Gitaris Rock Pria Tampil 100% Seperti Wanita Cantik Bikin Fans Patah Hati (Bagian:1)

Sukabumiupdate.com
Sabtu 22 Nov 2025, 10:09 WIB
Gitaris Rock Pria Tampil 100% Seperti Wanita Cantik Bikin Fans Patah Hati (Bagian:1)

Mengenal Mana, ikon Visual Kei yang selalu tampil 100% feminin. Telusuri misteri di balik gitaris Malice Mizer dan Moi Dix Mois, seni onnagata, hingga diskografi kuncinya. (Foto Istimewa: Jrocknews.com)

SUKABUMIUPDATE.com - Bagi setiap penggemar musik Jepang, terutama mereka yang telah menyelami kedalaman gelombang Visual Kei (V-Kei), nama Mana sama sekali bukanlah nama yang asing, melainkan sebuah mitos yang berjalan. Musisi ini adalah figur yang benar-benar ikonik, pendiri dari band legendaris yang mendefinisikan genre, Malice Mizer dan kemudian melanjutkan karua-karaya besarnya melalui proyeknya yang lebih gelap, Moi Dix Mois.

Selama puluhan tahun kariernya, Mana telah tanpa lelah menjadi penentu standar emas bagi estetika Visual Kei, sebuah kiblat bagi banyak musisi lain yang mencoba meniru tingkat detail dan dedikasinya.

Visual Kei, yang secara harfiah berarti "gaya visual," adalah subkultur musik rock unik dari Jepang yang muncul pada tahun 1980-an, di mana tampilan sama pentingnya jika tidak lebih penting daripada musik itu sendiri. Genre ini bukan sekadar gaya musik, melainkan sebuah gerakan estetika yang mengagungkan keindahan yang dramatis, androgini, dan shocking melalui penggunaan kostum yang rumit, gaya rambut yang liar dan menjulang, serta riasan wajah tebal yang seringkali menyerupai boneka porselen atau karakter fantasi.

Para musisi Visual Kei, seperti X Japan, Luna Sea, dan Malice Mizer, secara sadar menggunakan tubuh mereka sebagai kanvas untuk mengaburkan garis antara gender dan realitas, menciptakan sosok panggung yang memesona dan berlebihan. Intinya adalah "Visual Shock" dan pencarian akan keindahan mutlak, yang membuat penampilan band-band ini menjadi sebuah pertunjukan teaterikal yang intens dan tak terlupakan, memadukan elemen-elemen glam rock Barat dengan tradisi seni drama dan estetika Jepang.

Baca Juga: Dua Inovasi Pemprov Jabar Jalani Validasi Lapangan Innovative Government Award 2025

Namun, bukan hanya kompleksitas musiknya yang menjadikannya legenda, melainkan persona panggungnya yang dipertahankan dengan ketat, sebuah penampilan yang nyaris 100% feminin. Bayangkanlah seorang musisi rock andalan yang secara konsisten tampil di hadapan publik mengenakan gaun Gothic Lolita berenda yang rumit, dengan wig hitam panjang yang tertata rapi, dan lapisan riasan wajah porselen yang intensif, menciptakan sebuah ilusi yang sempurna dari seorang "bidadari kegelapan." Ilusi ini begitu meyakinkan, bahkan sering kali memicu perdebatan sengit di antara penggemar baru yang mencoba menebak identitas gendernya yang sebenarnya.

Rahasia persona ini dijaga dengan disiplin ketat: Mana tidak pernah berbicara di depan umum dan membatasi ekspresi publiknya, sebuah keheningan yang menambahkan lapisan misteri dan daya tarik yang menggiurkan.

Yang ia lakukan ini jauh melampaui sekadar cross-dressing biasa; ini adalah dedikasi serius pada seni onnagata seni yang mengagumkan dari seorang pria yang memerankan wanita dengan tingkat keindahan dan kesempurnaan yang ekstrim yang diangkat dari tradisi teater Kabuki kuno Jepang, menjadikannya penjelmaan nyata dari cita-cita estetika androgynous yang merupakan inti dari subkultur V-Kei.

Para musisi Visual Kei, seperti X Japan, Luna Sea, dan Malice Mizer, secara sadar menggunakan tubuh mereka sebagai kanvas untuk mengaburkan garis antara gender dan realitas, menciptakan sosok panggung yang memesona dan berlebihan.Para musisi Visual Kei, seperti X Japan, Luna Sea, dan Malice Mizer, secara sadar menggunakan tubuh mereka sebagai kanvas untuk mengaburkan garis antara gender dan realitas, menciptakan sosok panggung yang memesona dan berlebihan. (DigImage:Gemini)

Diskografi Kunci Jejak Gelap dari Gothic Metal

Keindahan visual Mana yang mencolok dan misterius selalu diiringi oleh kekayaan substansi dalam karya musiknya, yang identik dengan gaya Gothic Metal yang rumit, orkestrasi mewah, dan melodi yang gelap, menghantui, serta menawan. Selama masa kejayaan Malice Mizer, kontribusi kreatifnya sebagai penulis lagu dan gitaris terlihat jelas dan menentukan arah band. Album-album yang ia garap bersama Malice Mizer menjadi penentu genre, seperti Voyage ~Sans Retour~ (dirilis pada tahun 1996), sebuah karya yang berhasil mendefinisikan estetika Gothic dan Barok mereka yang unik, penuh dengan nuansa klasik dan sinematik.

Baca Juga: KUR Rp35 Juta Dibuka untuk Calon PMI Sukabumi, Disnakertrans–BJB Permudah Akses Pembiayaan

Puncaknya datang dengan album Merveilles (1998), yang dianggap sebagai puncak komersial dan artistik band, berkat penggabungan rock yang kuat dengan nuansa orkestra dan produksi sinematik yang sangat kental, menciptakan sebuah kisah musikal yang epik. Setelah tragedi dan pembubaran Malice Mizer, Mana tidak pernah menyerah pada visinya, melanjutkan estetikanya yang gelap melalui proyek solonya, Moi Dix Mois. Proyek ini memulai debutnya dengan album Dix Infernal pada tahun 2003, menandai pergeseran fokus ke Gothic Metal yang lebih keras, lebih gelap, dan lebih heavy. Karya ini membuktikan bahwa esensi visual Mana, yang selalu mewah dan misterius, berkorespondensi penuh dengan kedalaman dan tema musikalnya yang konsisten.

Ketika Panggung Menjadi Kanvas Keindahan Transformatif

Lantas, mengapa Mana memilih jalur visual yang begitu ekstrem dan penuh dedikasi? Jawabannya terletak pada filosofi dasar dari Visual Kei itu sendiri: sebuah pencarian tiada akhir akan "Keindahan Mutlak" (Absolute Beauty) dan kemampuan untuk memberikan "Visual Shock" kepada penonton.

Estetika yang dicari oleh V-Kei berpegangan pada keyakinan bahwa keindahan tertinggi hanya dapat dicapai ketika batasan gender konvensional dikesampingkan atau dilebur sepenuhnya, yang pada akhirnya menciptakan sosok yang secara visual memukau, melampaui kenyataan sehari-hari.

Mana menggunakan seluruh keberadaannya di atas panggung sebagai sebuah kanvas hidup, secara sadar mengaburkan garis-garis tegas antara identitas maskulin dan feminin untuk menciptakan citra yang kuat, rentan, dan regal secara bersamaan. Penampilannya, yang sering kali membutuhkan waktu berjam-jam persiapan untuk mencapai kesempurnaan detailnya, adalah sebuah pernyataan artistik yang radikal.

Baca Juga: Diwarnai Kartu Merah Beckham, Persib Berhasil Meraih Kemenangan atas Dewa United

Bagi Mana, identitas panggung ini adalah entitas terpisah, sebuah karakter fiksi yang disajikan dengan penuh perhitungan kepada penontonnya, bukan sekadar refleksi dirinya di kehidupan sehari-hari. Bersama musisi-musisi lain seperti Aya dari Psycho le Cemu atau Bou yang merupakan mantan anggota An Cafe yang juga mengusung gaya serupa yang memukau Mana telah berjuang dan berhasil mendefinisikan kembali apa artinya menjadi seorang rockstar di Jepang; ini bukan hanya tentang kualitas vokal atau kemampuan memainkan instrumen, tetapi juga tentang seni dramatis yang membius mata dan pikiran, menjadikan panggung sebagai sebuah teater di mana gender adalah ilusi yang paling indah.

Penasaran dengan kisah selanjutnya? Tunggu bagian ke-2, Updaters! Apakah Anda merasa terhipnotis oleh keanggunan gotik Mana dan misteri di balik senyapnya? Tenang, Anda baru saja melewati opening scene-nya. Jika Anda berpikir kisah tentang gaun lace dan riasan porselen ini sekadar tentang penampilan, tunggu dulu.

Di bagian selanjutnya, kita akan memecahkan kode diskografi dan filosofi Visual Kei yang membuat Mana bukan hanya terlihat cantik, tetapi juga jenius. Jangan sampai ketinggalan, Updaters, karena cerita sesungguhnya tentang The Dark Queen ini baru akan dimulai!

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini