BMKG: Sesar Citarik Masih Aktif, Bisa Picu Gempa Kuat di Sukabumi dan Jabodetabek

Sukabumiupdate.com
Minggu 24 Agu 2025, 12:27 WIB
BMKG: Sesar Citarik Masih Aktif, Bisa Picu Gempa Kuat di Sukabumi dan Jabodetabek

Peta informasi Gempa Bogor M4,1 pada 10 April 2025 akibat Sesar Citarik. (Sumber : BMKG)

SUKABUMIUPDATE.com – Pascagempa Karawang dan Bekasi bermagnitudo 4,7 yang menimbulkan kerusakan ringan, perhatian publik tertuju pada Sesar Citarik, salah satu jalur sesar aktif di Jawa Barat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah fakta terkait sesar tersebut. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa Sesar Citarik memiliki orientasi utara barat daya–timur laut, memanjang namun tersegmentasi, melintasi Palabuhanratu, Bogor, hingga Bekasi. Sesar ini bertipe geser mengiri (sinistral strike-slip) dan telah aktif sejak belasan juta tahun lalu.

Menurut Daryono, Sesar Citarik memiliki potensi menimbulkan gempa kuat sehingga jalur ini perlu diperhitungkan dalam pengembangan infrastruktur di wilayah Jabodetabek dan Sukabumi.

“Beberapa peristiwa gempa signifikan dan merusak yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik adalah gempa Sukabumi dan Bogor, di antaranya pada 14 Juni 1900, 9 Februari 1975, 12 Juli 2000, 10 Maret 2020 (M5,0), serta gempa Bogor M4,1 pada 10 April 2025 yang menimbulkan kerusakan ringan,” ujar Daryono dalam keterangannya, Minggu (24/8/2025).

Baca Juga: Gempa M4,9 Guncang Bekasi, Getaran Terasa Hingga Sukabumi

Bahkan, gempa dahsyat 11 Oktober 1834 yang menyebabkan kerusakan berat di Batavia (Jakarta) dan Istana Bogor dengan intensitas VIII–IX MMI juga diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik.

Terkait gempa Bogor M4,1 pada 10 April 2025, BMKG mencatat episenter berada di Kota Bogor (6.62 LS – 106.8 BT) pada kedalaman 5 km. Lindu tersebut merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang disertai suara dentuman dan gemuruh.

“Gempa Bogor saat itu disertai suara gemuruh dan dentuman. Suara tersebut wajar karena adanya getaran frekuensi tinggi dekat permukaan, sekaligus bukti bahwa gempa tersebut memiliki kedalaman sangat dangkal. Hampir semua gempa dangkal biasanya disertai suara ledakan, dentuman, dan gemuruh,” jelas Daryono.

Lebih lanjut, ia menyebut gempa Bogor M4,1 dirasakan cukup kuat di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Depok dengan skala intensitas III–V MMI, serta menyebabkan kerusakan ringan pada beberapa rumah warga. BMKG mencatat ada tiga faktor utama yang membuat dampaknya terasa merusak, yakni:

1. Kedalaman hiposenter yang sangat dangkal.

2. Struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa.

3. Permukiman berada di atas tanah lunak yang memperkuat getaran.

“Bukti bahwa Gempa Bogor M4,1 adalah gempa tektonik dan bukan vulkanik tampak pada bentuk gelombang yang direkam sensor gempa di Darmaga dan Citeko. Hasil pencatatan menunjukkan karakteristik gelombang geser yang kuat dengan komponen frekuensi tinggi,” pungkas Daryono.

Berita Terkait
Berita Terkini