SUKABUMIUPDATE.com - Di sebuah kebun ilalang yang terpencil di Kampung Cinunjang, RT 032/010, Desa Bantaragung, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, berdiri sebuah gubuk kayu berukuran 2x2 meter. Dari luar, gubuk itu tampak sunyi. Namun, di dalamnya, seorang pria bernama Andi (40 tahun), menjalani hari-harinya dalam keterkungkungan.
Sudah lebih dari 13 tahun lamanya ia hidup terkurung, jauh dari keramaian, tanpa kebebasan untuk sekadar menatap dunia luar. “Dari kecil sampai saya besar, kakak saya menghuni gubuk itu," kata Eka Nurhasanah (22 tahun), adik kandung Andi, menceritakan dengan mata berkaca-kaca kisah sang kakak kepada sukabumiupdate.com, Senin (1/9/2025).
Sejak 15 tahun lalu, Andi atau akrab disapa Kang Sunir atau Kang Ani divonis mengalami gangguan jiwa, tepatnya skizofrenia. “Dari saya kecil sampai sekarang usia 22 tahun, kakak saya tetap begini. Dulu keluarga pernah membawa kakak ke RSJ dan ke RS Syamsudin SH, alhamdulillah sempat ada perubahan. Tapi setelah pulang, kambuh lagi, sampai akhirnya dikurung seperti sekarang,” tutur Eka lirih.
Baca Juga: Bawa Ban Bekas di Depan DPRD Kabupaten Sukabumi, Tongkrongan Remaja Dibubarkan Aparat
Keluarga mengaku terpaksa melakukan itu. Menurut Eka, sang kakak kerap mengamuk, marah-marah, bahkan merusak barang. Kondisi itu membuat warga sekitar ketakutan. Hingga akhirnya, keputusan pahit diambil, Andi harus dikurung di gubuk kecil agar tidak membahayakan orang lain.
Awalnya, gubuk Andi berdiri di tepi sungai. Namun mengingat akan bahaya luapan air sungai, maka tempat kurungan dipindahkan ke lahan bekas rumah keluarga yang dulu kena longsor, sekitar 20 menit perjalanan dari pemukiman warga, atau rumah keluarga yang sekarang. Lokasinya jauh dari tetangga, semakin menambah sunyi hari-hari Kang Sunir.
Di gubuk sempit itu, semua aktivitas dijalani, makan, tidur, hingga buang air besar dan kecil. “Makan dan minum kami kasih lewat lubang kecil. Karena kalau dibuka, kakak bisa kabur dan ngamuk,” ujar Eka.
Ayah kandung Eka telah lama meninggal. Ibunya kini sudah menikah lagi, namun tengah berjuang dengan penyakit rematik. Kehidupan keluarga sederhana itu bertumpu pada ayah tiri Eka, seorang petani yang sehari-hari harus membagi tenaga, mengurus sawah dan memastikan kebutuhan makan sang anak tiri yang dikurung.
Setelah belasan tahun berlalu tanpa perhatian berarti, baru beberapa waktu lalu perangkat desa datang ke rumah Eka. Mereka membuatkan KTP untuk Andi, sebagai syarat agar bisa segera dibuatkan BPJS Kesehatan.
Saat difoto untuk keperluan administrasi, Kang Sunir sempat dikeluarkan dari gubuk. Namun setelah itu, ia kembali dimasukkan. “Katanya nanti kalau BPJS sudah jadi, baru akan ada tindak lanjut,” ujar Eka.
Baca Juga: THR, Perumahan dan Transportasi, Massa Aksi 1 September: Cabut Tunjangan DPRD Kota Sukabumi
Keluarga kecil itu hanya bisa menunggu dengan penuh harap. Eka sendiri mengaku bingung harus mengadu ke siapa. “Kami sudah lelah, tapi juga tidak tega. Kami ingin kakak bisa sembuh dan tidak terus-terusan terkurung seperti ini,” ucapnya.
Harapan Eka sederhana, agar kakaknya bisa kembali mendapatkan pengobatan, dan hidup lebih manusiawi. “Saya cuma ingin kakak saya bisa dirawat lagi, jangan terus-terusan begini. Kasihan,” katanya lirih.
Kepala Puskesmas Jampangtengah, Sofyan Efendi, mengungkapkan bahwa Andi rencananya akan di bawa ke RSJ Marzuki Mahdi Bogor.
"Kami sudah turun langsung dengan forkopimcam pada hari Kamis kemarin, untuk mengurus adminduknya, KTPnya sudah kelar tinggal menunggu BPJSnya, nanti akan di tindaklanjuti untuk pengobatan. Rencananya akan dibawa ke RSJ Marzuki Mahdi Bogor," tuturnya.