SUKABUMIUPDATE.com – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Sukabumi, Ranty Rahmatillah, menghadiri acara launching Woman Surgery di Rumah Sakit Umum (RSU) Hermina Sukabumi pada Jumat (15/8/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Ranty yang juga istri Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki, menilai layanan ini mampu menjawab kekhawatiran pasien perempuan.
“Intinya kalau untuk orang sunda ya, kalau perempuan kagok oleh dokter laki-laki, di sini sudah launching woman surgery, jadi tim perawatnya semua dari anestesi, yang membantu persalinan semua dilakukan oleh perempuan,” ujar Ranty kepada sukabumiupdate.com di lokasi.
“Jadi nanti untuk pasien perempuan enggak bakal canggung atau kagok lagi misalkan mau bersalin dan tim dokternya semua juga perempuan,” tambahnya.
Mengingat peluncuran program tersebut dilakukan di wilayah Kabupaten Sukabumi, Ranty menyebut tidak menutup kemungkinan konsep serupa diadopsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sukabumi.
“Nah ini juga mungkin bisa ya dijadikan inspirasi untuk di RSUD kita mungkin ya di Kota, mudah-mudahan juga bisa ada tim untuk membantu ibu-ibu untuk persalinan dan semuanya dilakukan oleh perempuan,” ujarnya.
Baca Juga: Bunda Ranty Resmi Nakhodai TP-PKK Kota Sukabumi
Sementara itu, Direktur RSU Hermina Sukabumi, dr. Hendy Kurniawan, mengatakan layanan ini dirancang khusus untuk menjawab kekhawatiran pasien perempuan.
“Hari ini kita meluncurkan layanan dari perempuan untuk perempuan dan oleh perempuan, karena tetap ada kepercayaan tertentu yang mengharuskan perempuan hanya bisa membuka auratnya, membuka apa yang harus diperlihatkannya hanya kepada sesama perempuan,“ kata Hendy.
Saat ini, program Woman Surgery baru melayani bidang kebidanan dan kandungan. Ke depan, RSU Hermina berharap dapat memperluas ke layanan lainnya.
“Jadi kalau masuk ke RSU Hermina, dari awal pasien sudah menginginkan timnya seluruhnya perempuan maka kita akan menyiapkan demi kenyamanan dan keyakinan yang dianut oleh pasien itu sendiri,” jelasnya.
Selain memberikan rasa aman, layanan ini juga diharapkan meminimalisir risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan ketika pasien perempuan ditangani tenaga medis laki-laki.
“Tentu dengan adanya layanan ini mungkin sedikit memberikan rasa nyaman dan aman kepada pasien itu sendiri, memang bukan untuk menjawab secara langsung tapi tindakan ini akan dirasakan sendiri oleh pasiennya,” imbuhnya.
Untuk sementara, layanan ini hanya diperuntukkan bagi pasien mandiri atau dengan jaminan tertentu, dan belum tersedia bagi peserta BPJS Kesehatan.
“Sementara untuk pasien BPJS belum bisa kami layani dalam program ini, jadi hanya untuk mandiri saja atau dengan jaminan karena ini berhubungan dengan keinginan pasien,” pungkas Hendy. (adv)