SUKABUMIUPDATE.com – PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Palabuhanratu memastikan akan terus mendampingi pengobatan Ninis Saputri (19), remaja yang mengalami luka bakar serius akibat tersengat kabel listrik saat memetik buah mangga di depan rumahnya, Minggu (15/6/2025) malam.
Diketahui, pohon mangga di depan rumah Ninis di Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi menjuntai hingga ke balkon lantai dua rumah, tepat di dekat jalur kabel Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM).
Menindaklanjuti insiden tersebut, tim PLN bersama K3L UP3 Sukabumi dan Sekretaris Kecamatan (Sekmat) Palabuhanratu, Hendriana, mendatangi rumah keluarga korban pada Senin (22/9/2025) siang. Mereka meninjau langsung lokasi kejadian sekaligus memastikan bahwa peristiwa itu murni kecelakaan listrik.
Baca Juga: Curhat ke KDM, Remaja di Palabuhanratu Sukabumi Tersengat Kabel PLN Saat Petik Mangga
“Intinya memang ada kesalahpahaman. Dari pihak PLN sejak awal sudah memberikan pengobatan dalam bentuk kepedulian. Bantuan pertama kali diberikan pada Juni, lalu beberapa bulan berikutnya kami tidak mendapat informasi lagi mengenai kondisi korban,” kata Setiadi, Manager Pelanggan PLN ULP Palabuhanratu.
Setiadi menegaskan PLN tidak tinggal diam. Pihaknya akan berkoordinasi dengan kecamatan untuk mendukung perawatan Ninis yang masih membutuhkan penanganan jangka panjang.
“Kami berdiskusi dengan Bu Ina (ibu korban), ternyata anaknya masih membutuhkan perawatan setidaknya satu tahun ke depan. Maka, PLN akan berkolaborasi dengan kecamatan untuk memfasilitasi kebutuhan transportasi kontrol ke rumah sakit,” tambahnya.
Sementara itu, Aditya dari Bidang K3L PLN UP3 Sukabumi mengingatkan pentingnya kewaspadaan masyarakat saat beraktivitas di dekat jaringan listrik. Menurutnya, pihak PLN rutin melakukan sosialisasi keselamatan, termasuk di rumah keluarga korban.
“PLN Palabuhanratu rutin melakukan sosialisasi baik secara komunal maupun door to door. Kebetulan di rumah Bu Ina juga sudah pernah kami lakukan edukasi keselamatan dan diterima baik keluarga. Tapi naas, tetap terjadi kecelakaan umum ini. Seharusnya ketika mengetahui ada kabel listrik di depan rumah, jangan melakukan aktivitas apapun di dekatnya,” tegasnya.
Aditya menambahkan, jaringan SUTM bertegangan sekitar 20 ribu volt sangat berbahaya bagi keselamatan. “Kalau ada balkon, genting, atau aktivitas yang terlalu dekat dengan jaringan, segera laporkan ke PLN terdekat. Kami akan tindaklanjuti demi keselamatan bersama,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Sebuah video memperlihatkan seorang ibu asal Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, mendatangi kediaman Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, viral di media sosial. Dalam rekaman yang diunggah akun resmi sang Gubernur pada Jumat (19/9/2025), tampak Ina Rohaenah (49) meluapkan kegelisahannya terkait nasib sang anak, Ninis Saputri (19).
Ninis mengalami luka bakar serius akibat tersengat kabel listrik PLN saat memetik buah mangga di depan rumahnya, Minggu (15/6/2025) malam. Pohon mangga di depan rumah korban diketahui menjuntai hingga ke balkon lantai dua, persis di dekat jalur kabel Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM).
Malam itu, sekitar pukul 19.00 WIB, Ninis bersama dua temannya mencoba memetik buah mangga dari balkon. Namun, tubuhnya tersedot ke kabel listrik bertegangan tinggi yang tidak berlapis.
“Bukannya Ninis yang nempel ke kabel, tapi kesedot kaya magnet. Otomatis Ninis kaku seperti patung di situ, lalu listrik langsung padam se-Kecamatan Palabuhanratu. Setelah itu dia jatuh dari ketinggian sekitar empat meter dalam kondisi pingsan dan tubuhnya terbakar,” tutur Ina saat ditemui Sukabumiupdate.com, Senin (22/9/2025) pagi.
Sejak kejadian itu, Ninis menjalani perawatan intensif di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Namun, Ina mengaku belum ada kepedulian berarti dari pihak PLN.
“Sejak awal tidak ada yang datang menengok atau sekadar menanyakan kabar. Bantuan hanya sekali diberikan, Rp2 juta pada 11 Juli 2025. Itu pun setelah saya berkali-kali datang ke kantor PLN. Uangnya langsung habis untuk sewa mobil dan biaya kontrol ke rumah sakit,” jelasnya.
Selama hampir tiga bulan, Ina harus menanggung biaya kontrol medis hingga 17 kali. Sekali perjalanan bisa menghabiskan Rp1,7 juta untuk transportasi, sopir, hingga kebutuhan harian anaknya. “Sampai sekarang PLN cuma nelepon bilang mereka lagi disidang, tanpa ada tindak lanjut nyata,” tambahnya.