SUKABUMIUPDATE.com - Spotify dan perubahan paradigma musik digital sangat menarik untuk diperhatikan. Lebih dari satu dekade yang lalu, Spotify mengubah wajah industri musik selamanya. Lahir sebagai respons terhadap pembajakan digital, platform ini menawarkan model all-you-can-listen berbasis langganan yang menstabilkan dan merevitalisasi pendapatan rekaman global.
Dengan katalog lagu yang nyaris tak terbatas, fitur personalisasi melalui algoritma Discover Weekly, dan kemudahan akses di berbagai perangkat, Spotify tidak hanya menjadi cara mendengarkan musik; ia menjadi infrastruktur budaya musik itu sendiri. Kesuksesan model streaming inilah yang kini coba direplikasi oleh raksasa Swedia tersebut pada konten non-musik, terutama di sektor yang memiliki potensi pertumbuhan besar.
Dari Playlist ke Buku Cerita: Spotify Perluas Dominasi dari Musik ke Dunia Buku Audio
Kini, dengan basis pengguna yang masif dan algoritma yang canggih yang awalnya disempurnakan untuk musik, Spotify sedang melakukan repetisi terhadap revolusi yang sama kali ini di ranah buku audio. Penerbit-penerbit besar dunia mulai mengakui bahwa langkah strategis Spotify ini bukan sekadar eksperimen, melainkan sebuah penggerak utama pertumbuhan industri yang nyata.
Baca Juga: 9 Fakta Menakjubkan Mengapa Otak Manusia Mengalahkan AI dalam Penggunaan Daya Listrik
Lonjakan pendapatan yang dialami para penerbit secara gamblang dikaitkan dengan masuknya raksasa streaming tersebut ke pasar buku audio, yang berhasil membawa angin segar dan audiens baru yang lebih luas.
Bloomsbury, penerbit asal Inggris, melaporkan penjualan buku audio mereka meroket 57% pada tahun fiskal 2025. Pihak penerbit secara eksplisit menyatakan bahwa pertumbuhan ini "sebagian besar didorong oleh kemitraan komersial baru kami dengan Spotify." Sementara itu, raksasa penerbitan HarperCollins juga mencatat pertumbuhan 13% dalam segmen buku audio, yang turut disumbangkan oleh kehadiran Spotify.
Dukungan Data Industri: Sebuah Tren yang Tak Terbantahkan
Tren positif ini bukan hanya klaim sepihak, melainkan didukung oleh data industri secara keseluruhan yang solid:
-
Di Inggris, pendapatan buku audio mencapai rekor £268 juta pada tahun 2024, mengalami lonjakan 31% dari tahun sebelumnya.
-
Di Amerika Serikat, penjualan buku audio digital pada paruh pertama 2025 tumbuh 14% untuk kategori dewasa dan 48% untuk kategori anak-anak serta dewasa muda.
-
Asosiasi Penerbit Audio (APA) melaporkan total penjualan buku audio AS mencapai $2,22 miliar pada 2024, yang merepresentasikan pertumbuhan tahunan sebesar 13%.
Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia: Dua Atlet Sukabumi Perkuat Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia
Tantangan Hukum di Balik Kesuksesan: Polemik "Bundling" Premium
Di balik pertumbuhan pesatnya, Spotify tidak lepas dari tantangan hukum yang serius. Mechanical Licensing Collective (MLC) mendapatkan persetujuan pengadilan pada September lalu untuk mengajukan gugatan revisi. Gugatan ini menuduh Spotify membayar royalti musik lebih rendah dengan cara mengklasifikasikan layanan Premium-nya sebagai "bundel" yang mencakup buku audio sebuah strategi yang diduga mereduksi nilai konten musiknya.
MLC diberikan tenggat waktu hingga 2 Oktober 2025 untuk mengajukan pengaduan yang telah direvisi, menunjukkan bahwa skema monetisasi buku audio ini sedang diuji di ranah legal.
Ekspansi Strategis: Memperkuat Posisi sebagai Pusat Hiburan Multimedia
Tidak berhenti di audio, Spotify terus memperkuat posisinya sebagai pusat hiburan multimedia yang lengkap. Baru-baru ini, mereka mengumumkan kemitraan dengan Netflix untuk membawakan podcast pilihan dari Ringer dan Spotify Studios ke platform streaming video tersebut mulai awal tahun 2026.
Langkah strategis ini tidak hanya memperluas jangkauan konten audio mereka tetapi juga semakin memperketat persaingan dengan pemain seperti YouTube dan memperkuat narasi bahwa Spotify adalah destinasi untuk semua konten yang dapat didengarkan (dan kini, sebagian dilihat).
Baca Juga: Dispar Sukabumi Tingkatkan Kompetensi Pelaku Kuliner Pajampangan Lewat Pelatihan SKKNI
Keberhasilan Spotify dalam menggebrak dan menghidupkan pasar buku audio tampaknya sesuai dengan visi yang telah digagas sejak awal. Seperti dikatakan Owen Smith, Kepala Divisi Buku Audio Spotify, kepada Bloomberg: "Saya rasa kami berhasil memenuhi apa yang kami janjikan kepada industri sejak hari pertama." Sebuah pernyataan yang kini semakin berbobot, tidak hanya bagi dunia musik, tetapi juga bagi masa depan cerita yang bisa kita dengarkan.
(Sumber: Bloomsbury Financial Report FY2025; HarperCollins Quarterly Report; Audio Publishers Association (APA) Sales Data 2024; The Bookseller (UK Audio Revenue 2024); Bloomberg; Law360/Billboard (mengenai gugatan MLC); Spotify Newsroom.)