SUKABUMIUPDATE.com - Sorgum naik kelas, tanaman ini terhampar di pesisir Cipatuguran, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Batang tanamannya yang biasanya berakhir sebagai limbah pertanian, kini diproyeksikan menjadi bahan bakar hijau pengganti batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Palabuhanratu.
PT PLN Indonesia Power (PLN IP), mengubah batang sorgum diproyeksikan menjadi biomassa pengganti batu bara (co-firing) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Palabuhanratu.
Diinisiasi oleh Build Indonesian Dream (BID), PT Berkah Inti Daya (BID), seremoni penanaman perdana sorgum digelar pada Selasa (25/11/2025), menandai langkah nyata menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060 dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Program BID mengusung prinsip Dual Impact: mendukung transisi energi bersih sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat melalui pertanian produktif. Bersama Kelompok Tani Sinta Mekar, lahan 10 hektare di Kampung Cipatuguran yang semula kurang produktif kini disulap menjadi kebun energi.
Baca Juga: 27 Guru di Kabupaten Sukabumi Resmi Dilantik Jadi Kepala Sekolah, Ini Daftar Lengkapnya
PLN: Awal Ekosistem Energi Hijau
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta, menyebut langkah ini sebagai permulaan ekosistem energi hijau dari hulu hingga hilir.
"Ya, hari ini kita memasuki Era ekosistem Green energy di mana secara dari dulu ke hilir kita coba pembangunan ekosistem untuk biomass dengan menggunakan tanaman Sorgum, yang mana Ini tanaman sorgum tadi sudah dijelaskan, atau masa panen, masa panennya cukup singkat dalam 3 bulan dan bisa dipanen dan dihasilkan bahan makanan dan juga bahan untuk membuat biomass, jadi bisa memberikan ketahanan pangan dan juga ketahanan energi dan juga terlestari area bumi," ujar Bernadus di lokasi penanaman.
Bernadus menegaskan, penggunaan sorgum adalah bagian dari peta jalan penghentian total batu bara pada 2050. Potensi pengurangan emisi karbonnya pun terbilang fantastis jika target pencampuran bahan bakar (co-firing) tercapai.
Target co-firing di PLTU Palabuhanratu diperkirakan mampu mengurangi 700 ribu ton CO2 per tahun pada pencampuran 10%. Jika mencapai 100%, potensi pengurangan emisi bisa mencapai 7 juta ton CO2 per tahun.
"Ya kalau dari program transisi energi itu memang road map untuk menghentikan penggunaan batubara itu kan di tahun 2050, jadi semua pembangkit batubara itu akan berhenti mengkonsumsi batubara tahun 2050, artinya kita akan secara bertahap untuk mengganti atau switching dari batubara ke biomassa ya," kata Bernadus.
Investasi Cepat Kembali, Petani Untung
Keunggulan sorgum dengan masa panen singkat 90–100 hari membuat perputaran modal cepat. Hal ini dinilai akan menarik minat petani untuk memanfaatkan lahan tidur.
“Dalam tiga bulan petani sudah bisa menghasilkan uang. Efek gandanya besar, makin banyak pihak yang terlibat,” jelas Bernadus.
Selain itu, sorgum dikenal tangguh dan bisa tumbuh di lahan kritis. Tanaman ini juga berkontribusi pada suplai oksigen, sekaligus menghasilkan pakan ternak dan energi.
Respons Pemkab Sukabumi
Pemerintah Kabupaten Sukabumi menyambut antusias program ini. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, dr. Gatot, menilai sorgum membuka peluang besar pemanfaatan lahan kosong di wilayah selatan Sukabumi.
"Jelas kita punya sumber daya alam yang harus dimanfaatkan ada istilah gurilaps gunung rimba laut sungai dan pantai (Gurilaps) ya memang kita lihat banyak area Utara ini lahan kosong yang belum termanfaatkan, jadi program pilot projector Sorgum dari PLN Indonesia Power ini kami sambut dengan sukacita," ungkap Gatot.
Ia berharap program ini bisa diduplikasi di wilayah lain. "Saya berharap banyak lahan tidur yang bisa bermanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi circular dan kita menuju Zero emission selain itu juga Harapan Kita ketahanan pangan, ketahanan pakan, dan ketahanan energi sama-sama bisa kita wujudkan untuk masyarakat Kabupaten Sukabumi," tambahnya.
Gatot juga menekankan manfaat ganda tanaman ini. Batangnya untuk listrik, sementara bijinya untuk pangan warga.
"Betul, jadi sorgum itu buah atau bijinya itu menjadi salah satu alternatif diversifikasi pangan, untuk masa depan kita Jangan tergantung sama beras saja, memang kami sendiri dinas ketahanan pangan mewakili Kabupaten Sukabumi ingin agar masyarakat kita Jangan tergantung pada satu komoditas saja, sorgum menjadi salah satu alternatif yang cukup baik," paparnya.
"Bahkan dikatakan sehat dan ini berharap menjadi wacaba agar masyarakat kita melihat adanya alternatif selain beras, tadi sudah disebutkan batangnya bermanfaat untuk fairing (co-firing) akarnya pun cukup bermanfaat buat lahan kita di sini," tutup Gatot.








