Studi: Badai di Masa Depan Bakal Lebih Banyak Berkeliaran di Bumi

Selasa 04 Januari 2022, 14:38 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah studi baru yang dipimpin Yale University, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa badai dan topan (siklon tropis) akan meluas ke wilayah garis lintang tengah, yang meliputi kota-kota besar seperti New York, Boston, Beijing, dan Tokyo, di masa depan.

Penulis studi menjelaskan siklon tropis dapat bermigrasi ke utara dan selatan, karena planet ini menghangat sebagai akibat dari emisi gas rumah kaca antropogenik. 

Badai subtropis tahun 2020 Alpha, siklon tropis pertama yang diamati mendarat di Portugal, dan Badai Henri tahun 2021, yang mendarat di Connecticut, Amerika, mungkin menjadi pertanda badai semacam itu.

“Ini mewakili risiko perubahan iklim yang penting dan diremehkan," ujar penulis studi, Joshua Studholme, fisikawan di Departemen Ilmu Bumi dan Planet, Yale University, pada Senin, 3 Januari 2022.

Studholm menerangkan, penelitiannya yang terbit di Nature Geoscience itu memprediksi bahwa siklon tropis abad ke-21 kemungkinan akan terjadi pada rentang garis lintang. “Yang lebih luas daripada yang terjadi di Bumi selama tiga juta tahun terakhir,” tutur dia.

Selain Studholm, studi juga dilakukan bersama Alexey Fedorov, profesor ilmu kelautan dan atmosfer di Yale University; Sergey Gulev dari Shirshov Institute of Oceanology; Kerry Emanuel dari Massachusetts Institute of Technology; dan Kevin Hodges dari University of Reading. 

Dalam studi dijelaskan, peningkatan siklon tropis biasanya disebut sebagai pertanda perubahan iklim, tapi masih banyak yang belum jelas tentang seberapa sensitifnya berpengaruh terhadap suhu rata-rata Bumi.

photoFoto Ilustrasi. - (Getty Images)

Pada 1980-an, rekan penulis studi Emanuel menggunakan konsep termodinamika klasik untuk memprediksi pemanasan global akan menghasilkan badai yang lebih hebat—prediksi yang telah divalidasi dalam catatan pengamatan. 

Namun, aspek lain dari hubungan antara siklon tropis dan iklim masih kekurangan teori berbasis fisik. Misalnya, tidak ada kesepakatan di antara para ilmuwan tentang apakah jumlah badai akan bertambah atau berkurang saat iklim menghangat, atau mengapa planet ini mengalami sekitar 90 peristiwa seperti itu setiap tahun. 

Fedorov menjelaskan bahwa ada ketidakpastian besar tentang bagaimana siklon tropis akan berubah di masa depan. Namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa semua orang dapat melihat lebih banyak siklon tropis di garis lintang menengah, bahkan jika frekuensi total siklon tropis tidak meningkat, yang masih diperdebatkan secara aktif.

“Ditambah dengan perkiraan peningkatan intensitas siklon tropis rata-rata, temuan ini menyiratkan risiko yang lebih tinggi karena siklon tropis di iklim pemanasan Bumi,” kata Fedorov.

Biasanya, siklon tropis terbentuk di lintang rendah yang memiliki akses ke perairan hangat dari lautan tropis dan jauh dari dampak geser aliran jet—pita angin barat-ke-timur yang mengelilingi Bumi. Rotasi bumi menyebabkan gugusan badai petir berkumpul dan berputar membentuk pusaran yang menjadi siklon tropis. Mekanisme lain dari pembentukan badai juga ada. 

Saat iklim menghangat, perbedaan suhu antara Khatulistiwa dan kutub akan berkurang, kata para peneliti. Pada bulan-bulan musim panas, ini dapat menyebabkan melemahnya atau bahkan terbelahnya aliran jet, membuka jendela di garis lintang tengah untuk membentuk dan mengintensifkan siklon tropis. 

Untuk penelitian ini, Studholme, Fedorov, dan rekan-rekannya menganalisis simulasi numerik iklim hangat dari masa lalu Bumi yang jauh, pengamatan satelit, berbagai proyeksi cuaca dan iklim, serta fisika dasar yang mengatur konveksi atmosfer dan angin skala planet. Misalnya, mereka mencatat simulasi iklim yang lebih hangat selama Eosen (56 hingga 34 juta tahun yang lalu) dan Pliosen (5,3-2,6 juta tahun yang lalu) melihat siklon tropis terbentuk dan meningkat di garis lintang yang lebih tinggi.

"Masalah inti ketika membuat prediksi badai di masa depan adalah bahwa model yang digunakan untuk proyeksi iklim tidak memiliki resolusi yang cukup untuk mensimulasikan siklon tropis yang realistis," kata Studholme.

Sebaliknya, Studholme menambahkan, beberapa pendekatan tidak langsung yang berbeda biasanya digunakan. Namun, metode itu tampaknya mendistorsi fisika yang mendasari bagaimana siklon tropis terbentuk dan berkembang. “Sejumlah metode ini juga memberikan prediksi yang saling bertentangan,” katanya lagi.

SUMBER: PHYS | NATURE GEOSCIENCE VIA TEMPO

Koleksi Video Lainnya:

Terimpit Bebatuan, Korban Hilang di Sungai Cibubuay Sukabumi Ditemukan

Atap Ruang UKS SD Caringin Ngumbang Sukabumi Terbakar

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Tags :
Berita Terkini
Sukabumi04 Mei 2024, 23:13 WIB

Mau Diperbaiki? Jembatan Reyot Penghubung Waluran-Surade Sukabumi Ditinjau Staf Kemenlu

Jembatan gantung yang berada di aliran Sungai Cikarang, Kampung Cukangbayur, Desa Caringinnunggal, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, kondisinya sudah lapuk.
Pemdes Caringinnunggal Kecamatan Waluran. Staf Kemenlu, Relawan dan Pemdes saat meninjau Jembatan Gantung Sungai Cikarang | Foto : Ragil Gilang
Sukabumi04 Mei 2024, 22:54 WIB

58 Persen Masyarakat Kabupaten Sukabumi Kurang Puas Atas Kinerja Marwan-Iyos

Lembaga Kajian dan Penelitian Skala Institute, merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi dibawah kepemimpinan Bupati Marwan Hamami dan Wakil Bupati Iyos Somantri.
Gedung Pendopo Kabupaten Sukabumi | Foto : Ist
Sukabumi04 Mei 2024, 21:49 WIB

Niat Cari Kerja: Pelaku Tolak Sodomi hingga Duel Sebelum Bunuh Pria di Citepus Sukabumi

Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Ali Jupri, mengatakan bahwa pelaku berinisial A (20 tahun) awalnya mendatangi Ceceu ini dengan niat mencari kerja, sebelum akhirnya membunuh korban
Pelaku pembunuhan setelah ditangkap di Mapolsek Parungkuda Sukabumi | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi04 Mei 2024, 21:09 WIB

Pemkab Sukabumi Akan Relokasi Rumah yang Terdampak Longsor di Cibadak

Pemerintah Kabupaten Sukabumi berencana merelokasi warga terdampak longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/RW 11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang berdampak pada belasan rumah.
Foto udara lokasi longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Instagram/@kiekiesukabumi
Sehat04 Mei 2024, 21:00 WIB

8 Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari

Berikut Sederet Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari yang Bisa Dilakukan.
Ilustrasi - Pijat Ringan untuk Meringankan Penyakit Asam Urat (Sumber : Freepik/freepik)
Sukabumi Memilih04 Mei 2024, 20:46 WIB

Survei Terbaru Elektabilitas 17 Calon Bupati Sukabumi: Tidak Ada Sosok yang Kuat

asil survei dirilis oleh Lembaga Kajian dan Penelitian Skala Institute bekerjasama dengan Litbang Sukabumiupdate.com.
Ilustrasi pasangan calon bupati/wakil bupati Sukabumi dari jalur perseorangan atau independen | Foto : Sukabumi Update
Life04 Mei 2024, 20:00 WIB

6 Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua

Terlalu memanjakan anak rupanya memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak jika sudah tumbuh dewasa. Ini yang perlu diperhatikan para orang tua.
Ilustrasi. Dampak buruk terlalu memanjakan anak. Sumber foto : Pexels/ Pavel Danilyuk
Sukabumi04 Mei 2024, 19:40 WIB

Sukabumi Dinilai Stagnan, Koalisi 5 Partai Cenderung Usung Figur Alternatif di Pilkada

ima partai politik yaitu, PKB, PKS, Demokrat, PAN dan PDIP secara resmi berkoalisi di Pikada Kabupaten Sukabumi 2024. Deklarasi koalisi digelar di salah satu kafe di Jalan Cemerlang, Kota Sukabumi, Sabtu, (4/5/2024).
Deklarasi koalisi 5 partai, PKB, Demokrat, PKS, PAN, PDIP | Foto : Asep Awaludin
Sehat04 Mei 2024, 19:00 WIB

5 Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat

Penderita Asam Urat Sebaiknya Mengetahui Apa Saja Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Guna Mencegah Serangannya Kambuh.
Ilustrasi. Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat (Sumber : Pexels/OzielGomez)
Sukabumi04 Mei 2024, 18:57 WIB

Di Kubur Berdampingan, Pasutri Tewas Tertabrak Kereta di Kebonpedes Sukabumi Dikenal Ramah

Dalam prosesi pemakaman, berlangsung haru serta diiringi isak tangis keluarga. Mengingat semasa hidup korban yang baik dan suka bersosialisasi dengan tetangga.
Suasana saat pemakaman jenazah suami istri korban tertabrak kereta di Kampung Gunung Kebonpedes Kabupaten Sukabumi | Foto : Asep Awaludin