SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Sukabumi menilai pengembangan sorgum merupakan langkah strategis dalam diversifikasi pangan. Namun, Distan mengingatkan bahwa potensi besar komoditas serealia ini di Sukabumi terancam oleh hambatan utama yakni tataniaga atau rantai pemasaran yang belum terbentuk di tingkat lokal.
Kepala Bidang Sarana Pertanian Distan Kabupaten Sukabumi, Deni Ruslan, menjelaskan bahwa sorgum sebenarnya bukan komoditas baru. Tanaman ini termasuk dalam kelompok serealia bersama padi, jagung, dan gandum.
"Tanaman sorgum itu sebetulnya sudah lama. Kategorinya serealia itu didalamnya ada padi, ada jagung, ada gandum termasuk sorgum masuk dalam kategori serealia," kata Deni usai menghadiri acara penanaman sorgum di Palabuhanratu belum lama ini.
Menurutnya, sorgum sejak lama digadang menjadi salah satu bahan pangan pengganti di masa depan. Selain itu, penanaman sorgum memiliki tiga tujuan utama yakni kedaulatan pangan, kedaulatan energi, dan kedaulatan pakan.
Namun, Deni menegaskan bahwa pengembangan sorgum tidak cukup hanya dengan menanam. Tataniaga yang belum terbentuk membuat petani berisiko kesulitan menjual hasil panen. Oleh karena itu, ia menyarankan pola siklus tertutup dalam pengembangannya.
"Tataniaganya sorgum ini secara umum belum terbentuk dengan baik jadi harus hati-hati. Saya sarankan penanaman sorgum ini dibuat siklus tertutup, kerjasama dengan petani menghasilkan sorgum kemudian off-takernya sudah tersedia. Itu yang saya inginkan," jelasnya.
Ia menilai apabila tataniaga dibiarkan mengikuti mekanisme pasar umum, maka sorgum belum siap bersaing. “Kalau misalkan dibebaskan tataniaga umum menurut saya sorgum belum terbentuk disini (Sukabumi),” tegasnya.
Adapun terkait lokasi pengembangan, Deni menyebut sejumlah wilayah di Sukabumi sudah pernah melakukan uji coba sorgum.
“Uji coba sudah beberapa kali kita lakukan di Simpenan, Nagrak, Cibadak, Cikidang. Tapi permasalahan utamanya adalah di pasaran, tataniaganya belum terbentuk dengan baik,” ungkapnya. (*)





