Seabad Lebih Rumah Sakit Bunut, Menyingkap Jejak Sejarah RSUD Tertua di Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Selasa 09 Sep 2025, 21:36 WIB
Seabad Lebih Rumah Sakit Bunut, Menyingkap Jejak Sejarah RSUD Tertua di Sukabumi

Gedung RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi di masa lalu. (Sumber Foto: Istimewa/Arsip sejarah)

SUKABUMIUPDATE.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH, atau yang akrab disebut Rumah Sakit Bunut, telah berdiri lebih dari satu abad. Usianya kini menginjak 105 tahun sejak pertama kali berdiri pada 9 September 1920, menjadikannya salah satu fasilitas kesehatan bersejarah sekaligus rumah sakit tertua di Sukabumi.

Plt Direktur RSUD R Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi, menjelaskan bahwa rumah sakit ini pada awalnya dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda.

“Nilai sejarahnya dulu ini adalah rumah sakit milik Santa Lidwina, milik Pemerintah Hindia Belanda,” ucap Yanyan kepada sukabumiupdate.com, Selasa (9/9/2025).

Seiring berakhirnya penjajahan, kepemilikan rumah sakit kemudian diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.

“Pada saat Belandanya kalah hingga kemerdekaan maka diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Pada saat diserahkan ke Indonesia, setelah proses berjalan panjang diserahkanlah bahwa ini milik Pemkot Sukabumi,” jelasnya.

Menariknya, nama RSUD ini tidak diambil dari seorang dokter seperti lazimnya rumah sakit besar lain di Indonesia, melainkan dari wali kota pertama Sukabumi, R Syamsudin SH.

“Kalau yang lain kan nama rumah sakitnya dokter Hasan Sadikin, dr. Tjipto, ini salah satu rumah sakit yang bukan dokter. Namanya R Syamsudin. Siapa dia? Wali kota pertama di Kota Sukabumi dari orang pribumi,” terangnya.

Baca Juga: Nama-Nama Calon Direktur RSUD R Syamsudin SH, Wali Kota Sukabumi: Profit Pertama Setelah 5 Tahun Merugi

Selain sejarah panjang, RSUD Bunut juga masih mempertahankan salah satu bangunan lamanya, yakni Ruang Aster. Ruang rawat inap ini dianggap bernilai historis karena konstruksinya menggunakan gedeg (anyaman bambu berlapis kapur) yang dikenal tahan gempa.

“Jadi yang dipertahankan itu Ruang Aster. Ruang ini sebagai heritage, bangunan lama, dindingnya pakai gedeg sehingga itu anti gempa,” kata Yanyan.

Meski demikian, pihak rumah sakit belum berencana mengajukan Ruang Aster sebagai cagar budaya.

“Kita belum berbicara sama dinas terkait dalam hal ini kebudayaan. Kalau nanti ada proses pengajuan secara prinsip kita siap buat memberikan keterangan terkait bangunan heritage,” tambahnya.

Kini, RSUD R Syamsudin SH berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan menjadi rumah sakit rujukan utama, tidak hanya bagi warga Kota Sukabumi, tetapi juga Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.

Menatap Masa Depan

Memasuki usia ke-105, RSUD Bunut tidak hanya menjaga warisan sejarah, tetapi juga bersiap menghadapi tantangan modern. Salah satunya melalui rencana pembangunan Paviliun Jabar, gedung baru yang akan didirikan di area lapangan voli rumah sakit.

“Jadi arahan dari Bu Kadis (Dinas Kesehatan) Provinsi agar selesaikan dulu DED-nya. DED akan selesai di akhir September maka nanti angkanya sudah fix baru kita ajukan ulang ke provinsi. Insya Allah akan dibantu di tahun 2026,” kata Yanyan.

Wali Kota Sukabumi, Ayep Zaki, turut menegaskan dukungan penuh pemerintah provinsi. Menurutnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah mengalokasikan anggaran ratusan miliar rupiah.

“Saya terimakasih juga kepada Pak KDM akan mensupport Rumah Sakit R Syamsudin dengan anggaran di tahun 2025 sebesar Rp275 miliar untuk membangun Paviliun Jabar,” ucap Ayep.

Gedung baru ini rencananya dibangun hingga delapan lantai dengan sejumlah fasilitas vital. “Rencana 8 lantai tapi disesuaikan dengan anggarannya,” ujar Ayep.

Selain UGD, kamar operasi, dan ruang rawat inap, dana dari Pemprov Jabar juga akan dipakai merehabilitasi fasilitas lama.

“Untuk kamar bedah, UGD dan kamar rawat inap. Jadi peningkatan fasilitas dan yang jelek-jelek kita akan rehab semuanya,” tambahnya.

Berita Terkait
Berita Terkini