Bayi Mungil Menjadi Korban! Gaza Berjuang Melawan Banjir yang Menghancurkan Tenda Pengungsi

Sukabumiupdate.com
Jumat 12 Des 2025, 11:00 WIB
Bayi Mungil Menjadi Korban! Gaza Berjuang Melawan Banjir yang Menghancurkan Tenda Pengungsi

Ilustrasi Bayi Mungil Menjadi Korban! Gaza Berjuang Melawan Banjir yang Menghancurkan Tenda Pengungsi (Sumber: Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Badai musim dingin kembali menghantam Jalur Gaza pada Kamis, 11 Desember 2025 membawa hujan lebat yang mengubah ratusan tenda pengungsi menjadi genangan air. 

Ribuan keluarga yang telah dua tahun hidup dalam kondisi darurat kini menghadapi ancaman baru yakni banjir, dingin, dan minimnya perlindungan. Di tengah kondisi itu, seorang bayi perempuan berusia delapan bulan kehilangan nyawanya karena kedinginan dan hal itu menjadi sebuah tragedi yang menggambarkan rapuhnya kehidupan para pengungsi Gaza.

Petugas medis melaporkan bahwa bayi bernama Rahaf Abu Jazar meninggal setelah air membanjiri tenda keluarganya di Khan Younis, wilayah selatan Gaza. Ibunya, Hejar Abu Jazar, menceritakan bahwa Rahaf telah diberi makan sebelum tidur, namun mereka bangun dan mendapati sang bayi basah kuyup, tubuhnya diselimuti angin dingin yang menerobos masuk dari segala arah. 

Baca Juga: OpenAI Luncurkan GPT-5.2, Pembaruan Besar yang Menandai Babak Baru Persaingan AI Global

Dalam kondisi minim selimut, tanpa pemanas, dan tenda yang bocor, Rahaf tidak dapat bertahan. Tangis ibunya menggema di kamp, menjadi simbol penderitaan ribuan keluarga lain yang menghadapi situasi serupa.

Para pejabat pertahanan sipil dan pemerintah kota menyatakan bahwa mereka hampir tidak mampu melakukan penanganan apa pun. Kekurangan bahan bakar, kerusakan alat berat, serta hancurnya ratusan kendaraan saat perang membuat mereka tidak memiliki sarana untuk memompa air atau mengevakuasi korban. 

Lebih dari 2.500 panggilan bantuan masuk, namun sebagian besar tidak dapat ditindaklanjuti. Di banyak titik, barang-barang pengungsi tampak hanyut di antara lorong-lorong yang berubah menjadi sungai kecil.

Sebuah laporan PBB menegaskan bahwa 761 lokasi pengungsian, yang menampung sekitar 850.000 orang, berada dalam risiko banjir tinggi. Ribuan orang bahkan telah memindahkan tenda mereka sebelum badai datang, tetapi perlindungan mereka tetap tidak memadai.

Baca Juga: Enam Dapur Layani 16 Ribu Penerima Manfaat, Serba-Serbi Program MBG di Bojonggenteng

Menurut PBB dan para pejabat Palestina, masih diperlukan sedikitnya 300.000 tenda baru untuk menampung sekitar 1,5 juta pengungsi yang tersebar di seluruh wilayah. Tenda yang dipakai saat ini banyak yang sudah lapuk, hanya terbuat dari plastik tipis dan lembaran kain yang mudah sobek diterpa angin.

Tidak sedikit warga Gaza yang mencabut batang besi dari puing-puing rumah yang hancur demi menopang tenda mereka agar tidak roboh. Sebagian lainnya menjual material tersebut dengan harga murah demi membeli makanan atau keperluan pokok.

UNRWA, badan pengungsi Palestina di bawah PBB, menyebut situasi itu sebagai “lingkungan yang dingin, padat, dan tidak higienis” yang dapat memicu wabah penyakit. Jalanan yang tergenang, tenda yang lembab, serta kurangnya sanitasi memperbesar risiko infeksi, terutama pada anak-anak dan lansia. Mereka menegaskan bahwa penderitaan ini dapat dicegah jika bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan, termasuk dukungan medis dan material tempat tinggal yang layak.

Walau gencatan senjata sejak Oktober sebagian besar masih bertahan, dampak perang membuat infrastruktur Gaza berada pada titik hampir runtuh. Pemerintah yang dipimpin Hamas menyatakan bahwa Israel tidak mengizinkan masuknya bantuan sesuai kesepakatan gencatan senjata. 

Sebaliknya, Israel mengklaim telah menjalankan kewajibannya dan menuduh lembaga-lembaga bantuan tidak efisien dan gagal mencegah penjarahan oleh Hamas, tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut.

Tidak hanya tenda yang roboh, tiga rumah di Kota Gaza juga ambruk akibat badai, terutama bangunan yang telah melemah akibat bombardir sebelumnya. Banyak keluarga yang sempat kembali ke reruntuhan rumah mereka terpaksa mengungsi lagi karena khawatir bangunan akan runtuh saat hujan deras.

Meski intensitas pertempuran menurun, kekerasan belum berhenti sepenuhnya. Otoritas kesehatan Palestina mengatakan bahwa 383 warga tewas akibat serangan Israel sejak gencatan senjata berlaku. Israel juga melaporkan tiga tentaranya tewas dalam bentrokan selama periode tersebut.

Pada hari Kamis yang sama, petugas medis melaporkan bahwa dua perempuan Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka akibat tembakan tank Israel di Jabalia, Gaza utara.

Baca Juga: Cuaca Jabar 12 Desember 2025, Sukabumi Potensi Hujan Ringan hingga Lebat

Banjir besar ini menjadi peringatan bahwa selain konflik, cuaca ekstrem juga mengancam kehidupan pengungsi Gaza. Dengan perlindungan yang minim dan bantuan yang terbatas, setiap badai dapat berubah menjadi bencana mematikan. Bagi ratusan ribu keluarga, bertahan hidup kini berarti terus berjuang melawan dingin, banjir, dan ketidakpastian yang belum berakhir.

Sumber: NBC News

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini