Bukan Macan Tutul, Matinya Puluhan Domba di Cikidang Sukabumi Diduga Kuat Ulah Anjing Liar

Sukabumiupdate.com
Sabtu 13 Sep 2025, 06:00 WIB
Bukan Macan Tutul, Matinya Puluhan Domba di Cikidang Sukabumi Diduga Kuat Ulah Anjing Liar

Kondisi Domba yang mati dengan kondisi luka di Desa Gunungmalang, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi. (Sumber Foto: dok Desa Gunungmalang)

SUKABUMIUPDATE.com – Misteri penyebab kematian puluhan domba ternak di Desa Gunungmalang, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, mulai mendapat titik terang. Hasil pemantauan dan investigasi dari pihak Resort Cimantaja Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) mengarah pada dugaan kuat serangan anjing liar, bukan macan tutul yang sempat dikhawatirkan warga.

Kepala Resort PTN Wilayah Cimantaja, Seksi PTN Wilayah III Sukabumi TNGHS, Amir Hamzah, menjelaskan kronologi kasus ini bermula dari laporan pada Minggu 7 September 2025 mengenai sejumlah ternak domba yang mati di Gunungmalang. Informasi awal menyebut macan tutul sebagai pelaku. Namun, tanda-tanda di lokasi dinilai tidak sepenuhnya sesuai dengan pola serangan satwa yang dilindungi tersebut.

“Kalau macan, biasanya ada tanda kuku yang jelas dan mangsa dibawa lari. Tapi di sini kebanyakan hanya dimatikan di tempat, terutama di bagian leher. Jejak yang ditemukan juga ada bekas kuku, lebih kecil dari macan, dan jumlahnya lebih dari satu. Itu mengarah ke anjing liar,” kata Amir kepada sukabumiupdate.com, Jumat (12/9/2025).

Baca Juga: Matinya Puluhan Domba di Cikidang Sukabumi Masih Misteri, TNGHS: Bisa Macan atau Ajag

Ia menuturkan, tim TNGHS telah memasang kamera trap sejak Senin lalu untuk memantau pergerakan satwa di sekitar lokasi. Hasil rekaman kamera tersebut rencananya akan diperiksa dalam waktu dekat.

Dari informasi masyarakat, dugaan tersangka utama makin kuat mengarah ke gerombolan anjing liar. Bahkan, Amir menerima laporan bahwa sudah ada dua ekor anjing yang berhasil ditangkap warga, dari total empat ekor yang kerap terlihat berkeliaran di sekitar lokasi.

“Dugaan kuat memang anjing liar. Kalau ajag itu ada ciri khusus seperti warna kemerahan. Tapi jejak dan cara memangsa lebih cocok ke anjing liar,” jelas Amir.

Amir menegaskan, pola serangan anjing liar berbeda dengan macan tutul. Jika macan biasanya memburu satu ekor dan membawanya pergi, anjing liar justru menyerang bergerombol, merusak kandang, dan membunuh lebih banyak ternak tanpa memakannya secara utuh.

Selain di Gunungmalang, ia menyebut kasus serupa juga terjadi di Desa Parakanpeteuy. Dengan begitu, total domba mati akibat serangan ini bertambah menjadi 28 ekor.

“Informasi terakhir yang saya terima, sudah 28 ekor domba mati, dari Gunungmalang dan Parakanpeteuy,” ungkap Amir.

Sebagai langkah antisipasi, pihak TNGHS bersama BKSDA Jawa Barat akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Edukasi akan menekankan pentingnya menempatkan kandang domba tidak terlalu dekat dengan kawasan hutan serta memperkuat struktur kandang agar lebih aman dari serangan satwa.

“Harapannya masyarakat tidak panik. Ini pernah terjadi sebelumnya, bahkan tujuh tahun lalu di Kawah Ratu kasus serupa juga sempat dikira macan, ternyata anjing liar. Sosialisasi akan terus kita lakukan agar warga bisa lebih waspada dan tidak salah persepsi,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini