Ribuan Ekor Puyuh Peternak Kota Sukabumi Mati Mendadak

Minggu 12 Februari 2017, 08:36 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Ribuan ekor unggas jenis puyuh, mati secara mendadak di Kampung Selagombong RT 04/03, Kelurahan Cibeureum Hilir, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi. Peternak diperkirakan alami kerugian hingga  puluhan juta rupiah.

Ece Suhendar Al Ghifari (41) kepada  sukabumiupdate.com, Minggu (12/2) menerangkan, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi. Tetapi semenjak intensitas hujan tinggi sebulan terakhir ini, puyuh-puyuh itu mulai mati mendadak. "Jarang sekali ada kejadian seperti ini, terakhir kali waktu tiga tahun kebelakang pada musim hujan juga, namun malah lebih parah saat ini," tutur Ece Suhendar Al Ghifari.

Penyebab utama kematian ternak peliharaan Ece ini akibat penyakit Snot. Ciri-ciri penyakit snot pada unggas, kata Ece,  bagian kepala membengkak, bernanah dan dalam hitungan menit unggasnya tersebut mati. “Semacam penyakit bisul kalau untuk manusia. Penyakit ini biasanya menyerang kelopak mata unggas,” jelas Ece.

Untuk mengantisipasi semakin  banyaknya ternak yang mati, ujar Ece,  melakukan vaksinasi serta vitamin tambahan. "Selama satu minggu sekali diberi vaksin anti penyakit. Kemudian  Vitamin dan membersihkan kandang setiap hari. Upaya ini sebenarnya tidak membuahkan hasil yang signifikan,” imbuh Ece.

Ia mengatakan, setiap hari unggas yang mati mencapai 50 hingga 70 ekor bahkan, kata dia, pernah dalam sehari sebanyak 270 ekor mati sekaligus.

BACA JUGA:

Pemkot Sukabumi Deteksi Flu Burung Dari Telur Unggas

China Konfirmasi Kasus Baru Flu Burung pada Manusia

Ternyata bukan hanya puyuh yang mati akibat virus snot ini. Bebek, ayam dan Itik juga mengalami hal sama apabila sudah terjangkit snot. “Hanya bedanya, bebek, ayam dan itik tidak begitu banyak yang mati." akunya.

Ece menambahkan, unggas-unggas miliknya yang mati terpaksa dikubur guna mengantisipasi penularan penyakit terhadap unggas lainnya. “Sebahagian unggas yang mati itu jadi pakan ikan lele. Yang jelas, akibat kejadian ini, saya alami kerugian hingga puluhan juta,” katanya.

Ia mengataka, setiap hari unggas yang mati mencapai 50 hingga 70 ekor bahkan, kata dia, pernah dalam sehari sebanyak 270 ekor mati sekaligus.

Ternyata bukan hanya puyuh yang mati akibat virus snot ini. Bebek, ayam dan Itik juga mengalami hal sama apabila sudah terjangkit virus yang sama. “Hanya bedanya, bebek, ayam dan itik tidak begitu banyak yang mati." akunya.

Ece menambahkan, unggas-unggas miliknya yang mati terpaksa dikubur guna mengantisipasi penularan penyakit terhadap unggas lainnya. “Sebagian unggas yang mati itu jadi pakan ikan lele. Yang jelas, akibat kejadian ini, saya alami kerugian hingga puluhan juta Rupiah,” katanya.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Life03 Mei 2024, 07:00 WIB

10 Tips Membahagiakan Diri Sendiri Saat Pikiran Tidak Tenang

Jika Anda merasa terus-menerus tidak stabil secara emosional, penting untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental agar menemukan kebahagiaan diri sendiri.
Ilustrasi. Tips Membahagiakan Diri Sendiri Saat Pikiran Tidak Tenang (Sumber : Pexels/PragyanBezbaruah)
Food & Travel03 Mei 2024, 06:00 WIB

Cara Membuat Air Jeruk Lemon untuk Menurunkan Kolesterol, 8 Langkah Simpel!

Begini Cara Membuat Air Jeruk Lemon untuk Menurunkan Kolesterol, Ternyata Langkah-langkahnya Simpel!
Ilustrasi. Cara Membuat Air Jeruk Peras untuk Menurunkan Kolesterol (Sumber : Pexels/ToniCuenca)
Science03 Mei 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 3 Mei 2024, Termasuk Sukabumi, Cianjur dan Bogor

Prakiraan cuaca wilayah Jawa Barat 2 Mei 2024 dimana cuaca berawan berpotensi terjadi di berbagai wilayah termasuk Sukabumi dan sekitarnya.
Ilustrasi. Prakiraan cuaca wilayah Jawa Barat 2 Mei 2024 dimana cuaca berawan berpotensi terjadi di berbagai wilayah termasuk Sukabumi dan sekitarnya. | Foto: Pixabay
Nasional03 Mei 2024, 01:02 WIB

Jokowi Teken UU Desa Baru, Kades Dapat Uang Pensiun dan Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Presiden Jokowi menandatangani pengesahan UU Desa baru, Kades dapat uang pensiun hingga jabat 2 periode.
Ilustrasi Kepala Desa atau Kades. | Foto : Sukabumi Update
Jawa Barat03 Mei 2024, 00:01 WIB

Bahas UHC, Sekda Kabupaten Sukabumi Hadiri Monev Implementasi JKN

Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman hadiri acara monev Implementasi Inpres Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN di Bandung.
Sekda Kabupaten Sukabumi didampingi perangkat daerah hadiri acara monev implementasi inpres terkait JKN di Bandung. (Sumber : Dokpim Pemkab Sukabumi)
Sukabumi02 Mei 2024, 22:39 WIB

Longsor di Parungkuda Sukabumi, Akses Jalan Desa Langensari Tertutup Dapuran Bambu

Akses jalan Desa Langensari Parungkuda Sukabumi tertutup longsor dapuran bambu.
P2BK bersama sejumlah relawan tengah melakukan penanganan longsor dapuran bambu yang menutup badan jalan di Kampung Sindangsari RT 1/2, Desa Langensari, Parungkuda Sukabumi, Kamis (2/5/2024). (Sumber : Istimewa)
Opini02 Mei 2024, 22:12 WIB

Mengarahkan Kompas Pendidikan: Sebuah Renungan di Hari Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan harus menyediakan ruang yang cukup untuk pembelajaran empati, kejujuran, dan keberanian moral.
Ilustrasi. Seputar Hardiknas 2024 | Foto: Pixabay/sasint
Keuangan02 Mei 2024, 21:56 WIB

Masih Dibuka, Pendaftar Tahara di BPR Cicurug Sukabumi Diprediksi Terus Meningkat

Pendaftaran calon nasabah Tabungan Hari Raya (Tahara) Perumda BPR Sukabumi cabang Cicurug masih dibuka hingga 8 Mei 2024.
Kepala Pemasaran BPR Sukabumi Cabang Cicurug, Jujun Junaedi. (Sumber : SU/Ibnu)
Opini02 Mei 2024, 21:33 WIB

Menjadi Pembaca Kritis: Memilah Informasi di Era Media Baru

Pembaca kritis tidak hanya menerima informasi mentah-mentah, tertapi mampu memahami konteks informasi, menganalisis isi dan sumbernya, serta mengevaluasi kebenarannya.
Ilustrasi memilah informasi di zaman hadirnya media baru. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi02 Mei 2024, 21:17 WIB

Pengantar ke Neraka! Bank Emok-Rentenir Dilarang Keras Masuk Kutamara Sukabumi

Spanduk tolak rentenir dan bank emok terbentang di Kampung Kutamara Surade Sukabumi. Praktik riba disebut sudah rusak rumah tangga dan pengantar ke neraka.
Spanduk penolakan hadirnya praktik riba akibat rentenir hingga bank emok yang dipasang ormas Gempa di Kampung Kutamara Surade Sukabumi. (Sumber : Istimewa)