SUKABUMIUPDATE.com - Kita mungkin sudah sering mendengar teman atau saudara terjebak dalam pernikahan yang diwarnai kekerasan fisik dan heran mereka bisa bertahan. Atau mungkin Anda sendiri tengah mengalaminya, menerima perlakuan kasar dari pasangan tapi bingung mengakhirinya.
Mengatakan setop pada kekerasan tak semudah membalikkan telapak tangan. Psikolog Roslina Verauli M.Psi., Psi. berbagi kiat mengantisipasi kekerasan dalam sebuah hubungan dan mengatasinya bila telanjur terjadi.
Pertama, yang perlu diperhatikan, sejak kapan pasangan berlaku agresif, apakah baru-baru ini saja atau sudah sejak masa pacaran? Kalaupun tidak memukul, apakah dia pernah memukul orang lain?
“Pola perilaku agresif, terutama yang melibatkan kekerasan fisik, tidak mendadak muncul. Dari awal hubungan (sebelum menikah), seharusnya sudah terbaca pola perilaku itu. Misalnya, dia temperamental atau meledak-ledak kepribadiannya, suka melakukan kekerasan pada orang lain. Ini indikasi yang harus diwaspadai,” terang Roslina.
Sayangnya, meski sudah mengenali adanya indikasi perilaku negatif sejak dini, beberapa wanita bersedia melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Pernikahan berjalan, agresivitas menjadi-jadi, tapi memilih bertahan.
“Alasannya beragam, bisa karena ketergantungan secara finansial maupun emosional, status di tengah masyarakat, anak, atau mungkin Anda tipe wanita yang submisif, yakni tipe wanita yang menghayati bahwa dalam relasi laki-laki dan wanita, wanita jadi objek yang nrimo, menerima apa pun perlakuan pasangan, menghayati, malah menikmatinya, merasa memang selayaknya, sepantasnya diperlakukan seperti itu,” ungkap Roslina.
Sumber: Tempo