SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah gemuruh industri musik, seorang musisi muda bernama Jay Danu Prasetyo mengambil langkah berani dengan merilis mini album jazz yang tak biasa. Pada Jumat, 17 Oktober 2025, pria yang akrab disapa Jay Prasetyo ini secara resmi meluncurkan EP bertajuk "Butik" di bawah naungan Lismo Music. Karya yang berisi lima lagu ini hadir sebagai sebuah pernyataan musikal yang unik, menawarkan sajian jazz absurd yang pendek, padat, dan penuh dengan eksperimen suara yang tidak lazim. Seluruh lagu dalam "Butik" kini telah dapat diakses oleh publik melalui berbagai platform musik digital seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music.
Mini album "Butik" hadir untuk mendekonstruksi citra jazz yang selama ini lekat dengan kesan "berkelas" dan eksklusif. Jay mengakui bahwa ia dengan sengaja membumikan genre kompleks ini melalui pendekatan yang nyeleneh dan ringan, menjadikannya lebih mudah dicerna tanpa kehilangan kedalaman artistik. Klaimn-nya, ia membongkar pakem dengan menawarkan pengalaman mendengarkan jazz yang lebih membumi dan sarat dengan sentuhan personal, seolah mengajak pendengar untuk menikmati musik tanpa beban.
Kekuatan dan keunikan "Butik" paling terasa dari pilihan tema liriknya yang tak terduga. Trek pembuka, "Jazz Proletar," misalnya, mengangkat kehidupan para pekerja dengan groove yang justru santai dan mudah diikuti. Kolaborasi tak terduga hadir dalam lagu "Rekreasi" yang menampilkan rapper indie Mahendra Yudha Tapak Dewa atau MC Monyet, memadukan dinamika rap dengan irama latin jazz yang ceria. Album ini kemudian ditutup dengan "Pangkalan Tuhan," sebuah komposisi spiritual yang menenangkan, menunjukkan spektrum emosi yang luas dari mini album ini.
Baca Juga: Bentuk Garda Mura, Pemuda Wilayah Utara Siap Perjuangkan Pemekaran Sukabumi Utara
Baca Juga: Warga Gotong Royong Bongkar Kelas Rusak Demi Keselamatan Siswa SDN Gunung Batu Sukabumi
Proses kreatif "Butik" berlangsung di Mackedonia Studio Jakarta, di mana setiap nuansa dan eksperimen musikal direkam dengan cermat. Kolaborasi produksi antara Jay Danu Prasetyo dan Manikya Cynthia Pramudita berhasil menciptakan sebuah karya yang kohesif meskipun mengeksplorasi berbagai warna musik yang berbeda. Duet kreatif ini mampu menangkap esensi dari visi artistik Jay dan mentransformasikannya menjadi sebuah produk musik yang utuh.
Menurut Jay, filosofi di balik "Butik" adalah keinginannya untuk mendemistifikasi jazz. “Gue pengen menyelenehkan kesan bahwa jazz itu selalu soal keanggunan atau kelas tinggi,” ujarnya. Ia percaya bahwa jazz tidak harus selalu serius dan intelektual. “Padahal kalau dikasih makna yang receh-receh pun, jazz tetap bisa menyenangkan. Jazz Proletar adalah cara gue bilang bahwa perlawanan nggak selalu harus lewat musik keras,” tambahnya, menegaskan bahwa kritik sosial bisa disampaikan dengan cara yang lain.
Secara keseluruhan, "Butik" berfungsi lebih dari sekadar kumpulan lagu; ia adalah sebuah undangan. Jay Prasetyo mengajak pendengar untuk mampir ke dalam sebuah "butik musik" imajinatif miliknya, sebuah ruang di mana absurditas dan kejujuran bertemu. Di ruang ini, groove yang hangat dan akrab menjadi hostnya, memungkinkan setiap pendengar untuk menikmati jazz tanpa pretensi atau beban pengetahuan musikal yang rumit. Keberanian Jay Prasetyo dengan "Butik"dalam peta musik Indonesia patut diacungi jempol.
Di saat banyak musisi berlomba mengejar pasar, ia justru memilih bereksperimen dan berbicara jujur melalui karyanya. Mini album ini bukan hanya sekadar eksperimen untuk kepuasan pribadi, melainkan sebuah upaya tulus untuk memperkaya khazanah jazz lokal dengan wajah baru yang lebih inklusif dan mudah diakses. Dengan "Butik", Jay Prasetyo tidak hanya sekadar merilis album, tetapi juga membuka sebuah dialog baru tentang elastisitas genre musik jazz.