SUKABUMIUPDATE.com – Selama miliaran tahun, alam semesta telah menjalankan sebuah tarian penciptaan yang kolosal, sebuah proses yang telah lama tersembunyi dari pandangan langsung kita. Namun, kini, para astronom telah berhasil membuka sebuah jendela yang menakjubkan, menangkap momen paling intim dalam kisah semesta: kelahiran tata surya baru.
Peristiwa luar biasa ini terjadi di sekitar bintang muda bernama HOPS-315, yang bersinar redup di tengah-tengah Nebula Orion, berjarak sekitar 1.300 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini bukan sekadar observasi baru, melainkan sebuah mesin waktu yang memungkinkan kita menyaksikan kembali momen-momen formatif semesta, seolah mengintip ke dalam cermin masa lalu.
Mengapa HOPS-315 begitu penting? Para ilmuwan percaya bahwa bintang ini adalah kembaran kosmik dari Matahari kita sendiri pada masa mudanya yang bergejolak. Sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, sistem tata surya kita bermula dari awan debu dan gas yang berputar, dan HOPS-315 kini meniru drama penciptaan itu. Penemuan ini menawarkan pandangan yang tak ternilai tentang bagaimana sistem planet kita sendiri pertama kali menyusun diri. Di tengah dingin dan gelapnya ruang antarbintang, bintang muda ini menjadi laboratorium alami yang sempurna, mengulang kembali langkah-langkah primordial yang pada akhirnya menghasilkan planet-planet, lautan, dan kehidupan.
Di sekitar HOPS-315 terdapat sebuah fenomena raksasa yang dikenal sebagai cakram protoplanet, sebuah pusaran materi kosmik yang menentukan takdir. Lingkaran gas dan debu ini bukanlah kekacauan, melainkan bengkel utama penciptaan planet. Selama jutaan tahun, atom-atom dan molekul-molekul di dalamnya sisa-sisa batuan dan hampa udara dari pembentukan bintang mulai mendingin dan berkumpul. Proses ini adalah manifestasi dari hukum fisika yang mengatur semesta sejak Big Bang, yaitu kecenderungan materi untuk menggumpal di bawah pengaruh gravitasi.
Untuk pertama kalinya, para astronom berhasil menangkap kelahiran tata surya baru (Foto:Alldayastronomi/X)
Cakram protoplanet ini menyimpan bahan mentah yang pada akhirnya akan menjadi planet. Di dalamnya, debu mikroskopis mulai bertabrakan dan menempel, membentuk butiran, kemudian kerikil, dan akhirnya bongkahan batu yang lebih besar dan merupakan tahap paling penting, di mana hukum kimia dan fisika mengubah awan gas menjadi dasar yang kokoh. Di dalam pusaran raksasa tersebut, bibit-bibuk pertama dari dunia berbatu, termasuk bahan-bahan yang pada akhirnya akan membentuk kerak bumi, sedang dipisahkan dan diorganisir, jauh sebelum mereka tumbuh menjadi objek bulat yang kita kenal sebagai planet.
Melalui pengamatan HOPS-315, astronom tidak hanya mengamati pembentukan bintang lain; mereka sedang mengisi babak yang hilang dalam buku sejarah kosmik kita sendiri. Setiap mineral kristal yang terdeteksi, dan setiap pola gas yang dianalisis, adalah petunjuk berharga mengenai lingkungan ekstrem yang melahirkan Bumi.
Penemuan ini memperkuat pemahaman bahwa proses pembentukan tata surya adalah sebuah arketipe universal sebuah blueprint yang berulang di galaksi, menjanjikan bahwa kisah penciptaan planet mungkin adalah norma, bukan pengecualian, di kedalaman alam semesta yang luas.
Baca Juga: Qualcomm Luncurkan Snapdragon 8 Gen 5 Performa Flagship untuk Segmen Harga Lebih Luas
Penemuan penting ini berpusat pada analisis cakram protoplanet yang mengelilingi HOPS-315. Cakram raksasa ini terdiri dari gas dan debu, yang merupakan bahan mentah dari mana planet-planet akan terbentuk.
- Identifikasi Mineral Kristal: Menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST), para peneliti berhasil mendeteksi keberadaan mineral-mineral kristal di dalam cakram. Mineral ini kaya akan silikon monoksida.
- Lokasi Kritis: Melalui pengamatan lanjutan dengan ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array), para ilmuwan dapat memetakan lokasi mineral-mineral ini. Mereka ditemukan berkelompok di wilayah sempit cakram, jauh dari bintang pusat.
- Analogi Sabuk Asteroid: Penggumpalan material ini sangat mirip dengan komposisi dan lokasi Sabuk Asteroid di Tata Surya kita
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok mineral kristal ini adalah "bibit" atau planetesimal balok bangunan dasar yang akan bertabrakan, menyatu, dan akhirnya membentuk planet yang utuh. Penemuan mineral kristal di lokasi yang terorganisir menandakan bahwa proses pembentukan planet sedang berlangsung, jauh melampaui fase debu dan gas yang tidak terstruktur.
Baca Juga: Bukti Pengakuan Terhadap Islam, Museum Nasional Korea Buka Galeri Islam Permanen
Keberhasilan penemuan ini tidak mungkin terjadi tanpa kolaborasi dua instrumen observasi terdepan:
- JWST: Digunakan untuk menganalisis komposisi kimiawi cakram. Kekuatan inframerahnya memungkinkan para astronom untuk mengidentifikasi tanda-tanda kimiawi dari mineral kristal dalam awan debu.
- ALMA: Digunakan untuk resolusi spasial (lokasi). Kemampuannya dalam mengamati panjang gelombang milimeter dan submilimeter memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan dengan tepat di mana di dalam cakram bahan-bahan tersebut terkonsentrasi .
Sinergi antara kemampuan JWST dalam mengidentifikasi bahan dan kemampuan ALMA dalam memetakan lokasi memberikan bukti yang tak terbantahkan tentang proses kelahiran planet. Penemuan HOPS-315 membuka jendela baru untuk memahami variasi dan universalitas pembentukan planet. Jika bintang yang menyerupai Matahari kita membentuk planet melalui mekanisme ini, maka kemungkinan planet berbatu seperti Bumi terbentuk di alam semesta mungkin jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Para astronom sekarang berencana untuk melanjutkan studi terhadap HOPS-315 dan bintang-bintang muda serupa lainnya untuk mengamati evolusi planetesimal ini secara real-time (dalam skala waktu kosmik). Pertanyaan selanjutnya adalah Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi bibit-bibit planet ini untuk tumbuh menjadi planet yang matang? Penemuan ini menegaskan bahwa kita hidup di alam semesta yang dinamis, di mana kelahiran sistem baru adalah proses yang sedang berlangsung, terus-menerus membentuk batas-batas kosmik kita. Maka, dengan penemuan HOPS-315 ini, kita tidak hanya menyaksikan kelahiran sebuah tata surya baru, kita mendapatkan kilasan otentik tentang masa lalu kosmik kita sendiri.
Proses yang kini terungkap, dari cakram debu yang berputar hingga gumpalan mineral kristal yang terorganisir, adalah proses yang sama persis yang terjadi miliaran tahun lalu, yang memungkinkan Matahari kita bersinar dan Bumi kita terbentuk dari sisa-sisa batuan primordial. Penemuan ini memperkuat pemahaman bahwa kita adalah bagian dari siklus penciptaan abadi, di mana materi yang sama yang membentuk galaksi juga menciptakan bibit-bibit dunia, menjanjikan bahwa kisah pembentukan planet adalah kisah yang universal dan tak pernah usai di kedalaman alam semesta yang luas.
(Dari berbagai sumber)



