Ongkos Angkut Rp 2 Ribu Per Kg, Beratnya Memasarkan Hasil Panen di Pelosok Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Selasa 24 Jun 2025, 14:13 WIB
Ongkos Angkut Rp 2 Ribu Per Kg, Beratnya Memasarkan Hasil Panen di Pelosok Sukabumi

Pisang tanduk hasil pertanian unggulan warga Tegalbuleud di pelosok Kabupaten Sukabumi (Sumber: dok warga)

SUKABUMIUPDATE.com - Tegalbuleud adalah kecamatan di pelosok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang kaya dengan hasil hutan dan pertanian seperti kayu, kapol, dan pepaya, hingga pisang. Namun hasil panen warga Tegalbuleud khususnya dari wilayah pelosok selama ini sulit bersaing di pasar, infrastruktur penunjang pertanian minim, hingga memicu tingginya biaya produksi dan pemasaran, yaitu ongkos angkut.

Tegalbuleud menjadi sentra pertanian pisang tanduk, atau dalam istilah lokal dikenal sebagai cau galek. Salah satu komoditas unggulan warga Desa Nangela dan Bangbayang Tegalbuleud, selain kapol, cabai dan lainnya.

Baca Juga: Rekannya Jadi Tersangka Saat Bertugas, Komunitas Satpam Sukabumi: Keputusan Polisi Bikin Resah

Dadun (31), warga Kampung Bojongwaru 2, Desa Nangela, menegaskan hampir semua petani di desanya menanam pisang tanduk. "Mayoritas warga di Desa Nangela, Bangbayang, sampai Rambay memang menanam cau galek. Panjangnya bisa 20 sampai 25 sentimeter, rasanya manis dan legit,” ujar Dadun kepada sukabumiupdate.com, Selasa (24/6/2025).

Pisang tanduk dari Tegalbuleud kerap ditanam secara tumpang sari, memanfaatkan lahan kosong bersama tanaman lain. Waktu tanam hingga panen membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 12 bulan, tergantung pada kesuburan tanah. Harga jual di tingkat petani berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogram.

Baca Juga: Kurir Hingga Bos, Kenapa Banyak Emak-emak di Pusaran Jaringan Narkoba?

Namun, meskipun memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, para petani harus menghadapi kendala utama, biaya angkut tinggi. “Biaya angkut pakai motor engkreg bisa sampai Rp 2.000 per kilogram. Itu cukup berat bagi petani,” keluh Dadun.

Senada dengan itu, Dede Dwiyanto (39), warga Kampung Cideo RT 13 RW 04, Desa Bangbayang, juga menyoroti persoalan infrastruktur jalan. "Bukan cuma pisang tanduk, di sini ada kapol dan cabe juga. Tapi ongkos angkut mahal karena jalan rusak," katanya.

Baca Juga: Curhat Pak RW Sukses! Rumah Penjual Gorengan di Sukabumi Mau Diperbaiki Disperkim

Di Desa Bangbayang, kapol menjadi salah satu hasil bumi utama. Harga kapol basah bisa mencapai Rp 15.000 per kilogram, sementara kapol kering bahkan menembus Rp 80.000 per kilogram. Adapun cabe rawit (cengek) dijual seharga Rp 30.000 per kilogram di tingkat petani.

Meski harga jual cukup menggiurkan, kondisi jalan yang buruk membuat transportasi hasil panen menjadi tantangan besar bagi para petani di wilayah Tegalbuleud. “Kalau infrastruktur lebih baik, hasil bumi kita pasti lebih mudah dipasarkan,” pungkas Dede.

Baca Juga: Persib Trophy Tour 2025 Akan Sambangi Sukabumi! Bobotoh Siap Hadir?

Kondisi jalan rusak Kabupaten di Wilayah Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.Kondisi jalan rusak Kabupaten di Wilayah Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.

Janji Perbaikan Infrastruktur

Warga tiga kampung; Ciparapat, Cideo, dan Cimahpar Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, menghadapi kondisi jalan kabupaten ruas Cibugel–Bangbayang yang rusak parah. Jalan penghubung Banbayang dengan Desa Nangela tersebut saat ini nyaris tak bisa dilalui, terutama saat musim hujan.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak tahun 2021, ketika aspal mulai mengelupas dan menyisakan batu. Makin memburuk setelah terjadi pergeseran tanah pada Desember 2024.

Baca Juga: Ustadz Khalid Basalamah Beri Keterangan ke KPK, Dugaan Korupsi Kuota Haji

Jalan tersebut terakhir di aspal oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi pada tahun 2018. Kini, sebagian besar permukaannya berubah menjadi tanah dan lumpur, disertai lubang-lubang yang cukup dalam, menyulitkan akses warga untuk beraktivitas sehari-hari, termasuk untuk keperluan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Kepala Desa Bangbayang, Dadang Mulyana, mengungkapkan bahwa jalan kabupaten ruas Cibugel–Bangbayang yang masuk wilayah desanya memiliki total panjang sekitar 11 kilometer, membentang dari Kampung Ciparapat hingga Sungai Cigugur di perbatasan Desa Nangela.

Baca Juga: Sulit Ucapkan Huruf F? Ini 5 Fakta Unik Suku Sunda yang Harus Kamu Ketahui

"Ya, kondisinya hancur. Harapannya bisa segera dibangun lagi demi kelancaran aktivitas warga," ujar Dadang kepada sukabumiupdate.com Minggu (01/06/2025).

Sementara itu, Kepala Bagian Tata Usaha UPTD PU Wilayah Sagaranten, Ami Amelia, membenarkan bahwa jalan tersebut merupakan jalan kabupaten. Dari total panjang ruas Cibugel–Bangbayang sekitar 24 kilometer, sekitar 16 kilometer mengalami kerusakan berat, termasuk yang berada di Desa Bangbayang.

Baca Juga: 12 Jam Periksa Nadiem Makarim, Dugaan Korupsi Chromebook Rp 9,9 Triliun

"Benar, itu jalan kabupaten. Kondisi bagus hanya sekitar delapan kilometer. Selebihnya rusak berat, termasuk beberapa titik yang terdampak pergerakan tanah," jelas Ami saat dikonfirmasi Sukabumiupdate.com.

Tak hanya jalan, Ami menambahkan bahwa terdapat tiga jembatan gantung yang juga mengalami kerusakan di ruas tersebut, yakni Jembatan Cigugur, Jembatan Cicurug, dan Jembatan Cilantung. Salah satunya bahkan tergerus banjir Sungai Cigugur pada banjir bulan Desember 2024 lalu.

Baca Juga: Saat Uang Jadi Cermin Kepribadian: Yuk Cek, Seperti Apa Kamu Sebenarnya?

Pihak UPTD PU, menurut Ami, telah mengusulkan perbaikan jalan dan jembatan tersebut setiap tahun, dan kini tengah mempercepat proses pengajuan agar dapat segera ditindaklanjuti.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini