SUKABUMIUPDATE.COM -Â Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Kamis mengisyaratkan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte bahwa tim mereka harus bertemu dan bahwa dia tidak memasukkan ke hati ucapan Duterte sebelumnya.
Obama mengatakan bahwa kemitraan antara kedua negara itu harus konsisten dan mengikuti aturan hukum internasional.
Duterte pada pekan ini menyebut Obama "bajingan" dan mengatakan tidak ingin digurui soal perangnya melawan penyalahgunaan narkotika di Filipina.
Barack Obama dan Rodrigo Duterte berjabat tangan serta berbincang singkat pada Rabu di Vientiane, kata sejumlah sumber.
Pertemuan singkat itu setidak-tidaknya melunakkan ketegangan kedua pihak, setelah Duterte menghina Obama menjelang pertemuan puncak pemimpin Asia Tenggara dan Timur di Laos.
Penghinaan tersebut sempat membuat Gedung Putih membatalkan rencana pertemuan Duterte dengan Obama pada Selasa lalu.
"Saya sangat senang dengan apa yang terjadi," kata Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay, mengenai pertemuan singkat Duterte dengan Obama.
"Ini semua bisa terjadi karena fakta bahwa hubungan antara Amerika Serikat dengan Filipina adalah hubungan yang sangat kuat," kata Yasay Kamis (8/9).
Duterte menghina Obama pada Senin saat berupaya menjelaskan kebijakan perang terhadap peredaran narkoba yang dikritik banyak pihak karena terlalu banyak memakan korban. Lebih dari 2.400 warga Filipina tewas akibat kebijakan tersebut.
Duterte, yang memang terkenal suka berterus terang dengan kata-kata yang tidak umum bagi pejabat negara, kemudian menyatakan penyesalannya karena telah menghina Obama.
Dua pria itu berjabat tangan dan bertukar sapa selama kurang lebih dua menit saat mereka menunggu kursi pada jamuan malam menjelang pertemuan puncak negara Asia Timur pada Kamis, kata Yasay dan sejumlah staf kepresidenan.
Alan Cayetano, politisi Filipina pendukung Duterte, menggambarkan suasana pertemuan singkat itu dengan kata "hangat dan ramah", sementara pejabat Gedung Putih mengatakan "keduanya berbasa-basi saat bertemu".
Ketegangan antara Filipina dengan Amerika Serikat bukanlah hal yang biasa dalam pertemuan tingkat tinggi.
Kedua negara tersebut adalah sekutu lama. Selain itu, Washington mendukung Filipina dalam sengketa wilayah dengan China.
China juga turut ambil bagian dalam pertemuan di Laos, yang juga dihadiri oleh 10 negara Asia Tenggara, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
