Tetrarch, Berlian Nu Metalcore yang Lahir dari Kegelapan Atlanta

Sukabumiupdate.com
Senin 27 Okt 2025, 08:30 WIB
Tetrarch, Berlian Nu Metalcore yang Lahir dari Kegelapan Atlanta

Tetrarch: band nu-metalcore dipimpin gitaris Black female ikonik, Diamond Rowe. Mereka mengubah penolakan menjadi anthem pemberontakan, membuktikan representasi penting dalam metal modern. (Sumber Foto: @Tetrarch/Facebook)

SUKABUMIUPDATE.com - Di sudut Atlanta yang panas dan berdebu, di mana udara tebal dengan raungan sirene dan dentuman bass dari mobil-mobil yang melaju, sebuah kredo musik lahir dari mimpi anak-anak yang terlalu besar dan terlalu keras untuk dunia di sekitar mereka. Tetrarch bukan sekadar nama, ia adalah pernyataan perlawanan. Empat jiwa yang menolak didefinisikan oleh batas genre, ras, atau gender, memilih untuk membentuk suara mereka sendiri dari pecahan-pecahan nu-metal tahun 90-an yang telah lama dianggap usang.

Semuanya dimulai pada tahun 2007, ketika Josh Fore, seorang remaja berkacamata dengan rambut panjang dan amarah yang tak terucapkan, bertemu Diamond Rowe di halaman sekolah. Mereka adalah anomali di tengah lingkungan mereka. Josh adalah vokalis yang mengolah kemarahan menjadi lirik-lirik tajam, sementara Diamond, seorang gadis kulit hitam berusia dua belas tahun dengan gitar murah dari toko gadai sudah bisa melibas riff "Freak on a Leash" dengan mata terpejam. Mereka tidak tahu bahwa pertemuan itu akan menjadi awal dari sesuatu yang jauh melampaui sekadar band sekolahan.

Tetrarch bukan sekadar band. Mereka adalah bukti bahwa metal masih bisa relevan, bahwa representasi itu sangat penting, dan bahwa suara anak-anak dari pinggiran kota.Tetrarch bukan sekadar band. Mereka adalah bukti bahwa metal masih bisa relevan, bahwa representasi itu sangat penting, dan bahwa suara anak-anak dari pinggiran kota (foto credit:Tetrarch).

Awalnya, Tetrarch adalah proyek sampingan. Mereka tampil di pesta-pesta ulang tahun, di garasi tetangga, hingga klub-klub kecil yang beraroma apek bir dan keringat yang menguap. Namun, ada sesuatu dalam permainan gitar Diamond yang melampaui teknik; itu adalah emosi murni. Setiap nada yang dia petik seolah membawa beban tahun-tahun di mana dia adalah satu-satunya gadis kulit hitam di ruangan penuh anak laki-laki yang berbisik, “Dia tidak seharusnya ada di sini.” Dan Josh, dengan suara seraknya yang penuh luka, membalas setiap tatapan merendahkan itu.

Album pertama, Freak, dirilis pada 2017, adalah ledakan mentah. Bukan karena produksinya yang mewah sebaliknya, rekaman itu kasar, jujur, seperti luka yang baru saja terbuka. Namun, di situlah keajaibannya. Lagu "Odd One Out" menjadi anthem bagi siapa pun yang pernah merasa tidak pada tempatnya. Lagu itu meroket ke Spotify Viral 50, dan tiba-tiba, dunia mulai mendengarkan. Tetrarch bukan lagi band lokal. Mereka adalah suara generasi yang terjebak antara nostalgia nu-metal dan keinginan mendesak untuk sesuatu yang baru.

Jalan menuju sukses tidak mulus. Meskipun formasi inti mereka stabil dengan Josh, Diamond, Ryan Lerner (bass), dan Ruben Limas (drum), perjalanan panjang menyebabkan perubahan. Mereka terus bergerak maju, dan line-up yang ada bukanlah sekadar pengganti, melainkan sebuah evolusi yang mengeras.

Baca Juga: Transformasi Maestro Dongeng Sunda dari Frekuensi Radio ke Algoritma YouTube

Diamond Rowe seorang gadis yang pernah dibilang Diamond Rowe seorang gadis yang pernah dibilang "tidak seharusnya ada di sini," kini berdiri di panggung dunia, memainkan gitarnya seperti senjata, seperti doa, seperti janji bahwa kegelapan selalu bisa diubah menjadi cahaya.(foto Credit: @tetrarch)

Unstable, dirilis pada 2021 melalui Napalm Records, adalah bukti hidup bahwa Tetrarch bukanlah sekadar tribute nostalgia. Album ini lebih gelap, lebih elektronik, dan lebih berani. "You Never Listen" adalah lagu tentang hubungan yang rusak, tetapi juga tentang industri musik yang sering mengabaikan suara mereka. Diamond, untuk pertama kalinya, menulis solo yang tidak hanya cepat tetapi juga terasa seperti percakapan langsung dengan pendengar. Ketika album ini memasuki Billboard Heatseekers di posisi 12, dunia menyadari: nu-metal tidak mati; ia hanya menunggu seseorang untuk membawanya kembali dengan nyala api yang baru.

Namun, puncaknya datang pada 2025, dengan The Ugly Side of Me. Album ini bukan sekadar koleksi lagu ia adalah pengakuan dosa sonik. Josh menulis tentang kehilangan diri di tengah sorotan panggung, tentang hubungan parasosial yang menguras jiwa, dan tentang ketakutan bahwa kesuksesan hanyalah topeng bagi kegelapan yang lebih dalam. Dan untuk pertama kalinya, Diamond tidak hanya menyumbang backing vocal ia mengambil verse utama di "Never Again (Parasite)." Suaranya kasar, penuh luka, tetapi memancarkan kekuatan absolut. Seolah dia akhirnya mengatakan, “Ini aku. Ini suara aku. Aku tidak akan lagi bersembunyi di belakang gitarku.”

Di balik panggung, Diamond adalah kontradiksi yang indah. Di siang hari, dia adalah mentor bagi gadis-gadis remaja di program Girls Guitar Mentorship yang ia dirikan di Atlanta, mengajarkan mereka bahwa gitar bukan milik laki-laki, bahwa metal bukan milik kulit putih, bahwa suara mereka berharga.

Di malam hari, dia adalah gitaris yang headbang hingga dreadlocks-nya menyapu fretboard, memainkan solo dengan kecepatan yang membuat penonton menahan napas. Jackson Guitars memberinya model signature pada tahun 2024, menjadikannya wanita Afrika-Amerika pertama yang mendapatkannya bukan karena dia "gitaris wanita terbaik," tetapi karena dia adalah gitaris terbaik. Titik.

Baca Juga: Manchester United Menang atas Brighton, Ruben Amorim: Kemenangan Penting untuk Tim

Tetrarch adalah band yang lahir dari kegagalan, penolakan, dan mimpi yang terlalu besar untuk kota kecil. Di setiap riff, di setiap teriakan, di setiap nada yang Diamond petik dengan jari-jari yang penuh kapalan, ada pesan yang sama: kamu tidak harus menjadi apa yang dunia harapkan. Kamu hanya harus menjadi diri kamu dan itu sudah cukup untuk mengguncang dunia.

Pada akhirnya, Tetrarch bukan sekadar band. Mereka adalah bukti bahwa metal masih bisa relevan, bahwa representasi itu sangat penting, dan bahwa suara anak-anak dari pinggiran kota bisa menjadi suara yang mengubah segalanya.

Dan di tengah semua itu, ada Diamond Rowe seorang gadis yang pernah dibilang "tidak seharusnya ada di sini," kini berdiri di panggung dunia, memainkan gitarnya seperti senjata, seperti doa, seperti janji bahwa kegelapan selalu bisa diubah menjadi cahaya. Dan adalah cerita Tetrarch.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini