"Anak Sekecil Itu Disuruh Jadi Wapres" Momen Heboh Rocky Gerung Goda Iwan Fals di Panggung Malinau

Sukabumiupdate.com
Selasa 28 Okt 2025, 14:52 WIB
"Anak Sekecil Itu Disuruh Jadi Wapres" Momen Heboh Rocky Gerung Goda Iwan Fals di Panggung Malinau

Momen Iwan Fals & Rocky Gerung: “Wah, ini orang dulu diem aja waktu kuliah,” ujar Iwan dengan tawa renyah. “Dulu dia asisten dosen saya. Orangnya pendiam, tenang, tapi pikirannya dalam.” (Credit Foto: facebook.com/infoiwanfals)

SUKABUMIUPDATE.com - Panggung megah perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malinau ke-26 malam itu bergetar oleh suara ribuan penonton. Iwan Fals, sang legenda yang lagu-lagunya adalah sejarah berjalan bangsa ini, tampil memukau. Namun, sorak sorai penonton tiba-tiba dipecah oleh sebuah momen tak terduga, sebuah pertemuan antara dua kutub kritik.

Adegan ini viral di banyak platform Medsos, meski Informasi spesifik mengenai siapa atau akun mana yang pertama kali mengunggah video pendek (reels atau short) momen Rocky Gerung memplesetkan lagu Iwan Fals di Malinau tidak disebutkan secara pasti dalam hasil pencarian.

Namun, video tersebut pertama kali beredar luas di media sosial (termasuk YouTube Shorts dan platform lainnya) sekitar tanggal 26 Oktober 2025, tak lama setelah konser tersebut diadakan. Kemungkinan besar, video tersebut direkam dan diunggah oleh salah satu penonton, panitia, atau tim media yang hadir di acara Hari Ulang Tahun Kabupaten Malinau tersebut. Salah satu cuplikan yang paling awal muncul di YouTube adalah dari kanal yang menampilkan momen tersebut dengan judul seperti: "WHEN IWAN FALS MET ROCKY GERUNG IN MALINAU, NORTH KALIMANTAN".

Baca Juga: Jawa Barat Jadi Provinsi Tertinggi Realisasi Belanja APBD, Capai 66,29 Persen

Di tengah suasana yang hangat, Iwan Fals menyambut seorang sahabat lamanya, Rocky Gerung, filsuf yang kata-katanya kini lebih tajam dari sembilu. Iwan Fals tersenyum lebar, menatap wajah lama yang penuh kenangan. Mikrofon ia pegang, dan ia mulai bercerita, memancing tawa riuh penonton:

“Wah, ini orang dulu diem aja waktu kuliah,” ujar Iwan dengan tawa renyah. “Dulu dia asisten dosen saya. Orangnya pendiam, tenang, tapi pikirannya dalam.” 

Bayangkan, seorang Iwan Fals, yang lagu-lagunya selalu meledak, ternyata pernah diajar atau setidaknya diawasi oleh Rocky Gerung di ruang kuliah! Kisah dua tokoh ini, yang satu menyuarakan kritik lewat senar gitar, yang lain lewat diksi filosofis, adalah sejarah yang tak banyak orang tahu.

Namun, Iwan Fals menutup sesi nostalgianya dengan sebuah pukulan punchline yang sempurna, menjelaskan evolusi sang filsuf, “Tapi sekarang… Rocky jadi menggerung!” Tawa pun pecah, mengakui bahwa Rocky Gerung yang pendiam telah bertransformasi menjadi megaphone akal sehat.

Baca Juga: Efek Rumah Kaca : Ketika Musik Menjadi Alat Perlawanan dan Ketidakadilan

Lagu Iwan Fals Jadi Senjata Rocky Gerung

Klimaks kelucuan terjadi tak lama setelah itu. Saat Iwan Fals mulai membahas lagu-lagu yang sedang ia siapkan, Rocky Gerung menyambar panggung, melempar sebuah joke yang menusuk, membuktikan julukan "menggerung" yang disematkannya itu memang pantas.

Rocky Gerung berkelakar bahwa Iwan Fals sedang merahasiakan lagu barunya. Lalu, dengan gayanya yang santai namun provokatif, ia memplesetkan salah satu lirik paling menyentuh dari Iwan Fals, "Anak Sekecil Itu Berkelahi Dengan Waktu," menjadi sindiran politik yang langsung menghantam:

“Sebetulnya versi aslinya begini: Anak sekecil itu disuruh jadi wapres!” Mendengar plesetan yang menyinggung isu sensitif di negeri ini, Iwan Fals sang legenda kritik yang paling berani pun menunjukkan ekspresi "panik" yang jenaka, segera mengambil alih panggung sambil berteriak "Cukup! Cukup! Cukup!"

Momen di Malinau ini bukan sekadar reuni sahabat lama, tetapi sebuah pertunjukan langka di mana musik dan filsafat berpadu dalam dark humor yang cerdas. Di balik canda dan nostalgia asisten dosen yang "diem", tersimpan kritik tajam yang disampaikan dengan cara paling menghibur. Sebuah panggung yang membuktikan, akal sehat dan kritik pedas bisa disuarakan sambil tertawa!

Baca Juga: Hati-Hati Beli Rokok Ilegal! Ancaman Pidana 5 Tahun Menanti!

Simbiosis Kritik Akal Sehat dan Nurani Rakyat

Pertemuan Iwan Fals dan Rocky Gerung di panggung Malinau merefleksikan simbiosis unik antara Kritik Akal Sehat dan Nurani Rakyat. Iwan Fals, melalui musiknya, telah lama menjadi medium nurani kolektif, menggunakan melodi dan lirik puitis untuk menyuarakan protes, kesedihan, dan harapan publik. Lagu-lagunya seperti Anak Sekecil Itu Berkelahi Dengan Waktu adalah dokumen emosional tentang ketidakadilan struktural.

Di sisi lain, Rocky Gerung adalah representasi formal dari akal sehat, yang menggunakan diksi filosofis untuk membongkar kejanggalan logika kekuasaan. Ketika Rocky memplesetkan lirik Iwan, terjadi perpaduan sempurna: emosi rakyat bersatu dengan nalar filsuf, menciptakan kritik yang cerdas, tajam, dan tidak bisa diabaikan.

Panggung Ruang Demokrasi dan Humor Konsistensi Ideologis Dua Sahabat Kritis

Momen ini menegaskan bahwa panggung seni dan budaya adalah Ruang Demokrasi yang paling bebas, bahkan lebih dari ruang politik formal. Di atas panggung, tawa dan canda menjadi alat legitimasi bagi kritik yang paling pedas. Reaksi jenaka Iwan Fals yang panik sambil berteriak "Cukup!" setelah plesetan Rocky, justru membebaskan kritikan tersebut dari beban keseriusan dan potensi sensor.

Baca Juga: Jejak Banjir Bandang di Cisolok Sukabumi, Lumpur Rendam Pemukiman hingga Balai Desa

Humor dari cerita "asisten dosen yang pendiam" hingga plesetan politik berfungsi sebagai katarsis, memungkinkan publik mencerna kritik sensitif dengan ringan, menjadikannya viral dan mudah diingat. Keduanya menunjukkan bahwa menggerung atau membongkar sistem tak harus selalu tegang, tapi bisa dilakukan dengan santai dan cerdas.

Di balik nostalgia tentang masa kuliah yang tenang, kedua tokoh ini berbagi konsistensi ideologis: Perjuangan untuk Keterbukaan Pikiran. Rocky Gerung menyebut Iwan Fals dulu pendiam tapi pikirannya dalam, sebuah pujian yang juga berlaku bagi Iwan sendiri, yang meskipun di panggung kadang jenaka, selalu konsisten pada narasi kerakyatan.

Reuni mereka bukan hanya perayaan persahabatan, melainkan penegasan bahwa siapa pun baik musisi, akademisi, maupun filsuf memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan pikiran dan mempertahankan akal sehat di ruang publik. Panggung Malinau menjadi saksi bahwa persahabatan sejati terbentuk bukan hanya karena kesamaan minat, tetapi karena kesamaan dalam idealisme kritik.

Baca Juga: Sinopsis Film Pengin Hijrah: Saat Popularitas Berujung Pencarian Iman

Lirik "Sore Tugu Pancoran" (1985) - Iwan Fals

Si Budi kecil kuyup menggigilMenahan dingin tanpa jas hujanDi simpang jalan tugu pancoranTunggu pembeli jajakan koran
 
Menjelang magrib hujan tak redaSi budi murung menghitung labaSurat kabar sore dijual malamSelepas isya melangkah pulang
 
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktuDemi satu impian yang kerap ganggu tidurmuAnak sekecil itu tak sempat nikmati waktuDipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
 
Cepat langkah waktu pagi menungguSi budi sibuk siapkan bukuTugas dari sekolah selesai setengahSanggupkah si budi diam di dua sisi
 
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktuDemi satu impian yang kerap ganggu tidurmuAnak sekecil itu tak sempat nikmati waktuDipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
 
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktuDemi satu impian yang kerap ganggu tidurmuAnak sekecil itu tak sempat nikmati waktuDipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini