Mahasiswa KKN 51 NPU Desa Cikakak Dorong Kesadaran dan Aksi Nyata Pengelolaan Lingkungan

Sukabumiupdate.com
Sabtu 20 Sep 2025, 15:31 WIB
Mahasiswa KKN 51 NPU Desa Cikakak Dorong Kesadaran dan Aksi Nyata Pengelolaan Lingkungan

Papan edukasi untuk memilah sampah di Pantai Kumala yang dipasang mahasiswa KKN Kelompok 51 Nusa Putra University (NPU) Sukabumi. (Sumber Foto: Dok. KKN NPU)

SUKABUMIUPDATE.com – Kelompok 51 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nusa Putra sukses melaksanakan serangkaian program berbasis pemberdayaan masyarakat di Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus 2025.

Kegiatan ini mengangkat tema: “Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Integrasi Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Digitalisasi, dan Pengelolaan Lingkungan demi Terwujudnya Kehidupan Desa yang Mandiri, Sehat, dan Berdaya Saing.”

Melalui tema besar Pengelolaan Lingkungan, mahasiswa bersama masyarakat menjalankan serangkaian kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif warga, antara lain:

1. Pembuatan Pupuk Organik

Permasalahan yang dihadapi warga adalah mobilisasi sampah organik dari rumah ke tempat pengolahan yang belum optimal, sehingga banyak limbah yang akhirnya terbuang percuma. Untuk mengatasi hal tersebut, program ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah organik rumah tangga secara mandiri.

Program ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah organik rumah tangga secara mandiri. Warga diundang ke posko KKN untuk mengikuti demonstrasi pembuatan kompos menggunakan bahan seperti sisa sayur, kulit buah, dan daun kering.

Bahan-bahan tersebut dicampur dalam wadah khusus, lalu ditambahkan EM4 dan molase (larutan gula merah) untuk mempercepat proses penguraian. Poster edukasi berisi panduan pemilahan sampah dan pembuatan pupuk dibagikan kepada warga serta ditempel di lokasi strategis seperti pos ronda, balai warga, dan warung.

KKN 51 NPU mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah organik rumah  tangga secara mandiri.KKN 51 NPU mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah organik rumah tangga secara mandiri.

2. Reboisasi Pohon Jengjeng

Permasalahan yang dihadapi Desa Cikakak adalah adanya area bekas longsor di tepi pemukiman dan lahan miring yang rawan erosi. Kondisi tersebut menyebabkan tanah mudah tergerus air hujan, mengancam akses jalan warga, dan menurunkan kualitas lahan di sekitarnya. Minimnya vegetasi penahan tanah membuat risiko bencana di musim penghujan semakin tinggi.

Sebagai langkah pencegahan, dilakukan reboisasi dengan menanam Pohon Jengjeng (Leucaena leucocephala) di titik-titik strategis yang telah dipetakan sebelumnya. Jenis pohon ini dipilih karena memiliki sistem perakaran yang kuat, mampu menahan tanah, dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan Desa Cikakak.

Proses penanaman diawali dengan pembuatan lubang secara manual, kemudian setiap lubang diberi sekam untuk menjaga aerasi tanah dan merangsang pertumbuhan akar. Penanaman dilakukan bersama warga dan perangkat desa, dengan jarak tanam yang diatur agar pohon dapat tumbuh optimal tanpa saling menghalangi.

Warga dan Mahasiswa KKN kelompok 51 NPU melakukan reboisasi dengan menanam Pohon Jengjeng.Warga dan Mahasiswa KKN kelompok 51 NPU melakukan reboisasi dengan menanam Pohon Jengjeng.

3. Renovasi Bank Sampah

Bangunan bank sampah Desa Cikakak sebelumnya berada dalam kondisi kurang layak, dengan cat dinding yang memudar, rak penyimpanan tidak tertata, dan beberapa bagian atap mengalami kebocoran. Mahasiswa KKN bersama warga melakukan pembersihan menyeluruh, termasuk mengeluarkan tumpukan sampah lama yang menumpuk di sudut ruangan. Dinding bagian luar dan dalam dicat ulang agar tampak lebih rapi dan bersih, sementara bagian atap diperbaiki untuk mencegah rembesan air hujan.

Selain itu, penataan ruang dilakukan dengan menambahkan rak baru untuk mengelompokkan sampah sesuai jenisnya organik, anorganik, dan residu serta menyediakan karung dan wadah khusus untuk sampah bernilai jual seperti plastik dan botol bekas. Area depan bank sampah juga dipercantik dengan pemasangan papan nama baru dan pengecatan pagar, sehingga lebih mudah dikenali warga. Dengan renovasi ini, bank sampah kembali berfungsi sebagai pusat pengumpulan, pemilahan, dan edukasi daur ulang sampah di Desa Cikakak.

Mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU saat merenovasi Bank Sampah Desa Cikakak.Mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU saat merenovasi Bank Sampah Desa Cikakak.

4. Program “Satu Rumah Empat Tanaman”

Permasalahan yang dihadapi sebagian warga Desa Cikakak adalah keterbatasan pemanfaatan pekarangan rumah untuk bercocok tanam, padahal lahan yang tersedia sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayur harian. Banyak rumah tangga masih bergantung pada pembelian sayuran dari pasar, yang kadang terkendala harga maupun ketersediaan.

Untuk mengatasi hal tersebut, setiap rumah menerima empat jenis benih sayuran, yaitu cabai, sawi, kangkung, dan tomat, dalam bentuk bibit siap tanam dan benih biji. Pembagian dilakukan langsung oleh mahasiswa KKN ke rumah warga, disertai penjelasan singkat mengenai cara menanam, merawat, dan memanen setiap jenis tanaman.

Sebagai pelengkap, paket tersebut juga dilengkapi dengan air lindi (pupuk cair) hasil pengolahan kompos yang telah dibuat sebelumnya. Pupuk cair ini dikemas dalam botol bekas agar mudah dibagikan, dan digunakan sebagai nutrisi tambahan untuk mendukung pertumbuhan tanaman di pekarangan rumah warga.

Mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU saat membagikan benih sayuran kepada warga Desa Cikakak.Mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU saat membagikan benih sayuran kepada warga Desa Cikakak.

5. Pemasangan Papan Edukasi Lingkungan dan Tong Sampah Terpilah

Permasalahan yang dihadapi Desa Cikakak adalah rendahnya kesadaran sebagian warga dan pengunjung wisata dalam memilah sampah sesuai jenisnya. Hal ini mengakibatkan sampah organik, anorganik, dan residu sering tercampur, sehingga menyulitkan proses pengolahan dan daur ulang. Kondisi tersebut juga berdampak pada kebersihan lingkungan, terutama di area publik seperti tempat ibadah dan objek wisata.

Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa membuat papan informasi berisi perkiraan waktu penguraian berbagai jenis sampah mulai dari plastik, kaca, logam, kertas, hingga sampah organik serta panduan cara memilahnya dengan benar. Desain papan dibuat menarik secara visual agar mudah dibaca dan dipahami oleh semua kalangan.

Papan edukasi ini dipasang di Pantai Kumala, salah satu lokasi wisata yang ramai dikunjungi, sehingga pesan yang disampaikan dapat menjangkau warga maupun wisatawan. Sebagai pelengkap, disediakan tong sampah terpilah menjadi tiga jenis organik, anorganik, dan residu dengan label dan warna berbeda untuk memudahkan pemilahan sejak dari sumbernya. Tong-tong tersebut ditempatkan di sekitar Masjid Jami Desa Cikakak, yang menjadi pusat kegiatan warga, sehingga kebiasaan memilah sampah dapat dimulai dari area yang sering digunakan masyarakat.

Pemasangan tong sampah terpilah oleh mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU.Pemasangan tong sampah terpilah oleh mahasiswa KKN Kelompok 51 NPU.

Ketua Kelompok KKN, Arya Lukman Hakim, menjelaskan bahwa setiap program yang dilaksanakan dirancang bukan hanya untuk memenuhi target kegiatan selama masa KKN, tetapi juga untuk memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Desa Cikakak.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya menerima fasilitas, tetapi juga terbiasa memanfaatkannya secara berkelanjutan. Program yang kami jalankan didesain agar mudah diterapkan warga dengan sumber daya yang ada di desa, sehingga setelah KKN berakhir, kegiatan ini bisa terus berjalan tanpa ketergantungan pada pihak luar,” ujarnya.

Arya juga menambahkan bahwa keberhasilan program ini tidak terlepas dari keterlibatan aktif warga di setiap tahap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga perawatan fasilitas yang sudah dibangun. Ia menilai semangat gotong royong yang muncul selama proses kegiatan adalah modal sosial yang sangat berharga untuk menjaga keberlanjutan program.

“Melihat warga ikut bergotong royong membersihkan dan memperbaiki bank sampah, menghadiri pelatihan pembuatan kompos, atau mulai mencoba menanam sayuran di pekarangan rumah mereka sendiri, itu menjadi bukti bahwa kesadaran lingkungan bisa tumbuh jika diberi ruang dan kesempatan,” tambahnya.

Menurut Arya, interaksi langsung dengan warga juga memberi pengalaman berharga bagi mahasiswa. Mereka tidak hanya mengajar atau memberikan fasilitas, tetapi juga belajar dari kearifan lokal dan kebiasaan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Harapannya, sinergi yang telah terjalin ini dapat terus dipertahankan, sehingga Desa Cikakak semakin maju dalam pengelolaan lingkungannya, menjadi lebih bersih, hijau, dan mandiri, serta mampu menjadi contoh positif bagi desa-desa lain di Kabupaten Sukabumi.

Berita Terkait
Berita Terkini