SUKABUMIUPDATE.com - Raksasa manajemen aset global, BlackRock, saat ini tengah menghadapi badai protes internasional yang mengancam citra dan posisinya, sementara di sisi lain, perusahaan ini secara agresif memimpin pergeseran menuju masa depan teknologi finansial.
“Bagi mereka yang tidak mengerti, aktivis pro-Palestina menargetkan BlackRock karena investasinya di perusahaan yang memasok senjata ke Israel dan investasinya dalam ekonomi Israel.” Tulis akun @master11sam di x merespon sebuah video pro Palestina mendatangi markas BlackRock pada 7 Oktober 2025, waktu setempat.
Bayangkan BlackRock, State Street, dan Vanguard adalah tiga raksasa keuangan yang sangat, sangat kaya. Total uang yang mereka kelola mencapai $20 Triliun hampir sama dengan seluruh uang yang dihasilkan oleh Amerika Serikat dalam setahun ($23 triliun).
Baca Juga: Menkeu Purbaya Tolak Usulan Pengalihan Gaji PNS Daerah ke Pemerintah Pusat, Ini Alasannya
“Jadi, bagaimana mereka bisa mengendalikan kita? Intinya adalah saham. Ketika Anda membeli saham di suatu perusahaan, Anda sebenarnya memiliki sebagian kecil dari perusahaan itu. Kepemilikan ini memberi Anda hak suara untuk memutuskan apa yang harus dilakukan perusahaan. Dalam rapat pemegang saham, mereka memberikan suara pada usulan-usulan penting,” tulis warga Amerika, Bobby Thorne, pengamat politik dan sejarah pada akun verifid @Bobby1_x.
Menurutnya, semakin banyak saham yang Anda miliki, semakin besar suara Anda (andil untuk Israel). Karena ketiga raksasa ini memiliki porsi saham yang sangat besar di hampir semua perusahaan utama, mereka secara kolektif bisa menggunakan hak suara mereka untuk menentukan kebijakan dan arah perusahaan, dari A sampai Z. Dengan kata lain, mereka punya kekuatan untuk mengontrol banyak hal karena mereka punya paling banyak saham, dan suara mayoritaslah yang menang.
Gejolak Geopolitik: BlackRock di Tengah Badai Protes Pro-Palestina
Gelombang protes global Pro-Palestina kembali memanas pada Oktober 2025, bertepatan dengan ulang tahun kedua serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Puncaknya, pada 8 Oktober 2025, lebih dari seribu demonstran termasuk mahasiswa NYU mengepung markas BlackRock di Hudson Yards, New York City.
Aksi tersebut, yang merupakan kelanjutan dari protes serupa di Sydney, London, Washington, Paris, dan Istanbul, menyerukan tuduhan genosida atas investasi BlackRock senilai lebih dari $33 miliar pada perusahaan senjata AS, yang dituding mendukung operasi militer Israel di Gaza. Para pengunjuk rasa menuntut divestasi total BlackRock dari aset terkait militer Israel, terutama saham signifikan di Lockheed Martin.
Baca Juga: Calvin Verdonk Resmi Dicoret dari Daftar Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
Sebuah video viral di platform X (sebelumnya Twitter) yang menunjukkan demonstran berusaha menguasai gedung BlackRock, memicu perdebatan sengit tentang fokus aksi. Kritik terhadap BlackRock semakin menguat di tengah kampanye BDS global, terutama mengingat CEO Larry Fink dikenal pro-Israel. Respons BlackRock yang minim menambah kekhawatiran bahwa citra perusahaan akan semakin tergerus, menempatkannya di persimpangan kontroversi geopolitik yang kompleks.
Memimpin Era Baru: Ambisi BlackRock di Fintech 2.0
Kontras dengan isu politiknya, BlackRock kian mempertegas diri sebagai pionir Fintech 2.0 melalui ekspansi agresif di bidang teknologi.
Dominasi Aset Digital dan AI
Pada kuartal ketiga 2025, BlackRock memimpin adopsi teknologi finansial dengan investasi masif di ekosistem AI, blockchain, dan crypto. Perusahaan ini menambah aset crypto senilai $22,46 miliar, mayoritas dalam Bitcoin dan Ethereum. ETF Bitcoin (IBIT) mereka mencatat inflow hingga $3,5 miliar, berperan penting dalam mendorong harga Bitcoin menembus $122.000.
Untuk memperkuat infrastruktur AI, BlackRock menjalin kemitraan strategis dengan NVIDIA, Microsoft, dan xAI, serta mulai mengintegrasikan AI agents dalam platform investasi triliunan dolar mereka, Aladdin.
Baca Juga: Mulai 5 Oktober, Jurnalis Gratis Pengobatan di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara
Tokenisasi dan Infrastruktur Berkelanjutan
Tak berhenti di crypto dan AI, BlackRock juga memimpin tren tokenisasi aset. Mereka berkolaborasi dengan pemain kunci seperti Ripple dan memanfaatkan stablecoin untuk sistem redeem, memungkinkan perdagangan aset real-world 24/7 secara digital.
Selain itu, perusahaan ini mengarahkan investasi miliaran dolar ke pengembangan data center dan energi di Inggris dan melalui kolaborasi energi hijau. Langkah ini mencerminkan strategi BlackRock untuk menjadi garda terdepan dalam "era emas AI" dengan fokus pada kapitalisme berkelanjutan, sekaligus mencoba mengimbangi citra kontroversial mereka dengan visi teknologi masa depan yang ambisius.
(Sumber: X)