SUKABUMIUPDATE.com - Lahan eks kebun teh yang sempat terbengkalai di Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, perlahan berubah wajah. Hamparan seluas 7 hektare yang sebelumnya terbengkalai kini ditanami puluhan ribu pohon murbei.
Penanaman diinisiasi oleh Kelompok Tani Bukit Kaliandra berdasarkan izin kelola yuang diberikan oleh PTPN sejak 2022. Hal itu dilakukan dalam rangka merespon ancaman kerusakan lingkungan sekaligus upaya membangun ketahanan ekonomi petani lokal.
Total sekitar 25 ribu pohon murbei ditanam di kawasan tersebut untuk memperkuat fungsi lahan. Petani juga menambahkan 2.500 pohon kopi serta ratusan bibit pohon alpukat yang berasal dari dukungan Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga kawasan tidak hanya hijau tetapi juga produktif.
Baca Juga: BEM UMMI Gelar Aksi Soroti Transparansi Anggaran dan Uang Praktikum, Ini Tanggapan Kampus
Ketua Kelompok Tani Bukit Kaliandra, Sudarma, mengatakan, murbei dipilih karena memiliki karakter akar yang kuat serta memiliki kemampuan menyerap air yang baik. Tanaman ini dinilai efektif menjaga kestabilan tanah, terutama di wilayah penyangga kawasan hutan.
“Kalau murbei itu dari sisi cengkeraman akarnya luar biasa. Penghijauan juga cepat, jarak lima bulan sudah terasa. Ini penting untuk daerah penyangga,” kata Sudarma kepada sukabumiupdate.com, Senin (15/12/2025).
Ia menjelaskan, lahan tersebut merupakan aset milik PTPN yang sudah tidak lagi produktif dan dikelola oleh kelompok tani sejak 2022 melalui skema Pemberdayaan Masyarakat Desa Kebun (PMDK).
Pengelolaan dilakukan setelah masa HGU berakhir dengan syarat fungsi ekologis lahan tetap terjaga. “Kami diberikan izin mengelola 7 hektare. Dari awal sudah diingatkan, lahan ini harus tetap dijaga, jangan sampai kehilangan fungsi lingkungannya,” ujarnya.
Di luar aspek lingkungan, murbei juga dipandang sebagai komoditas yang memberi kepastian pendapatan. Daunnya digunakan sebagai pakan ulat sutra dan memiliki pasar yang relatif stabil di tingkat lokal.
Baca Juga: Air Sungai Ciselang Sukabumi Keruh Pekat, Warga Menduga Ada Aktivitas Tambang di Hulu
“Harga daun murbei Rp1.000 per kilogram. Dalam satu hektare bisa dapat sekitar 3 sampai 3,5 ton. Itu bersih, risikonya kecil dibanding sayuran,” jelas Sudarma.
Di sisi lain, kata Sudarma, ketidakpastian harga tanaman hortikultura seringkali menjadi beban bagi petani kecil. Murbei hadir sebagai alternatif yang lebih aman karena perawatan sederhana dan risiko kerugian yang rendah.
“Kalau sayuran bisa untung besar, tapi risikonya juga besar. Murbei ini lebih tenang, lebih pasti,” katanya.
Inisiatif tersebut juga melatari kekhawatiran terhadap meningkatnya intensitas bencana alam di Sukabumi, seperti banjir dan longsor di kawasan Selabintana. Kondisi tersebut dinilai sebagai sinyal bahwa daya dukung lingkungan semakin tertekan.
Baca Juga: YouTuber Resbob yang Diduga Hina Suku Sunda Ditangkap Polisi di Jateng
“Baru hujan sedikit saja dampaknya luar biasa. Kalau ini dibiarkan, ke depan bisa berbahaya. Petani itu sebenarnya penyangga terakhir, sebelum kawasan hutan,” ucapnya.
Melalui pengelolaan lahan yang menggabungkan konservasi dan keberlanjutan ekonomi, Kelompok Tani Bukit Kaliandra berharap praktik serupa dapat direplikasi oleh kelompok tani lain, khususnya di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Kami bukan aktivis lingkungan. Tapi dari sisi akademisi dan petani, ini bentuk ikhtiar supaya alam tetap seimbang dan anak cucu kita masih punya masa depan,” pungkasnya.




