SUKABUMIUPDATE.com - Perceraian adalah peristiwa emosional yang tidak hanya berdampak pada kedua pasangan, tetapi juga memberikan efek jangka panjang pada anak-anak mereka. Bagi anak, perceraian bukan sekadar berpisahnya dua orang tua, melainkan hancurnya struktur emosional dan rasa aman yang mereka kenal sejak kecil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perceraian dapat membawa dampak psikologis yang signifikan terhadap kesehatan mental anak, tergantung pada usia, dukungan lingkungan, dan cara orang tua menghadapi perpisahan tersebut.
Dampak Psikologis yang Umum Terjadi
a. Kecemasan dan Depresi
Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak dari keluarga bercerai memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan rasa rendah diri. Mereka sering merasa ditinggalkan, bersalah, atau bingung dengan situasi yang terjadi di luar kendali mereka.
b. Masalah Perilaku
Anak-anak dari keluarga bercerai cenderung menunjukkan perilaku agresif, sulit diatur, dan kesulitan beradaptasi di lingkungan sosial atau sekolah, hal tersebut merupakan perwujudan emosional dari rasa tidak aman dan dukungan moral yang hancur dari rumah.
c. Prestasi Akademik Menurun
Dilansir dalam UNICEF mencatat bahwa perceraian sering berdampak pada penurunan prestasi belajar anak. Hal ini disebabkan oleh stres emosional yang mengganggu konsentrasi, motivasi, dan dukungan belajar dari rumah yang tidak lagi stabil.
Baca Juga: Mendikdasmen Larang Anak-anak Main Gim Roblox: Tampilkan Kekerasan
Faktor yang Mempengaruhi
Tidak semua anak mengalami dampak yang sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat gangguan psikologis anak antara lain:
- Usia Anak: Anak usia dini lebih rentan terhadap kebingungan dan perasaan kehilangan, sedangkan remaja lebih sering menunjukkan kemarahan atau penolakan.
- Cara Komunikasi Orang Tua: Perceraian yang diwarnai konflik terbuka, pertengkaran, atau saling menyalahkan, memperburuk kondisi mental anak.
- Dukungan Sosial dan Lingkungan: Kehadiran figur dewasa lain seperti kakek-nenek, guru, atau konselor dapat membantu proses pemulihan emosi anak.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
a. Jaga Komunikasi Terbuka dan Aman
Anak perlu merasa didengar dan dihargai. Menjawab pertanyaan mereka dengan jujur namun tetap menjaga emosi sangat penting agar anak tidak merasa terasingkan.
b. Hindari Konflik di Depan Anak
Pertengkaran di depan anak, apalagi yang melibatkan perebutan hak asuh atau saling menyalahkan, bisa memperdalam luka batin anak.
c. Libatkan Profesional Bila Perlu
Jika anak menunjukkan tanda-tanda stres berlebih, insomnia, perubahan perilaku drastis, atau prestasi sekolah merosot tajam, orang tua disarankan untuk menghubungi psikolog anak atau konselor.
Baca Juga: Kumpulan Doa Menuntut Ilmu yang Dianjurkan Diamalkan Anak-anak Sekolah
Perceraian memang dapat menjadi peristiwa traumatis, namun dengan penanganan yang tepat, anak tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara emosional. Dalam sebuah study lain menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga bercerai yang tetap mendapat kasih sayang, stabilitas, dan dukungan emosional dari kedua orang tua memiliki peluang besar untuk pulih dan beradaptasi secara positif.
Perceraian bukanlah akhir dari dunia anak, namun dapat menjadi luka emosional yang dalam jika tidak ditangani dengan bijak.
Orang tua memiliki peran besar dalam menentukan apakah perceraian menjadi trauma atau justru kesempatan untuk membangun kehidupan keluarga yang lebih sehat dan penuh pengertian. Dengan pendekatan yang penuh kasih dan didukung oleh bantuan profesional bila diperlukan, anak tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan terhindar dari dampak psikologis.
Baca Juga: 10 Sayuran yang Jarang Dilirik, Tapi Punya Segudang Manfaat
Sumber: APA, UNICEF