SUKABUMIUPDATE.com – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membuka peluang untuk mengkaji operasional Kereta Rel Listrik (KRL) selama 24 jam penuh. Wacana ini mengemuka setelah viralnya fenomena sejumlah penumpang yang terpaksa menginap di stasiun karena tertinggal perjalanan terakhir.
Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengatakan pihaknya akan berkoordinasi langsung dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk membahas kemungkinan layanan KRL beroperasi non-stop sepanjang hari.
“Nanti saya coba koordinasi dengan Kereta Api ya. Apakah perlu layanan 24 jam. Mereka perlu pengkajian dan semacamnya harus dilihat juga,” ujar Dudy dikutip dari suara.com, Kamis (27/11/2025).
Menurut Dudy, kajian bersama KAI penting untuk menghitung secara rinci beban biaya operasional jika KRL dijalankan 24 jam penuh. Perhitungan ini harus dipastikan tidak membebani operator maupun menimbulkan risiko finansial.
“Saya mesti tanya sama KAI, cost-nya seperti apa kalau kereta diaktifkan 24 jam, atau ada solusi lain,” katanya.
Baca Juga: Jaka Lalana, Kereta Wisata Jakarta–Bogor–Sukabumi–Cianjur Diluncurkan 14 Desember
Sementara itu, KAI menyambut baik wacana tersebut namun menegaskan bahwa operasional KRL non-stop memiliki konsekuensi teknis dan membutuhkan perhitungan matang. Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, mengatakan secara prinsip layanan 24 jam positif bagi pelanggan, tetapi aspek keselamatan dan perawatan tidak boleh diabaikan.
“Tentunya dari sisi pelayanan pelanggan ini hal yang positif. Tapi tentunya kita harus hitung,” ujarnya.
Bobby menjelaskan, pengoperasian KRL tanpa henti akan mengurangi window atau jeda waktu yang dibutuhkan untuk perawatan sarana, prasarana, dan terutama listrik aliran atas (LAA). Tanpa jeda perawatan, risiko gangguan akan meningkat.
“Yang namanya pengoperasian kereta itu tidak simple. Kita harus hitung berapa lama window perawatannya,” ujarnya.
Ia mencontohkan kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh yang bisa berhenti hanya karena layangan tersangkut di kabel listrik aliran atas. Jaringan KRL yang jauh lebih panjang, kata Bobby, membutuhkan pengecekan rutin yang tidak bisa dihilangkan.
“Kalau listriknya 24 jam, kapan kita ngecek kabelnya? Jaringannya jauh lebih panjang daripada Whoosh,” ucapnya.
Bobby menegaskan bahwa kajian KRL 24 jam akan dilakukan bersama Kemenhub dengan mempertimbangkan tiga aspek utama: keselamatan, operasional, dan kenyamanan penumpang.
Sumber: Suara.com





