Bahaya Mengonsumsi Gula Berlebih: Risiko, Batasan Hingga Kecanduan

Kamis 01 Februari 2024, 14:00 WIB
Ilustrasi - Mengetahui risiko, batas aman hingga kecanduan gula yang ternyata sangat kompleks. (Sumber : Freepik.com/@fabrikasimf)

Ilustrasi - Mengetahui risiko, batas aman hingga kecanduan gula yang ternyata sangat kompleks. (Sumber : Freepik.com/@fabrikasimf)

SUKABUMIUPDATE.com - Siapa sih orang yang tidak suka manis? Hampir semua orang menyukai makanan maupun minuman manis. Namun, konsumsi kudapan manis tersebut bisa berbahaya jika tidak memperhatikan kandungan gula yang terkandungnya.

Gula adalah karbohidrat sederhana yang dapat diubah menjadi sumber energi tubuh. Gula dibedakan menjadi dua jenis yaitu gula alami dan gula tambahan. Gula alami berasal dari makanan dan minuman yang secara alami mengandung gula, seperti susu dan buah.

Sedangkan gula tambahan biasanya berasal dari makanan dan minuman yang telah ditambahkan gula selama pemrosesan. Tak sulit menemukan makanan dan minuman dengan tambahan gula, mulai dari manisan, kue, cookies, susu dengan berbagai rasa hingga makanan dan minuman kemasan.

Mengonsumsi makanan atau minuman manis mungkin membuat Anda merasa lebih baik. Saat Anda mengonsumsi gula, otak melepaskan serotonin dan dopamin, yang merupakan neurotransmiter yang terlibat dalam sistem penghargaan otak, untuk membuat Anda merasa bahagia dan meningkatkan mood Anda.

Namun sayangnya, selain menimbulkan rasa bahagia, gula juga berpotensi membuat kecanduan. Ketika perasaan bahagia memudar atau hilang, otak cenderung menginginkan perasaan itu kembali. Oleh karena itu, ketika kadar glukosa mencapai level rendah, muncul keinginan untuk kembali mengonsumsi makanan atau minuman manis (ngidam). Hal inilah yang membuat seseorang kecanduan gula.

Risiko Mengonsumsi Gula Secara Berlebihan

Mengutip rspondokindah, Konsumsi gula berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Selain menimbulkan efek adiktif, konsumsi gula berlebihan juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, antara lain:

1. Karies gigi

Penyakit paling ringan yang bisa muncul akibat konsumsi gula berlebihan adalah munculnya karies gigi. Bakteri di mulut mengubah kandungan gula pada makanan atau minuman yang Anda konsumsi menjadi asam. Jika gigi tidak disikat dengan benar, timbunan asam dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan berubah yang menyebabkan gigi berlubang.

2. Obesitas

Asupan tambahan gula yang tinggi menyebabkan pengeluaran energi yang berlebihan, dan dapat meningkatkan risiko penambahan berat badan dan obesitas.

3. Perlemakan Hati

Hati berlemak disebabkan oleh konsumsi fruktosa yang berlebihan, sejenis gula tambahan. Jika fruktosa dikonsumsi terlalu banyak, hati mengubahnya menjadi lemak. Lemak ini memberi tekanan pada hati dan menyebabkan perlemakan hati.

4. Diabetes Melitus

Mengonsumsi tambahan gula juga dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin ini menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat yang akhirnya memicu penyakit diabetes. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi lain, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah perifer.

Membatasi Asupan Konsumsi Gula Harian

Karena risiko kesehatannya, konsumsi gula harian harus dibatasi. Salah satu jenis gula yang sebaiknya dikonsumsi dengan hati-hati adalah gula tambahan. Namun gula alami atau natural sugar relatif lebih baik dan aman dikonsumsi. Jika Anda mengonsumsi gula secara utuh, selain gula, Anda juga mendapatkan serat, vitamin, dan antioksidan yang baik untuk tubuh.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, batasan konsumsi gula adalah 10 persen dari total kebutuhan energi atau 200 kilo kalori sehari. Artinya konsumsi gula harian seseorang tidak melebihi 50 gram per hari atau 4 sendok teh. Sementara itu, batasan konsumsi gula untuk anak adalah sekitar 25 gram per hari atau 2 sendok makan. Batasan ini merupakan norma bagi orang dewasa atau anak-anak dengan gula darah normal.

Batasan konsumsi gula bagi penderita diabetes berbeda-beda. Penderita diabetes dewasa disarankan membatasi asupan gula hingga 25 gram per hari atau 2 sendok teh. Penderita diabetes juga harus berhati-hati saat mengonsumsi buah-buahan dengan kandungan gula lebih tinggi seperti anggur, ceri, semangka, mangga, dan pisang.

Kecanduan Gula

Apa itu kecanduan?

Mengutip rdhmag, kecanduan diklasifikasikan sebagai gangguan penggunaan narkoba (SUD) dan merupakan kondisi kompleks, penyakit otak yang dimanifestasikan oleh penggunaan narkoba secara kompulsif meskipun memiliki konsekuensi yang berbahaya.

Evolusi makanan dan obat-obatan serta munculnya gula rafinasi, makanan olahan, dan lemak tinggi telah menunjukkan efek mirip obat yang serupa. Tubuh kita tidak siap secara biologis untuk menahan respons dan dampak tidak wajar yang telah berkembang.

Gula, seperti obat-obatan yang disalahgunakan, mengubah aktivitas otak kita. Ada rangsangan yang terjadi melalui sel-sel otak. Stimulasi ini terjadi secara seluler di sel-sel rasa manis di mulut dan selanjutnya di usus.

Stimulasi pasca-absorptif adalah proses sekunder yang terjadi melalui mekanisme otak yang melibatkan sinyal glukosa. Hal ini mirip dengan efek perubahan suasana hati psikoaktif seperti obat-obatan. Namun, efek psikoaktif dari gula ini tidak separah akibat obat-obatan. Bahkan makanan yang sangat tinggi gula pun tidak mampu menghasilkan efek yang mengubah pikiran.

Manusia merasakan sensasi reward ketika mengonsumsi gula. Sensasi penghargaan membantu mengatasi stres, rasa sakit, kelelahan, kebosanan, dan keinginan mengidam yang intens.

Penelitian menunjukkan bahwa mengidam makanan manis tidak sedalam mengidam obat-obatan, banyak pecandu narkoba menimbulkan kecanduan silang terhadap gula. Mengidam makanan manis mirip dengan intensitas makanan dan seks, tetapi sebagian besar mirip dengan kafein dan nikotin.

Sejarah Kecanduan

Epidemi kecanduan pertama terjadi pada abad ke-17, 19, dan 20.2 Minuman beralkohol sulingan seperti whisky dan gin diperkenalkan pada abad ke-17. Obat sintetik suntik muncul pada abad ke-19. Abad ke-20 membawa industrialisasi dan makanan yang sangat enak. Makanan industri ini tinggi gula dan lemak.

Pada tahun 1960an dan 1970an, pit mengemukakan bahwa lemak adalah penyebab penyakit kardiovaskular (CVD), diabetes, dan kolesterol tinggi. Pengenalan pola makan rendah lemak menyebabkan peningkatan asupan gula. Hasilnya adalah peningkatan angka obesitas karena konsumsi gula yang tinggi, bukan konsumsi lemak.

 

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkait
Berita Terkini
Food & Travel09 Mei 2024, 07:00 WIB

Simpel dan Mudah, Cara Membuat Air Rebusan Ketumbar untuk Meredakan Nyeri Sendi

Air rebusan ketumbar dapat dikonsumsi secara teratur untuk mendapatkan manfaat kesehatannya, terutama untuk meredakan masalah pencernaan, meredakan nyeri sendi, dan memberikan efek detoksifikasi pada tubuh.
Ilustrasi. Mudah Dibuat di Rumah, Cara Membuat Air Rebusan Ketumbar untuk Meredakan Nyeri Sendi (Sumber : Instagram/@sweet.deeva)
Science09 Mei 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 9 Mei 2024, Sukabumi Berpotensi Cerah dari Pagi Hingga Dini Hari

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca cerah berawan pada Kamis 9 Mei 2024.
Ilustrasi - Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca cerah berawan pada Kamis 9 Mei 2024. | Pixabay/
Sukabumi09 Mei 2024, 00:31 WIB

Hati-hati Jadi TKW! Belajar Rugi dari Warga Sukabumi yang Hamil Sepulang dari Dubai

Camat Gunungguruh Kabupaten Sukabumi, Kusyana menanggapi hal tersebut, pihaknya menyebut peristiwa ini harus menjadi contoh (pelajaran) bagi seluruh masyarakat ketika hendak menjadi TKW.
Camat Gunungguruh Kabupaten Sukabumi, Kusyana saat diwawancarai sukabumiupdate.com, Rabu (8/5/2024) | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi08 Mei 2024, 23:30 WIB

Silaturahmi Kepala Desa Se-Dapil V, Satukan Langkah untuk Kemajuan Sukabumi

Silahturahmi dan Halal Bihalal Apdesi Kabupaten Sukabumi bersama para kepala desa, para istri kepala desa, dan aparat desa se Dapil V di gelar di Agro Park, Kecamatan Nyalindung, Rabu (8/5/2024).
Halal Bihalal dan Silaturahmi Apdesi dan Para Kepala Desa Se Dapil V Kabupaten Sukabumi, Rabu (8/5/2024) | Foto : Dok. Apdesi
Sukabumi08 Mei 2024, 23:23 WIB

Diduga Sopir Main HP saat Berkendara, Angkot di Sukabumi Seruduk Mobil Penjual Cireng

Angkot seruduk mobil penjual cireng di Goalpara Sukabumi, diduga gegara sopir asyik main HP saat berkendara.
Angkot seruduk mobil penjual cireng di Goalpara Sukabumi. (Sumber : Istimewa)
DPRD Kab. Sukabumi08 Mei 2024, 22:54 WIB

DPRD Sukabumi Raker soal Pencabutan Status UHC Non-Cut Off, Ini Hasilnya

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi Hera Iskandar ungkap hasil raker soal pencabutan status UHC Non-Cut Off bersama Pemda.
Raker Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi dan Pemda soal pencabutan status UHC Non-Cut Off oleh BPJS Kesehatan. (Sumber : Diskominfosan Kab. Sukabumi)
Sukabumi08 Mei 2024, 21:16 WIB

Banyak Kasus Kriminal Libatkan Anak, Bupati Sukabumi Soroti Dampak Medsos hingga Ekonomi

Bupati Sukabumi, Marwan Hamami menyebut pengawasan perserta didik harus diperketat mulai dari pengawasan orang tua, lembaga pendidikan hingga lingkungan sosial
Bupati Sukabumi, Marwan Hamami | Foto : Asep Awaludin
Sehat08 Mei 2024, 21:00 WIB

Tanaman Jelatang: Nutrisi dan 5 Khasiatnya untuk Mengobati Beragam Penyakit

Jelatang adalah tanaman kurus dari keluarga jelatang yang disebut Urticaceae.
Ilustrasi - Jelatang adalah tanaman kurus dari keluarga jelatang yang disebut Urticaceae. (Sumber : pexels.com/@Simon Gough).
Sukabumi08 Mei 2024, 20:59 WIB

Kamboja Belajar soal Pencegahan Perkawinan Anak ke Pemkab Sukabumi

Kabupaten Sukabumi jadi tempat belajar soal pencegahan perkawinan anak bagi delegasi Kamboja.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami saat berbagi cenderamata dengan delegasi pemerintah Kamboja. (Sumber : Diskominfosan Kab. Sukabumi)
Sukabumi08 Mei 2024, 20:14 WIB

Kebakaran Rumah di Lengkong Sukabumi Diduga Akibat Korsleting Listrik, Penghuni Mengungsi

Kerugian akibat kebakaran rumah di Lengkong Sukabumi ini capai Rp65 Juta. Penyebab diduga akibat korsleting listrik.
Kondisi rumah di Lengkong Sukabumi yang hangus terbakar. (Sumber : Istimewa)