G-CANS: Mahakarya Rekayasa Jepang Penjinak Banjir di Bawah Tanah

Sukabumiupdate.com
Sabtu 16 Agu 2025, 12:00 WIB
G-CANS: Mahakarya Rekayasa Jepang Penjinak Banjir di Bawah Tanah

Dijuluki "Kuil Bawah Tanah" ini merupakan sistem drainase bawah tanah terbesar di dunia dan bukti Jepang dalam hal teknologi pengendalian bencana yang luar biasa. (Sumber : Instagram/@saitama.japan.official)

SUKABUMIUPDATE.com - Di bawah hamparan sawah Prefektur Saitama yang tenang, tersembunyi sebuah keajaiban rekayasa yang telah menjadi benteng pertahanan Tokyo dari amukan banjir, yakni Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (G-CANS). 

Fasilitas raksasa yang dijuluki "Kuil Bawah Tanah" ini merupakan sistem drainase bawah tanah terbesar di dunia dan bukti kepeloporan Jepang dalam teknologi pengendalian bencana.

Pembangunan G-CANS bukanlah tanpa alasan. Wilayah metropolitan Tokyo, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Nakagawa/Ayase, menghadapi tantangan hidrologis yang serius. 

Baca Juga: Jepang Pecahkan Rekor Internet Tercepat 125.000 Gbps dengan Serat Optik Revolusioner

Sejak tahun 1955, lebih dari 53% lahan telah berubah menjadi kawasan perkotaan, menyebabkan hilangnya area resapan alami seperti sawah secara drastis. 

Kondisi ini, ditambah dengan karakteristik dataran rendah yang membuat aliran air melambat, menciptakan risiko banjir yang sangat tinggi setiap kali hujan lebat atau topan melanda.

Solusi Spektakuler di Bawah Permukaan

Untuk mengatasi masalah ini, Jepang membangun G-CANS selama 13 tahun. Sistem ini dirancang dengan presisi untuk "mencegat" banjir sebelum melumpuhkan kota. Mekanismenya adalah sebagai berikut:

  1. Pengumpulan Air: Saat sungai-sungai kecil dan menengah meluap, air akan dialirkan ke dalam lima silo beton raksasa. Masing-masing silo memiliki diameter 32 meter dan kedalaman 70 meter, cukup besar untuk menampung Patung Liberty.
  2. Saluran Bawah Tanah: Dari silo, air kemudian mengalir melalui terowongan utama sepanjang 6,3 kilometer yang berada 50 meter di bawah permukaan tanah.
  3. Kuil Bawah Tanah: Puncak dari sistem ini adalah ruang penampungan air raksasa yang dikenal sebagai "Underground Temple". Dengan luas setara lapangan sepak bola, ruang ini ditopang oleh 59 pilar beton setinggi 18 meter, menciptakan pemandangan megah yang sering dijadikan lokasi syuting film dan video musik.
  4. Pemompaan Masif: Di ujung terowongan, 78 pompa bertenaga mesin jet siap bekerja. Sistem ini mampu memompa air dengan kapasitas total 200 ton per detik untuk dialirkan secara aman ke Sungai Edo yang lebih besar.

Dampak dan Inspirasi Global

Sejak beroperasi penuh pada tahun 2006, G-CANS telah terbukti sangat efektif. Menurut data resmi dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLIT) Jepang, fasilitas ini telah mengurangi risiko banjir di wilayah sekitarnya hingga 90% dan diaktifkan rata-rata tujuh kali setahun.

Uniknya, G-CANS tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur vital, tetapi juga dibuka sebagai destinasi wisata edukasi. Pengunjung dapat mengikuti tur terorganisir untuk menyaksikan langsung kemegahan "kuil bawah tanah" ini.

"G-CANS adalah perpaduan sempurna antara rekayasa canggih dan manajemen bencana berbasis masyarakat," jelas Dr. Haruto Shimizu, seorang ahli hidrologi.

Keberhasilan G-CANS telah menjadikannya model bagi banyak negara yang menghadapi masalah serupa, termasuk Thailand dan Amerika Serikat. 

Kini, G-CANS tidak hanya menyelamatkan Tokyo dari bencana, tetapi juga menjadi simbol bahwa dengan visi, teknologi, dan konsistensi, tantangan alam sebesar apa pun dapat diatasi—sebuah pelajaran berharga bagi negara lain, termasuk Indonesia.

(Sumber: MLIT Japan, TokyoUpdate)

 Penulis: Danang Hamid



Berita Terkait
Berita Terkini