Profil Korban dan Dugaan Bullying: Kisah Tragis Siswi MTs di Cikembar Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Rabu 29 Okt 2025, 13:29 WIB
Profil Korban dan Dugaan Bullying: Kisah Tragis Siswi MTs di Cikembar Sukabumi

Ilustrasi korban bullying (Sumber: dok co pilot)

SUKABUMIUPDATE.com - Kabar duka menyelimuti warga Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, setelah AK (14 tahun) siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 3 Sukabumi ditemukan meninggal dunia Selasa (29/10/2025) dini hari. Berdasarkan pantauan sukabumiupdate.com di lokasi kejadian, suasana rumah korban tampak dipenuhi pelayat yang datang silih berganti.

Kepada awak media, keluarga memilih menjaga privasi. Mereka hanya menyampaikan bahwa seluruh proses pemakaman telah dilakukan dengan ikhlas dan tanpa permintaan otopsi.

Dari informasi yang dihimpun dari kerabat dan tetangga dekat korban, AK dikenal sebagai sosok yang pendiam dan jarang bercerita. Sore sebelum kejadian, ia masih sempat membantu melayani pembeli di warung milik keluarganya.

Baca Juga: Wali Kota Sukabumi Rotasi 133 Pejabat Eselon III dan IV: Ini Daftar Namanya

Sekitar pukul 21.00 WIB, korban juga sempat menghubungi salah satu saudara sebayanya melalui pesan whatsApp, menyampaikan permintaan maaf. Korban selama ini tinggal bersama ibunya dan sang nenek yang tengah mengidap stroke. Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh sang nenek sekitar pukul 00.00 WIB saat hendak menuju toilet.

Hingga berita ini diturunkan, sukabumiupdate.com masih berupaya mengonfirmasi pihak sekolah tempat korban menempuh pendidikan. Polsek Cikembar menyerahkan kasus ini ke unit PPA Polres Sukabumi untuk penanganan lebih lanjut.

Catatan Tulis Tangan dan Dugaan Bullying

Baca Juga: Gebyar Aksara 3, Persembahan STKIP Bina Mutiara Kampus Surade untuk Pelajar Sukabumi

Kematian AK menjadi tragis karena ada dugaan bullying yang melatari tindakan nekatnya. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan mendalam, terutama setelah beredar foto tulisan tangan korban yang diduga merupakan pesan terakhir dalam sebuah buku tulis. Pesan tersebut mengindikasikan adanya tekanan emosional yang berat, termasuk dugaan perundungan (bullying) di sekolah.

Dalam surat yang dituliskan, yang sebagian besar menggunakan bahasa Sunda dan telah diterjemahkan, korban yang akrab disapa Eneng menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga serta mengungkapkan perasaan sakit hati yang dialaminya.

Tulisan tangan korban dalam surat terakhir sebelum ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung di pintu kamar rumahnya di Cikembar Sukabumi.Tulisan tangan korban dalam surat terakhir sebelum ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung di pintu kamar rumahnya di Cikembar Sukabumi.

Berikut petikan isi surat tersebut:

Mah, kalau misalnya Eneng punya salah sama Mamah, maaf ya. Eneng nggak bermaksud nyakitin hati Mamah. Itu tuh waktu Eneng lagi emosi, lagi marah. Pak, maaf juga kalau Eneng ada salah sama Bapak. Maaf teh (menyebutkan nama) Eneng minta maaf kalau selama ini suka tidak sopan, culudur (tidak sopan), suka marah-marah. Itu semua Eneng lakukan waktu sedang emosi, maaf ya.

Dan teruntuk guru di sekolah, A (nama korban) minta maaf kalau punya salah sama Ibu-bapak semuanya. Dan untuk teman-teman sekelas, emm… A cuma bisa memaafkan buat yang tidak suka nyindir-nyindir A, kayak (menyebutkan empat nama teman sekelas). Yang selebihnya, kalau mau dimaafkan, datang saja ke rumah langsung bicara sama mamah A.

A bukan tidak mau memaafkan kalian atau A bukan dendam, tapi A sudah berusaha memaafkan kalian-kalian yang sering bikin hati A sakit, entah lewat perkataan, perilaku, tapi tidak perkataan mah sering oleh A didapatkan dari si (menyebutkan nama), tidak tahu salah A apa, tapi A merasa (menyebutkan nama) suka sundar sindir ke A, kayak kejadian yang (menyebutkan nama) bilang, “Paeh we, paeh lah” (“mati aja, mati lah”), itu bikin A benar-benar sakit hati.

(Menyebutkan nama), kamu tahu enggak sih waktu kemarin kamu ngadu domba aku, dari situ aku di bikin hancur sehancur-hancurnya. Padahal aku udah nganggep kamu kayak kakak sendiri.

Ini Eneng enggak ngarang atau apa-apa, Eneng cuma pengen nyampein pendapat hati eneng yang udah banyak terluka. Bukan baper bukan apa, tapi Eneng sudah dibuat sakit ku perkataan teman-teman di kelas. Oleh perkataannya, sikap, Eneng sudah capek, Eneng cuman pengen ketenangan. Sebenarnya Eneng pengen pindah sekolah, tapi mamah dan bapak enggak punya uang. Eneng jadi tidak mau sekolah, karena suasana kelas yang seakan nyuruh eneng untuk pergi

Eneng sayang Mamah, Bapak. I love you

Sebenernya masih banyak cerita teh, tapi segini aja we babay

Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Redaksi tidak bermaksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.

 

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini