABUMIUPDATE.com - Keinginan menjadi orang berkecukupan dari sisi ekonomi adalah angan-angan bagi Hamid (45), seorang tukang belah batu di pinggir Jalan Kalapanunggal-Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Dengan keterbatasan fisik sebagai seorang tuna netra, ditambah tidak memiliki keterampilan memadai, warga Kampung Cikaracak RT 04/02, Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal ini, terpaksa menggeluti pekerjaan sebagai tukang pekprek batu di pinggir jalan.
Batu seukuran telapak tangan ia kumpulkan dari Sungai Cibeureum di pinggir jalan. Kemudian, satu per satu ia tumbuk dengan palu hingga pecah menjadi batu split ukuran 2x1 centimeter.
Semua ia lakukan hanya mengandalkan feeling dengan rabaan tangan saja. Hasilnya dari memecah batu yang tak menentu itu, semata demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
BACA JUGA:Â Kisah Pilu Dua Siti Warga Ciracap Kabupaten Sukabumi
"Dari pada anak saya tidak makan, lebih baik saya berusaha seperti ini. Hasilnya memang untuk biaya hidup keluarga sehari-harinya saja tidak cukup," ujar Hamid kepada sukabumiupdate.com, Minggu (4/6).
Sebagai seorang tuna netra, Hamid pantang mengaharap belas kasihan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari ia hanya mengandalkan hasil dari memecah batu selama 25 hari, kemudian dijualnya seharga Rp220 ribu per mobil.
Padahal, uang sebesar itu, Rp220 ribu, jika dibagi 25 hari kerja, artinya untuk memenuhi kebutuhan ia dan keluarga, hanya Rp8.800 per hari. "Walaupun kondisi seperti ini, saya tidak mau tergantung kepada orang lain," pungkasnya.