Hujan Awet di Sukabumi, Peneliti Ungkap Dua Fenomena Langka Ini Penyebabnya

Kamis 02 Maret 2023, 15:30 WIB
Ilustrasi - Hujan Awet di Sukabumi, Peneliti Ungkap Dua Fenomena Langka Ini Penyebabnya (Sumber : Freepik)

Ilustrasi - Hujan Awet di Sukabumi, Peneliti Ungkap Dua Fenomena Langka Ini Penyebabnya (Sumber : Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - BMKG (Badan Metologi Klimatologi dan Geofisika) mengeluarkan prakiraan cuaca di akhir februari ini, menurutnya ada potensi hujan lebat hingga sangat lebat periode tanggal 24 Februari 2023 hingga 02 Maret 2023.

Seperti beberapa hari terakhir ini sejumlah wilayah Indonesia termasuk Sukabumi sedang gencar-gencarnya diguyur hujan. BMKG sendiri telah mengeluarkan peringatan adanya potensi hujan lebat di beberapa daerah.

Dalam keterangan tertulisnya pada tanggal 24 Februari 2023, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari menyampaikan bahwa BMKG memonitor perkembangan kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia, dimana berdasarkan data analisis cuaca terbaru terdapat potensi signifikan dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia khususnya wilayah Jawa Barat.

Baca Juga: Fakta Anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Season 3, Tayang Maret 2023

"kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain: Peningkatan aktifitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan, hujan secara signifikan di wilayah Indonesia. Intensifikasi seruakan dingin Asia signifikan di wilayah Indonesia bagian barat yaitu +10.0 (normal < +10), SST anomaly berada pada +0.5 s/d +3.0 °C sehingga dapat kecepatan angin permukaan dan meningkatkan potensi awan hujan di sebagian wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat," ujar Indra.

Lantas ada fenomena apa yang terjadi di Indonesia?

Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan ada dua faktor penting yang memicu hujan awet di awal Maret 2023.

Hal tersebut diungkapkan Erma Yulihastin melalui Twitter @EYulihastin yang diunggah pada tanggal 28 Desember 2023.

Baca Juga: 2 Jembatan Penghubung Sukabumi Bogor Longsor, Potensi Kemacetan Hingga Gagal Mudik

Dalam unggahannya, Erma mengatakan kedua faktor itu adalah Lonjakan Lintas Utara Khatulistiwa atau Cross Equatorial Northly Surges (CENS) dan Vorteks Borneo atau Badai.

Cuitan Dr. Erma Yulihastin tentang dua fenomena yang melanda Indonesia.  | Twitter/@EYulihastin.Cuitan Dr. Erma Yulihastin tentang dua fenomena yang melanda Indonesia. | Twitter/@EYulihastin.

“Mengapa hujan deras persisten disertai angin kencang melanda sebagian besar Indonesia saat ini? Saya akan fokus menjelaskan penyebab yg berkaitan dengan fenomena utama pada skala meso yg memiliki radius 2-200 km,” ungkap Erma lewat akun Twitter pribadinya.

Menurut Erma, ada dua fenomena utama yang saat ini terjadi di Laut China Selatan. Pertama adalah CENS yaitu penguatan angin dari utara yang mempunyai kecepatan rata-rata di atas 5 meter/detik yang berada di wilayah Laut China Selatan bagian selatan dekat dengan Laut Jawa.

“Saat ini, ada dua fenomena utama yg terjadi di Laut China Selatan. Pertama, CENS yaitu penguatan angin dari utara yang memiliki kecepatan rata-rata di atas 5 m/det di wilayah Laut China selatan bagian selatan dekat Laut Jawa,” ungkapnya.

Baca Juga: 2 Jembatan Penghubung Sukabumi Bogor Longsor, Potensi Kemacetan Hingga Gagal Mudik

Berdasarkan pantauan, indeks CENS mulai aktif sejak 21 Februari hingga sekarang. Hal itulah yang menyebabkan angin kencang yang terjadi di Indonesia.

“Angin dari utara yg kuat ini telah berperan memperkuat angin monsun hingga 2-3 kali lipat semula, sehingga memengaruhi angin kencang yg marak terjadi saat ini,” ujarnya.

Faktor selanjutnya adalah Vorteks Borneo. Fenomena tersebut merupakan pusaran angin yang memiliki radius putaran pada skala meso, yaitu antara puluhan hingga ratusan kilometer. Erma menyebut saat ini Vorteks Borneo mulai terbentuk dekat ekuator di atas Laut Cina Selatan.

Kedua adalah faktor vorteks Borneo. Vorteks merupakan pusaran angin yang mempunyai radius putaran pada skala meso, yaitu antara puluhan hingga ratusan kilometer. Erma mengatakan saat ini Vorteks Borneo mulai terbentuk dekat ekuator di atas Laut China Selatan.

Baca Juga: 31 Warga dan Karyawan Pabrik di Cikembar Sukabumi Diduga Keracunan Nasi Uduk

“Kedua, vorteks Borneo. Vorteks adalah pusaran angin yang memiliki radius putaran pada skala meso, yaitu antara puluhan hingga ratusan kilometer. Saat ini, vorteks Borneo mulai terbentuk dekat ekuator di atas Laut China Selatan,”

Erma menyebutkan jika kedua faktor itu dapat berinteraksi secara terus menerus di lokasi yang sama dan lama-lama akan semakin kuat dan membesar.

“Jika ada CENS atau cold surge terbentuk secara terus menerus dan berinteraksi dengan vorteks Borneo yg terus menerus memutar pada lokasi yg sama, makin lama makin kuat dan membesar selama lebih dari 72 jam atau empat hari, maka terbentuklah siklon tropis,” ujarnya.

Erma merujuk dengan hasil studi dari Chang dkk (2023). mengenai pembentukan Taifun (siklon tropis) Vamei di ekuator dekat Singapura-Batam pada 27 Desember 2001 silam.

Ia mengatakan, “kejadian ini sangat langka, oleh karena itu probabilitasnya terbentuk kembali sekitar 100-400 tahun sekali. Sebab belum tentu syarat-syarat bisa terpenuhi semuanya,”

Erma menyebutkan Taifun Vamei mulai terbentuk pada 12 tahun yang lalu. Saat ini kedua fenomena itu menjadi syarat bagi siklon tropis yang kini terjadi. Oleh karenanya, efek itu mengenai wilayah yang berada dalam pusaran vorteks antara lain: Singapura, Batam, Pangkal Pinang, Babel dan Kalbar yang terdampak.

“Vamei terbentuk 12 tahun yg lalu, dan saat ini kedua fenomena yg menjadi syarat bagi siklon tropis itu terjadi saat ini. Efek langsung tentu saja mengenai wilayah yg masih berada dalam pusaran vorteks yaitu: Singapura, Batam, Pangkal Pinang, Babel, Kalbar,” ucapnya.

Baca Juga: 7 Mitos Bunga Wijaya Kusuma, Datangkan Jodoh Hingga Kesayangan Nyi Roro Kidul

Lalu Erma mengatakan efek tidak langsung dari kedua fenomena itu adalah angin kencang melanda wilayah barat Indonesia dan menciptakan daerah konvergensi luas di darat Jawa serta Sumatera. Sehingga menyebabkan hujan turun persisten dengan intensitas tinggi.

“Efek tak langsung adalah menyebabkan angin kencang di barat Indonesia, dan menciptakan daerah konvergensi luas di darat (Jawa, Sumatra) sehingga hujan turun persisten dg intensitas tinggi,” imbuhnya.

Erma menyebutkan semoga dua fenomena Vorteks Borneo dan CENS segera melemah dalam hitungan kurang dari 72 jam, supaya tidak bertumbuh menjadi siklon.

“Semoga vorteks Borneo segera meluruh dan CENS lekas melemah kurang dari 72 jam agar tidak tumbuh menjadi siklon. Amiin…,” ungkap Erma.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkait
Berita Terkini
Sehat25 April 2024, 13:00 WIB

Bebas Asam Urat dengan 10 Cara Alami: Mencegahnya Tanpa Obat-obatan

Ada beberapa cara alami untuk mencegah dan mengelola asam urat yang bisa Anda lakukan.
Ilustrasi - Ada beberapa cara alami untuk mencegah dan mengelola asam urat yang bisa Anda lakukan. (Sumber : Freepik.com)
Bola25 April 2024, 12:15 WIB

Prediksi dan Link Live Streaming Dewa United vs Madura United di Liga 1 Pekan ke-33

Dewa United vs Madura United akan saling bentrok sore ini di Liga 1 2023/2024 pekan ke-33.
Dewa United vs Madura United akan saling bentrok sore ini di Liga 1 2023/2024 pekan ke-33. (Sumber : X/@dewaunitedfc_/@MaduraUnitedFC).
Kecantikan25 April 2024, 12:00 WIB

Tetap Lembab, 10 Tips Memiliki Kulit Glowing Meski Cuaca Panas

Jangan lupa untuk tetap konsisten dalam merawat kulit dan memberikan perhatian ekstra saat cuaca panas atau musim panas agar kulit tetap glowing.
Tetap Lembab, Ini Tips Memiliki Kulit Glowing Meski Cuaca Panas (Sumber : pexels.com/AndreaPiacquadio)
Life25 April 2024, 11:30 WIB

10 Kebiasaan Orang Baik yang Membuatnya Disenangi Semua Kalangan

Orang yang baik biasanya terbuka untuk mendengarkan dan memahami perspektif orang lain.
Ilustrasi. Orang yang baik biasanya terbuka untuk mendengarkan dan memahami perspektif orang lain. (Sumber : Pexels/KetutSubiyanto)
Sukabumi25 April 2024, 11:25 WIB

Jemaah Haji Kota Sukabumi Tahun 2024 Ada 336 Orang, Lebih Banyak Perempuan

Kemenag berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Sukabumi terkait keberangkatan.
(Foto Ilustrasi) Tahun 2024 Kota Sukabumi mendapat penambahan kuota 80 orang sehingga jumlah calon jemaah haji yang akan diberangkatkan adalah 336 orang. | Foto: Pixabay
Motor25 April 2024, 11:00 WIB

8 Dampak yang Terjadi Apabila Motor Jarang Dipanaskan, Yuk Kenali!

Jarang memanaskan motor dapat menimbulkan beberapa dampak negatif.
Jarang memanaskan motor  dapat menimbulkan beberapa dampak negatif. | (Sumber : Freepik.com/@ pressfoto)
Sukabumi25 April 2024, 10:55 WIB

Sempat DPO, Bos Investasi Bodong Senilai Rp 5 Miliar di Sukabumi Serahkan Diri

H selaku direktur dan pemilik CV AAP merupakan oknum wartawan.
H (43 tahun) saat diperiksa di Mapolres Sukabumi Kota, Rabu, 24 April 2024. | Foto: Humas Polres Sukabumi Kota
Sehat25 April 2024, 10:30 WIB

Menyembuhkan Asam Urat Secara Alami dengan 8 Gaya Hidup Sehat

Penting untuk diingat bahwa sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum memulai atau mengubah regimen pengobatan asam urat, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
Ilustrasi. Untuk Menyembuhkan Asam Urat Secara Alami Yuk Terapkan Cara Pola Hidup Sehat. | Foto: Freepik/@freepik
Life25 April 2024, 10:00 WIB

Bersyukur, 10 Kebiasaan Kecil yang Membuat Kamu Bisa Hidup Lebih Bahagia

Dengan mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan kecil ini, kamu dapat meningkatkan kebahagiaan dan menjalani hidup yang lebih memuaskan.
Ilustrasi - Dengan mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan kecil ini, Anda dapat meningkatkan kebahagiaan dan menjalani hidup yang lebih memuaskan. (Sumber : Freepik.com/jcomp)
Sukabumi25 April 2024, 09:43 WIB

28 Tahun Otda: Kota Sukabumi Komitmen Soal Ekonomi Hijau dan Lingkungan Sehat

Otonomi daerah adalah upaya desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah.
Sekda Kota Sukabumi Dida Sembada memimpin apel memperingati Hari Otda ke-28 di halaman Setda Kota Sukabumi, Kamis (25/4/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi