SUKABUMIUPDATE.com - Nanas (Ananas comosus) tidak hanya dikenal sebagai buah tropis yang menyegarkan, tetapi juga telah menjadi subjek penelitian biomedis intensif. Di balik rasa manis dan asamnya, tersembunyi sebuah kompleks enzim proteolitik kuat yang dikenal sebagai bromelain. Secara tradisional, bromelain telah digunakan untuk mendukung pencernaan dan mengurangi peradangan. Namun, dalam dekade terakhir, fokus ilmiah beralih pada perannya yang menjanjikan sebagai agen biologis non-toksik dengan aktivitas antikanker yang signifikan.
Bromelain bukanlah satu enzim tunggal, melainkan campuran kompleks dari berbagai protease sulfur. Enzim ini ditemukan di seluruh bagian tanaman nanas, tetapi konsentrasi tertinggi dan paling sering diekstraksi berasal dari batang nanas. Sifat proteolitiknya, yaitu kemampuannya memecah ikatan protein, adalah kunci bagi sebagian besar fungsi biologis dan terapeutiknya, memungkinkan bromelain untuk memodifikasi protein dan reseptor pada permukaan sel yang memegang peran vital dalam patofisiologi penyakit.
Meskipun hasil konsumsi jus nanas segar saja mungkin tidak cukup untuk mencapai konsentrasi terapeutik yang ditemukan dalam penelitian, ekstrak bromelain murni telah menunjukkan hasil yang konsisten dalam studi pra-klinis. Tinjauan mendalam mengenai aktivitas molekuler bromelain menunjukkan bahwa enzim ini mampu menargetkan sel kanker melalui berbagai jalur biologis yang terkoordinasi.
Baca Juga: Linkin Park Kembali ke Grammy Setelah 15 Tahun, Mengukir Era Baru dengan 'From Zero'
Nanas Melampaui Meja Makan Menyingkap Bromelain sebagai Harapan Terapeutik Antikanker (Foto: Canva)
Tinjauan Ilmiah Bromelain sebagai Agen Anti-Kanker
Mekanisme antikanker bromelain yang paling banyak diteliti adalah kemampuannya untuk menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) secara selektif pada sel kanker. Studi in vitro (cawan petri) menunjukkan bahwa bromelain dapat meningkatkan ekspresi gen pro-apoptosis seperti p53 (gen penekan tumor) dan Bax, sementara pada saat yang sama, ia menekan protein anti-apoptosis seperti Bcl-2 dan Cox-2. Ketidakseimbangan yang dipicu ini secara efektif "memerintahkan" sel kanker untuk menghancurkan diri sendiri, sebuah proses yang ideal dalam terapi kanker.
Selain apoptosis, bromelain menunjukkan potensi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker (proliferasi) dan penyebarannya (metastasis). Enzim ini diketahui dapat mengganggu jalur sinyal penting, seperti NF-κB (Faktor Nuklir-kappa B). Karena NF-κB merupakan protein regulator yang sering "hidup" secara kronis pada sel tumor, penghambatannya oleh bromelain dapat secara signifikan menghambat kelangsungan hidup dan pembelahan sel kanker.
Aktivitas anti-invasif bromelain juga signifikan dalam mencegah metastasis. Bromelain dapat menekan aktivitas Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9), enzim yang bertanggung jawab untuk mendegradasi matriks ekstraseluler di sekitar tumor. Dengan menghambat MMP-9, bromelain secara efektif mempersulit sel kanker untuk "melarikan diri" dari tumor primer dan menginvasi jaringan atau organ lain. Lebih lanjut, bromelain memiliki sifat fibrinolitik yang dapat memecah gumpalan darah dan plak protein, yang penting dalam mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular pada pasien.
Kanker sering berkembang di lingkungan peradangan kronis. Bromelain dikenal sebagai agen anti-inflamasi kuat yang bekerja dengan mengurangi mediator inflamasi. Selain itu, bromelain juga bersifat imunomodulator, yang berarti ia dapat membantu "mengaktifkan kembali" sistem kekebalan tubuh pasien agar lebih mampu mengenali dan menyerang sel kanker. Peran ini sangat penting, menjadikan bromelain sebagai kandidat yang baik untuk terapi pelengkap (adjuvant).
Baca Juga: Marc Klok Optimis Persib Bandung akan Lolos ke Fase Gugur ACL Two
Enzim Rahasia yang terkandung dalam Nanas itu bernama Bromelain, Senjata Biologis Baru Melawan Sel Kanker (Foto: Canva)
Saat ini, sebagian besar penelitian klinis pada manusia lebih berfokus pada penggunaan bromelain sebagai terapi pendukung untuk mengurangi peradangan pascaoperasi atau meredakan gejala osteoarthritis, di mana dosisnya biasanya dinyatakan dalam unit aktivitas enzim (FIP atau GDU). Walaupun studi klinis besar untuk peran antikanker masih terbatas, bromelain dosis tinggi (ekstrak murni) telah digunakan dalam beberapa penelitian awal untuk mengurangi efek samping kemoterapi dan radiasi, menunjukkan toleransi yang baik dengan efek samping gastrointestinal ringan yang dapat dikelola.
Bromelain menunjukkan profil keamanan yang tinggi, namun pasien yang mengonsumsi obat pengencer darah atau memiliki riwayat alergi nanas harus berhati-hati dan berkonsultasi dengan profesional medis. Tantangan utama terletak pada standardisasi dosis, di mana aktivitas enzim (FIP unit) lebih penting daripada berat (miligram), serta mengkonversi hasil laboratorium (ekstrak murni) menjadi panduan klinis yang definitif untuk pasien kanker.
Secara keseluruhan, bromelain mewakili contoh menjanjikan dari bioaktif alami dengan target terapeutik yang beragam. Meskipun bromelain bukanlah "obat ajaib" dan tidak menggantikan pengobatan kanker konvensional, penemuan mekanismenya yang multifaset, mulai dari induksi apoptosis hingga penghambatan metastasis, membuka jalan bagi pengembangan formulasi bromelain baru sebagai terapi pendamping yang aman dan efektif di masa depan.
Baca Juga: Soundgarden Resmikan Tempat di Rock and Roll Hall of Fame, Grunge Bergema Lagi!
Referensi Ilmiah Utama (Kajian Molekuler Bromelain)
Klaim mengenai mekanisme kerja bromelain sebagai agen antikanker didukung oleh banyak tinjauan sistematis dan studi in vitro (pada sel) yang berfokus pada jalur molekuler berikut:
- Induksi Apoptosis (Kematian Sel Terprogram)
- Mekanisme Utama: Bromelain secara konsisten terbukti menginduksi apoptosis, terutama melalui jalur mitokondria, dengan memicu pelepasan cytochrome c dan mengaktifkan kaskade kaspase (seperti kaspase-3, -7, dan -9).
- Contoh Referensi Ilmiah:
- Peningkatan Rasio Bax/Bcl-2 dan Aktivasi Caspase: Beberapa studi menunjukkan bahwa bromelain menyebabkan peningkatan ekspresi protein pro-apoptosis (Bax dan p53) dan penurunan protein anti-apoptosis (Bcl-2), yang merupakan penanda khas apoptosis.
- (Lihat: Potensi peran bromelain dalam aplikasi klinis dan terapeutik (Review) / Potential role of bromelain in clinical and therapeutic applications (Review) - PMC)
- Penghambatan NF-κB (Anti-Proliferasi dan Anti-Inflamasi)
- Mekanisme Utama: Bromelain menghambat translokasi (perpindahan) faktor nuklir-kappa B (NF-κB) dari sitoplasma ke nukleus sel. NF-κB adalah regulator penting dalam kelangsungan hidup sel kanker, proliferasi, dan peradangan.
- Contoh Referensi Ilmiah:
- NF-κB dan COX-2: Bromelain telah terbukti menghambat NF-κB dan mengurangi ekspresi Cyclooxygenase-2 (COX-2), suatu enzim yang sangat terlibat dalam peradangan yang dimediasi kanker dan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru untuk tumor).
- (Lihat: Efek Anti-Inflamasi Bromelain Melalui Penurunan Jalur Pensinyalan NF-κB dan MAPK / Anti-Inflammatory Effect of Pineapple Rhizome Bromelain through Downregulation of the NF-B- and MAPKs-Signaling Pathways - MDPI)
Baca Juga: Tips Memaksimalkan Kinerja dan Daya Tahan SSD Jantungnya Kecepatan Teknologi Modern
- Penghambatan Metastasis (Anti-Invasif)
- Mekanisme Utama: Bromelain menghambat metastasis, terutama dengan menekan aktivitas Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9). MMP-9 adalah enzim yang memecah matriks ekstraseluler (jaringan penyambung di sekitar sel), yang merupakan langkah penting yang diperlukan sel kanker untuk menyebar.
- Contoh Referensi Ilmiah:
- MMP-9 dan VEGF: Bromelain telah terbukti mengurangi MMP-9 dan VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor), yang keduanya merupakan faktor kunci dalam invasi sel tumor dan pertumbuhan pembuluh darah tumor.
- (Lihat: Sifat antikanker bromelain: State-of-the-art dan tren terkini / Anticancer properties of bromelain: State-of-the-art and recent trends - PMC)
Referensi Ilmiah Utama (Aplikasi Klinis pada Manusia)
Meskipun aktivitas langsung antikanker pada manusia masih dalam tahap studi awal, penggunaan bromelain sebagai terapi tambahan (adjuvant) memiliki dukungan klinis:
- Peran Adjuvan dalam Mengelola Efek Samping Kanker: Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa suplementasi yang mengandung bromelain dapat membantu mengurangi efek samping dari terapi kanker konvensional (kemoterapi dan terapi hormon).
- Contoh Referensi Ilmiah:
- Mengurangi Efek Samping Kemoterapi: Tinjauan telah mencatat bahwa suplementasi dapat membantu mengurangi efek samping seperti kekeringan mukosa, artralgia (nyeri sendi), dan neuropati perifer yang diinduksi kemoterapi.
- (Lihat: Supplementation Containing Bromelain on the Side Effects of Oncological Treatment: Systematic Review - PubMed)
Artikel ini didasarkan pada temuan ilmiah yang diterbitkan di jurnal-jurnal peer-reviewed, terutama pada tingkat seluler dan molekuler. Jurnal-jurnal yang secara rutin menerbitkan penelitian ini termasuk:Frontiers in Oncology, International Journal of Molecular Sciences (MDPI), dan publikasi dari National Institutes of Health (NIH) melalui PMC.

