SUKABUMIUPDATE.com - Defhisa Abriani Husein (38 tahun), warga Kampung Ciwaru, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, tak bisa menyembunyikan kesedihan dan rasa kecewa terhadap pelayanan medis RSUD Palabuhanratu. Rabu 27 November 2024, bayi laki-laki pasangan Defhisa Abriani Husein dan Dores Sandi ini meninggal dalam proses persalinan.
Kepada awak media, Defhisa menceritakan bahwa ia sudah disarankan menjalani operasi caesar sejak awal karena posisi bayi melintang dengan berat badan bayi kurang. Disarankan oleh dokter selama proses kehamilan, meski paham risikonya Defhisa dan suami memutuskan untuk operasi sesar sebagai langkah terbaik.
Defhisa masuk ke RSUD Palabuhanratu pada Selasa sore 26 November 2024 dengan status pasien BPJS kesehatan. Kondisi bayi yang melintang membuat proses kelahiran harus dipercepat, dengan usia kandungan masih 8 bulan. Namun saran dan keputusan Dehisa dan suami tidak digubris oleh tim medis RSUD Palabuhanratu.
Baca Juga: Pertama di Dunia! Negara Ini Resmi Larang Anak di Bawah 16 Tahun Gunakan Medsos
"Saya sudah bilang sejak awal, saya mau sesar (caesar) karena anak saya lintang dan usia kandungan masih 8 bulan. Tapi saya terus diminta menunggu. Sampai kontraksi terjadi, saya tetap memohon operasi sesar. Dokter akhirnya bilang sudah pembukaan dan saya harus melahirkan normal," ujar Defhisa.
Keesokan harinya (Rabu pagi), saat proses persalinan normal dimulai kondisi malah menjadi genting. Menurut Defhisa bagian tubuh bayi seperti tangan dan kaki sempat keluar terlebih dahulu namun tak bisa lancar, hingga akhirnya tim medis baru memutuskan untuk operasi.
"Waktu di ruang operasi, saya merasa prosesnya tergesa-gesa. Bahkan, saat bius akan diberikan, saya dipaksa duduk meski posisi bayi sudah mendesak. Saya sempat memohon agar bius diberikan dengan posisi miring, tapi lagi-lagi tidak diizinkan," katanya.
Baca Juga: Ojol Terancam Tak Dapat Subsidi BBM, Ekonom Ingatkan Dampaknya ke Perekonomian
Setelah operasi selesai, Defhisa tidak langsung diberitahu kondisi bayinya. Ia baru melihat buah hatinya itu beberapa jam kemudian, sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
Walaupun menerima takdir tersebut, Defhisa kecewa, apalagi saat melihat kondisi tubuh bayinya. Banyak memar dan luka di tubuh bayi laki-lakinya itu.
“Memar di dada, bengkak di tangan dan bekas kuku di beberapa bagian tubuh bayiku,” bebernya.
Baca Juga: Longsor Sempat Tutup Akses Jalan Desa di Purabaya Sukabumi
Defhisa mengungkapkan bahwa bayi laki-laki tersebut merupakan anak keempatnya, dan saat ini sudah dimakamkan di TPU dekat rumahnya. Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Defhisa.
"Saya sih jelas tidak akan diam, mau bertindak entah nanti mau ke polisi, entah mau ke media. Semua harus terbuka, cukup di anak saya jangan sampai ada korban lainnya," pungkas Defhisa.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Rika Mutiara Sukanda membenarkan adanya peristiwa tersebut. "Kami sedang mengupayakan penyelesaian dengan keluarga. Mudah-mudahan hari ini selesai," kata Rika.
Baca Juga: 6 Latihan Mudah untuk Mengatasi Masalah Pencernaan Saat Musim Hujan
"Kronologinya belum bisa diberikan karena masih harus dilengkapi dengan hasil mediasi. Silakan komunikasi lebih lanjut dengan humas," tandasnya.