SUKABUMIUPDATE.com – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi menanggapi viralnya video siswa SDN Margawati di Desa Sinarbentang, Kecamatan Sagaranten, yang terpaksa belajar di luar ruangan beralaskan terpal setelah ruang kelas mereka roboh.
Kepala Disdik Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, membenarkan kondisi tersebut dan menyatakan pihaknya akan memprioritaskan perbaikan SDN Margawati dalam rencana pembangunan pendidikan tahun 2026.
“Benar, saya telah menerima informasi terkait beredarnya video di media sosial yang memperlihatkan siswa-siswi SDN Margawati melaksanakan KBM di luar ruangan hanya beralaskan terpal,” ujar Deden saat dikonfirmasi sukabumiupdate.com, Selasa (21/10/2025).
Berdasarkan data yang tercatat dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), lanjut Deden, sekolah tersebut memiliki 125 siswa dari kelas 1 hingga 6. Namun, tiga ruang kelas yakni kelas 4, 5, dan 6, sudah roboh sejak beberapa waktu lalu, sehingga kegiatan belajar terpaksa dilakukan di area terbuka.
“Ruang kelas 4, 5, dan 6 tidak ada karena telah roboh. Untuk sementara, siswa-siswi belajar menggunakan alas terpal di luar ruangan,” kata Deden.
Baca Juga: Perjuangan Siswa SDN Margawati Sukabumi, Tak Miliki Ruangan Rela Belajar Beralas Terpal
Pihaknya kemudian memastikan perbaikan tiga ruang kelas SDN Margawati itu akan menjadi prioritas pada tahun anggaran berikutnya.
“Insya Allah ini akan menjadi prioritas kami di kesempatan pertama tahun 2026, apabila anggaran tersedia,” tegasnya.
Sementara itu, Herlina, salah satu guru SDN Margawati, menjelaskan bahwa kegiatan belajar di luar ruangan sudah dilakukan sejak Januari 2025, setelah ruang kelas dibongkar demi keselamatan siswa.
“Kerusakan sudah mulai sejak 2017, jadi nunggu roboh. Untuk keamanan, bangunan dibongkar Januari 2025. Sejak itu, kalau cuaca panas anak-anak pasang terpal, kalau hujan ya terpaksa berhimpitan supaya tidak kehujanan,” kata Herlina.
Ia menambahkan, sekolah awalnya memiliki enam ruang kelas. Namun, sejak 2019 bangunan mulai rusak satu per satu hingga kini hanya tersisa tiga ruang yang masih bisa digunakan.
“Ada satu bangunan lagi yang dijadikan kantor, tapi sudah retak dan di dalamnya penuh dengan meja dan kursi dari tiga ruang kelas yang roboh,” tambahnya.